BAB 37

4.5K 134 0
                                    

Motor Devan berhasil melewatinya terlebih dahulu. Dia menang membuat semua kaum hawa bersorak gembira.

"Gimana? Jago kan?"

Rea memutarkan bola matanya malas. "B aja. Gue juga bisa kali"

"Dimana Ara?"

"Masih selamat. Dia ada di gudang belakang sana."

"Gila." Setelah itu ata langsung berlari menuju ke arah motor besarnya bersama dengan Devan dan juga keyvan. Rea hendak mengikuti mereka tapi tiba-tiba ia jadi teringat sesuatu bahwa ia tadi memasak air, langsung Rea bergegas naik ke atas motornya. Lalu pergi menuju ke apartemennya.

Di sisi lain, mereka bertiga sudah sampai di depan gudang yang terbengkalai. Mereka pun langsung memasuki bangunan tersebut.

"Vibesnya kek horor, cug!" Kata keyvan, memegang kedua pundak ata. Dan Devan menyentuh pundak keyvan.

Ia menatap malas laki-laki itu. "Bisa gak sih jangan buntuti gue! Seharusnya kalian itu yang di depan! bukan gue!"

Keyvan mendorong pundak Devan. "Sana lo maju duluan. Jangan bilang Lo takut?" Tanya keyvan remeh.

Devan terkekeh. "Takut? Lu kali, anying!"

"Youwes, lu jalan depan sana."

"Bilang aja lo takut," Devan mulai melangkah. Namun saat mendengar suara barang yang jatuh, keduanya langsung teriak membuat Alatta berdecak kesal.

"ARKHHHHHH, SETAN!!!" Devan dan keyvan berpelukan.

"Dasar banci! Suara barang jatuh aja takut!" Ata mulai berjalan di depan di ikuti oleh kedua laki-laki itu di belakang.

Setelah beberapa menit mencari. Akhirnya mereka menemukan Ara, dia sedang tidur dengan posisi duduk.

Ata menyenteri muka Ara yang sedang terlelap. Keningnya mengkerut. Dengan perlahan Ara membuka matanya.

"Gak bisa, ya, pulang sebelum gue jemput?"

Ara tersenyum. "Ata?"

"Dasar beban!"

Senyumnya luntur setelah mendengar ucapan pedas dari mulut ata.

"Masih mau duduk di situ? Atau gue tinggal?"

Ara menggeleng. Ia segera berdiri di bantu oleh keyvan.

"Cepuin aja ke ortunya." Kata Devan sambil menatap perut Ara yang mulai membesar.

Ara hanya tersenyum.

Mereka pun segera keluar dari gudang tersebut.

Sesampainya di luar, Devan melihat sosok kedua pria yang menurutnya ia pernah bertemu sekali pada nya. Kedua pria itu memakai sarung dan baju kaos berwarna hitam dan putih.

Keberhentian Devan membuat Alatta harus menabrak punggungnya. Karena ia berjalan sambil menarik tangan ara tanpa melihat jalan.

Ata mencubit pinggang Devan dengan melintir. "Kalo berhenti bisa gak gak usah di tengah-tengah jalan!" Gregetnya.

Melihat itu keyvan langsung tertawa terbahak-bahak.

"Aw, aw!" Ringisnya.

"Mampus Lo! Memang mantan buk bos rvamios ini gak pernah berubah-ubahnya, ya."

Memutarkan bola matanya malas. Mulai berjalan dan menarik tangan Ara. Tapi Ara tidak berjalan membuat ata menoleh kesamping dengan muka judesnya hendak mengocehi dirinya.

"Itu suami kamu kan?" Tunjuknya.

Ata menoleh ke arah tunjukan Ara. Seketika matanya membola. Benar saja ada Izhar dan di sampingnya ada Gibran. Kenapa suaminya bisa tau jika ia berada di sini?

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang