33 | Diikuti

1.2K 102 5
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Dela, Zahri, dan Rozi mendekat ke arah rumah Eka, lalu menyelinap masuk melalui jalan yang ada di bagian samping. Sebuah jendela kecil yang mudah sekali dibuka dari bagian luar terlihat oleh Zahri. Pria itu kemudian mengarahkan Dela dan Rozi untuk ikut masuk bersamanya melalui jendela kecil tersebut. Mereka memanjat bergantian, hingga satu-persatu dari mereka benar-benar bisa tiba di dalam rumah itu.

Rumah itu sangat kecil dan benar-benar buruk keadaanya. Dinding dan lantainya terbuat dari kayu yang dibeberapa bagian sudah mulai lapuk. Hal itu jelas membuat mereka bertiga sangat berhati-hati ketika berjalan di dalam rumah. Zahri dan Rozi sama sekali tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya tinggal di rumah yang begitu tidak layak seperti itu. Mereka bukan orang berada dan rumah mereka biasa-biasa saja. Namun mereka tahu persis, bahwa tinggal di rumah seperti yang Eka tinggali adalah kenyataan yang sangat tidak bisa diterima akal sehat.

"Bagi orang yang matanya terhalau dengan tipu daya Iblis itu, maka rumah ini akan terlihat sangat mewah. Dan bahkan bagi Eka sendiri, rumah ini terlihat seperti rumah impiannya. Benar begitu, 'kan, Del? Aku dengar hal itu dari Ahmad," ujar Rozi.

"Ya, itu benar. Maka dari itulah aku meminta pada kalian berdua untuk meminum air yang tadi pagi aku berikan. Aku tidak mau kalian berdua ikut tertipu seperti yang Eka alami selama ini ataupun seperti yang sempat Mas Ahmad alami," jelas Dela.

"Pelan-pelan saja jalannya. Lantainya benar-benar rapuh. Salah pijak, kalian bisa terperosok ke bawah lantai," saran Zahri.

Rozi berjalan menuju ke arah dapur yang tampaknya berdekatan dengan kamar mandi. Kamar mandi hanya tertutup oleh sehelai gorden lusuh berwarna merah. Tidak banyak hal yang bisa Rozi temukan di dapur, sehingga pria itu segera keluar kembali untuk mendekat pada Zahri atau Dela. Zahri memeriksa ruangan yang tampaknya sering dijadikan ruang santai oleh Eka. Dela sendiri saat ini sedang memeriksa kamar tidur, sambil mencoba tetap berkomunikasi dengan Melina.

"Kamarnya berantakan," lapor Dela.

"Woiya, sudah jelas! Mana mungkin kamarnya sangat rapi seperti kamar princess? Orangnya saja setiap saat terlihat amburadul begitu," balas Melina.

Dela langsung memutar kedua bola matanya.

"Heh! Aku memberi laporan padamu bukan untuk meminta kamu memberi penilaian! Ini bukan ajang pencarian bakat, Mel," omel Dela.

Terdengarlah kekehan Melina dari seberang sana meski tidak terlalu jelas. Dela membuka lemari pakaian yang sudah hampir rusak di sudut kamar tersebut.

"Lemarinya berisi pakaian dan beberapa buah tas. Semuanya sangat mewah. Sama sekali tidak setara dengan tempat di mana dia hidup selama ini. Dia benar-benar termanipulasi oleh Iblis yang dipujanya. Sehingga selalu memakai barang mewah, namun tinggal ditempat tidak layak," tutur Dela.

Kedua mata Dela tertuju pada sebuah kotak yang berada pada bagian paling bawah di lemari tersebut. Zahri dan Rozi masuk ke kamar itu tak lama kemudian, tepat ketika Dela hampir membuka kotak yang ditemukannya.

"Kotak apa itu, Del?" tanya Zahri.

"Baru akan kubuka, Zah. Siapa tahu isinya adalah benda ketiga yang aku cari. Jika memang benar, maka itu artinya Bian bisa benar-benar segera terlepas dari kegilaannya Eka," jawab Dela.

Dela kembali menatap ke arah kotak itu. Rozi dan Zahri menatapnya penuh ketegangan. Sebagian dari diri mereka berharap kalau isi kotak itu benar-benar benda ketiga yang Dela cari dari Eka.

