BAB 3

7.6K 163 0
                                    

Peringatan⚠️
mengandung kata kasar dan tidak
Patut untuk di tiru.

***

Sesampainya di sana, alatta dan ara tercengang karna melihat dua orang yang merupakan rekan dari gengnya Gisele. Bibir alatta mengukir sebuah senyuman sumrik.

"Ck! Siapa sih yang nali pintu ini pakek karet! Kurang kerjaan banget!!" Anindya mengelus elus dahinya yang merah.

Xena selaku teman anindya yang paling polos sedunia itu mengedikkan bahunya.

Anindya mendesah. Ia sangat jengkel dengan temannya itu, bukannya di bantuin malah di plototin.

"Ya bantuin lah, anjing!" Umpatnya terlanjur kesal.

"Iya, iya." Xena hendak membantu Anindya berdiri namun, tak jadi karna barusan ia mendengar suara seseorang dari belakang.

Mereka membalikkan badannya.

"Oh, kalian? Ngapain di sini? "tanya alatta.

"Kita gak ngapa ngapain, kok. Ya, kan, nind?"
Anindya mengangguk.

"Iya! jangan ge'er dulu lo, tujuan kita dateng kesini itu cuman mau ngambil sapu doang."

Alatta terkekeh. Terlihat jelas sekali raut wajah mereka ketika sedang berbohong. Gelisah, dan pelipis yang sudah di banjiri keringat.

Ia melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Masa, sih. Tapi, di sini gak ada sapu lho, yang ada cuman kerdus kecil dan kemungkinan itu berisi perlengkapan gedung gym," ucap alatta sedikit memiringkan kepala.

Anindya menatap ke atas mencari sumber ide yang akan menjadi alasan. Ia menatap Xena yang sudah panik lebih dulu.

"G-gimana nind, rencana kita udah terlanjur ketauan sama dia." bisik Xena dan tentu masih terdengar jelas oleh telinga alatta karena Xena berbisik dengan suara yang kencang.

Anindya melototkan matanya membuat bulu kuduk Xena seketika langsung berdiri.

Ia memukul lengan sahabatnya itu kuat.

"Paok, kenapa lo kasih tau, njing!!"

"Iih, nindi! kamu ini apa apaan, sih. Sakit tau!! aku tuh gak kasih tau dia, kalo kita mau ngunci mereka, di gudang!!" Celetuk Xena tanpa pikir panjang.

Spontan ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Astaga sangat bodoh sekali sahabatnya itu. Sampai tangan ini rasanya gatal dan ingin melayangkan sebuah tamparan bertubi-tubi di wajah Xena. Kenapa Tuhan memberikan teman yang mempunyai otak setengah sih. Keluh Anindya.

Alatta terkekeh. "Gue tau sekarang, kalian mau ngunci gue dari dalam, kan? Nah, sekarang gantian gue yang ngurung kalian dari dalam biar adil."

Mata mereka membelalak saat alatta sudah siap mendorong tubuh mereka.

"Jangan di tutup, anjing!!" Teriak Anindya berusaha bangkit. Tapi, tidak bisa karna alatta lebih cepat daripada dirinya.

"Jang-

Alatta menutup pintu dan mengunci mereka dari dalam. Setelah itu, ia menepuk nepuk tangannya seperti habis membereskan sebuah masalah.

Sedangkan ara, ia menatap nanar pintu gudang tersebut yang sudah di kunci oleh alatta barusan.

"Ata it-

"Lo mau pulang apa mau gue kunci juga kayak mereka?" tukasnya lebih dulu, karna Ia bisa menebak topik apa yang akan di bahas oleh ara barusan.

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang