BAB 1.

14.8K 247 0
                                    

Hari ini adalah hari pertamanya alatta masuk di sekolah di SMA galaksi. Alatta sedikit bahagia dan sedikit juga merasa tidak.

Karna, ia berpikir, kenapa semua orang pada menatapnya begitu? Memangnya ada apa dengan dirinya? apa ada yang salah? Perasaan tidak.

Tak mau pikir panjang, alatta pergi dari sana. Sampai akhirnya ia melihat seorang laki-laki yang menurutnya tidak asing, yang sedang berdiri di depan pintu sebuah ruangan sambil menguping pembicaraan seseorang di dalam.

Dengan segera alatta berlari menghampiri laki-laki itu.

"Woii kambing, ngapain lo!" Teriaknya.

Mata Devan membelalak. Ia menarik tangan alatta lalu membekap mulutnya setelah itu, Devan ajak mengumpat di belakang rak sepatu.

"S-suara apa itu pak?" Tanya seseorang dari dalam, membenarkan kancing bajunya.

"Sebentar saya cek." Laki laki paru baya itu berjalan mendekati pintu. Setelah pintu terbuka ia menoleh ke kanan dan ke kiri tidak mendapatkan seorang pun. Karna tak mendapati seorang pun pria paruh baya itu kembali menutup pintu.

Devan menghembuskan nafasnya lega. Kepalanya ia sindirkan di rak. Devan menatap alatta sedang memukul mukul tangannya.

"Lepasin tangan lo kambing. Bau tai!"

Devan terkejut. Ia pun melepaskan tangannya dan menunjukan deretan gigi gingsul nya.

"Hehe, sorry latt. Bau ya? Habis cebok soalnya,"

Alatta membulatkan matanya. Ia memukul keras lengan Devan membuat sang empu meringis.

"Apa kata lo barusan? Cebok?"

"Enggak! Aelah lu mah sensi amat, di ajakin becanda. Sakit nih tangan gue." Devan mengelus-elus lengannya.

Alatta memutarkan bola matanya malas. "Lebay, lo. Gitu aja sakit,"

"Gak pa-pa lebay yang penting gak mengot."

Alatta menyengeritkan alisnya. "Yang bilang lo mengot siapa, Dev? Aneh lu bjir."

"Gak papa aneh yang pent-

Alatta menempel jari nya tepat di depan bibir Devan. "Syutt. Gak usah bacot, mending, lo anterin gue ke ruangannya pak sipil"

Devan mengangkat alisnya sebelah. Ia mencoba mengingat daftar nama guru yang sempat ia simpan dalam benaknya.

"Siapa pak sipil? Perasaan gak ada guru yang namanya sipil. Yang ada gavin kali" jawab Devan menggremeng karna, mulutnya masih tertutup oleh jari alatta.

"Nah iya. Gavin. Anterin gue van."

Devan menggigit jari alatta kuat membuat sang empu memekik kesakitan.

"Sakit, kambing! Perasaan, lo dari dulunya gak pernah berubah, dah!"

Alatta hendak menendang Devan namun, dengan cepat laki-laki ity menghindar ke belakang. Sampai hampir tak sengaja menabrak seseorang.

"Kalian berdua ngapain di sini? Bukannya bel sudah bunyi 2 menit lalu,"ucap gavin tiba tiba di belakang devan. Membuat devan sedikit terkejut.

Mendengar suara itu, Devan terkejut bukan main.

"Selamat pagi, pak Gavin yang terhormat. Saya sebenarnya tadi mau nganter bocah ini ke ruangannya bapak. Tapi gak jadi karna pak Gavin sudah ke sini dengan sendirinya,"

Gavin menatap alatta. "Jadi kamu siswi baru itu ya? Mari ikuti saya." Gavin berjalan di ikuti oleh alatta dari belakang.

"Anjirt lah. Di tinggal gue, cok." Devan memukul dinding. Setelahnya, ia segera kembali ke kelasnya.

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang