Sesampainya mengantarkan suaminya ke dapur, kini ata segera pergi karena ia pikir, jika ia ikut makan bersama mungkin keluarganya tak suka, apalagi ayahnya.
Baru saja hendak pergi, tangannya di pegang oleh izhar membuat langkah ata berhenti dan sepasang mata menoleh ke arahnya. Ata mengetatkan rahangnya. Ingin sekali rasanya ia mengumpat lelaki ini.
Ara yang tau jika dia sedang jekel tersenyum, namun hanya sebentar kala ata melirik tajam ke arahnya.
"Apa lagi!!!!" Tekannya. "Lo makan tinggal makan gak usah nyibukin orang! Gue masih ada kerjaan!!" Ketus ata.
"Duduk. Temani saya."
Ata berdecak. "Udah bapak-bapak minta temenin. Gak jelas!! Lepas!!" Pinta ata.
Keluarga ata melihat kelakuan mereka dengan muka datar ke arah alatta. Namun, dalam sekejap tatapan datarnya berubah menjadi ramah ketika menatap Izhar, ingat khusus untuk Izhar.
"Duduk aja, nak. Anak itu memang seperti itu orangnya," sahut bundanya.
"Denger, kan? Kata bunda? Lepasin. Repot amat lo mau makan!"
"Nurut. Saya bilang duduk, duduk." Ata menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkan secara perlahan. Dengan senyum tak ikhlas ia menuruti perkataan suaminya.
"Makan."
Ia merasa jengkel sekali dengan Izhar. Melirik tajam suaminya. "Gue makan kagak perlu di suruh. Gue udah makan tadi-
Krukkk
Ata melotot. Ia memegang perutnya yang baru saja berbunyi. Astaga, padahal ia niat makanya setelah mereka selesai makan. Namun ternyata cacing berkata lain.
Izhar tersenyum. Begitu juga dengan Ara. Dia tersenyum tanpa sepengetahuan Ata.
"Bunyi apa itu?" Tanya Izhar, mampu menghasilkan muka sengit ata. "Aduh, kayaknya mag gue kambuh. Gue harus pergi ke kama-
"Gak usah bohong."
"Cot!"
Kini ata merasa kalah. Percuma mencari beribu alasan jika ujung-ujungnya Izhar tetap mengetahuinya. Ia mengambil 2 piring. Mengambil nasi untuk suaminya banyak-banyak, dan setengah untuk dirinya. Terakhir ia mengambil sayur dan juga lauk.
"Makan. Gak usah ngoceh." Ata memasukan sendok berisi nasi kedalam mulut begitu juga dengan izhar. Mereka makan tanpa menimbulkan suara. Hingga akhirnya, suara bergesekan terdengar dan mata mereka beralih ke arah Dimas yang akan pergi.
Bola matanya menurun, melihat nasi yang masih utuh di piring ayahnya. Ia menghela nafasnya pelan. Mungkin ayahnya tidak nafsu makan jika ada alatta di sini.
Setelah ayahnya, kini bergiliran bundanya. Ia menatap nanar punggung Daisy hingga menghilang. Kini jadi tersisa tiga orang di dapur yang di selimuti oleh keheningan.
"Makan." Ucap Izhar secara tiba-tiba membuat ata merasa jengah.
"Gak usah mulai, kambing! Lo gak liat gue lagi makan? Heran dah, baru kenal aja udah ngeselin!" Keluhnya.
"Ata-
Baru saja Ara berbicara, ata bangkit dari duduknya membuat Ara jadi takut untuk berbicara kepadanya. Maksudnya takut dia membentak. Ata mengambil beberapa piring yang kotor. Membawanya ke wastafel, jangan tanya untuk mencucinya. Ia sudah terbiasa membantu pekerjaan bi Inah. Sedangkan Izhar, ia naik ke atas.
"Ata, aku bantu, ya." Ara datang dengan membawa piring kotor.
"..."
Tak ada sahutan dari ata. Ia mengambil piring yang sudah bersih lalu ia letakan secara rapi di lemari khusus barang prabot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alatthalita
RandomBagaimana perasaan kalian jika setelah 4 tahun kabur dari persantren, kamu di pertemukan lagi oleh laki-laki yang merupakan anak dari pemilk pesantren? Tapi dalam status sudah menjadi suami? . . °°° "Bisa gak lo j...