"Del! Cepat keluar dari sana! Eka kembali ke rumahnya!" seru Melina, yang masih terhubung di telepon.

Rozi segera mengulurkan tangan ke arah Dela. Dela lebih memilih menyerahkan kotak itu ke tangan Rozi, lalu berusaha bangkit sendiri dan berlari keluar dari kamar. Zahri sudah membuka jendela kecil tadi agar mereka bisa keluar. Pria itu menahan daun jendelanya, agar tidak perlu ada yang langkahnya terhambat.

"Ayo, cepat!" bisik Zahri.

Di luar, Eka saat ini sedang mencari kunci rumahnya di dalam tas. Ahmad dan Melina menatap penuh ketegangan dari dalam mobil. Mereka berharap tidak akan terjadi sesuatu pada Zahri, Dela, dan Rozi meski Eka sudah memasuki rumahnya.

Dela hampir berhasil keluar dari jendela, ketika ujung bajunya tersangkut pada kaitan jendela yang cukup tajam. Eka terdengar tengah memutar kunci dan hampir membuka pintu, sehingga membuat Dela memaksa diri menarik ujung lengan bajunya hingga robek dan bahkan bagian tajam tadi menggores kulitnya hingga berdarah. Zahri menutup jendela itu dengan cepat, lalu memberi tanda pada Rozi dan Dela untuk berdiam sejenak sambil merapat ke dinding. Darah segar mulai mengalir pelan dari luka yang Dela dapatkan. Membuat Rozi segera mengeluarkan sapu tangannya dari dalam saku dan mengikat asal luka tersebut.

Eka benar-benar masuk ke rumah dan segera beranjak ke dapur. Kesempatan itu digunakan oleh mereka bertiga untuk keluar dengan cepat dari area rumah yang Eka tempati. Melina membuka pintu mobil dan kemudian kembali ke mobil miliknya sendiri. Rozi memberikan kotak yang dibawanya ke tangan Ahmad dan lebih fokus pada luka di tangan Dela. Dela tidak ikut bersama Melina, karena Rozi akan membersihkan luka yang Dela dapatkan.

Kedua mobil itu kini melaju meninggalkan area dekat rumah Eka. Mereka sama-sama menuju ke rumah Melina, karena ada hal yang harus mereka rundingkan bersama.

"Kenapa kamu bisa sampai terluka, Dek?" tanya Ahmad, terdengar sangat khawatir.

"Bajuku tersangkut pada bagian ujung jendela rumahnya Eka, Mas. Pada saat itu Eka sudah memutar kunci dan hampir membuka pintu. Jadi daripada kami ketahuan, maka kupikir lebih baik aku menarik paksa ujung lengan bajuku. Tapi aku tidak kepikiran kalau akan kena bagian tajam jendela itu. Makanya, tanganku akhirnya terluka seperti ini," jelas Dela.

"Sebaiknya kita semua sama-sama menenangkan diri. Intinya, saat ini kita sudah berhasil keluar dari dari rumah itu dan Eka sama sekali tidak memergoki kita," saran Zahri, sambil mengatur nafasnya sendiri.

"Apa isi kotak ini?" tanya Ahmad lagi.

"Nanti kita sama-sama buka kotaknya, Mas. Saat ini kita sama-sama belum tahu apa isi kotak itu. Tapi menurut firasatku, di dalam kotak itu ada benda ketiga yang aku cari dari Eka. Dia menyimpan kotak itu pada bagian bawah lemarinya ketika aku menemukannya. Seakan dia tidak ingin kotak itu ditemukan oleh siapa pun," jawab Dela, sambil mengusap pundak Ahmad agar menjadi lebih tenang.

Setelah Rozi selesai membersihkan luka di tangan Dela serta membalutnya dengan kapas dan perban, barulah Ahmad merasa sedikit tenang. Dela kembali menerima kotak tadi dan memegangnya dengan erat. Mereka hampir sampai di komplek Green Garden tempat tinggal Dela dan Melina, ketika Melina melihat sosok makhluk halus yang mendadak mengikuti mobil milik Dela. Wanita itu segera menekan klakson berkali-kali agar Dela berbalik ke belakang seperti biasanya. Yang lainnya mendengar suara klakson tersebut, dan Dela tahu bahwa ada yang tidak beres.

"Rem, Zah! Rem!" seru Dela.

* * *

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang