BAB 64

3.6K 118 2
                                    

Happy reading 🌷

***

Pukul 20:22. Setelah melaksanakan shalat isya. Ata berinsiatif untuk menelpon temannya dengan tujuan untuk mengurangi rasa bosan.

"Nindy udah keluar?! Gimana ceritanya?! Orang jelas-jelas dia masih gila waktu itu?! Siapa sih yang jadi dokter jiwanya? Pasti asal-asalan ngeluarin tuh cewek dari sana! Dengan alasan udah sembuh lah! Ntar tau-tau jadi ngacau di daerah nya," cerocos Rea di balik telpon.

Ata merotasi kan bola matanya malas. "Bukannya seneng temennya keluar dari rumah sakit jiwa malah kayak gitu kamu. Nanti kalo kamu yang jadi gila gimana?"

Rea melotot. "Amit-amit jabang babu! Jangan kek gitu lah! Biasanya doa anak Solehah itu mudah di kabulkan sama tuhan,"

"Ya, makanya itu kamu harus bersyukur."

"CK. Oh ya, btw lo udah pernah pakek belum itunya?"

Ata mengangkat alisnya sebelah. "Apanya?"

"Hadiah gue ama alur. Masa belum di pakek sih!"

Ata berdecak. "Yang mana? Banyak hadiah kalian kasih sama aku!"

"Baju haram. Eh, tapi halal di pakek sama pasutri sih,"

"Oh, belum pernah."

"Sama sekali?!"

"Iya. Aku malu makeknya kebuka banget itu nya,"

Rea menepuk jidatnya. "Ya emang anjir! Kan itu khusus malam pertama! Memangnya lo belum malam pertama sama suami Lo?"

Ata menggeleng. "Tapi semalem dia ngajakin aku gitu tapi aku nolak karna aku belum siap."

Di dalam video call tersebut Rea terlihat mengeplak kasurnya keras.

"Wah parah Lo, Lat!! Masa dia minta, Lo tolak sih, anjir!! Ck, ck, dari dulu memang gak pernah peka-peka ya Lo!"

"Ya, mau gimana lagi aku belum siap."

Rea menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan jalan pikiran temannya ini.

"Sekarang suami lo kemana?"

"Keluar kota, lagi kerja. Bantuin aku dong, gimana caranya? Aku jadi ngerasa berdosa banget sama dia,"

Rea menepuk tangannya. "Nah! Pas banget! Coba Setelah dia pulang dari kota, lu pakek tuh baju haram sapa tau dia tergoda kan?"

"Tapi aku malu, kambing!"

Rea berdecak. "Ya makanya latian dari sekarang. Lu coba pakek bajunya dulu dari sekarang. Mumpung dia kaga ada di rumah kan?"

"Aku bawa ga ya bajunya? Kayaknya bawa deh,"

"Nah, yaudah. Pakek lah. Gue mau berangkat kerja. Gue tutup dulu ya panggilan nya."

Tut

Ata turun dari ranjang. Berjalan ke arah lemari.
Membuka selorokan bawah lalu mencari baju pemberian Rea.

Setelah beberapa detik, akhirnya gaun hot itu ketemu. Ata mengangkat baju itu sambil menatap nya jijik.

"Nerawang banget!"

Ata kembali memasukan gaun itu ke dalam selorokan lemari nya. Namun sepertinya ia berubah pikiran, ia kembali membuka selorokan tersebut. Lalu mengambil gaun itu dan membawanya ke dalam kamar mandi.

Setelah beberapa menit. Ata keluar. Tubuhnya sudah di baluti dengan gaun serba hitam namun nerawang. Kali ini rambutnya tidak ia cepolkan melainkan ia biarkan turun saja ke bawah.

Ia berjalan ke arah cermin. Menatap tubuhnya di cermin. Pakaian pemberian kedua temannya ini sangat pendek. Bahkan sangking pendek nya ata harus menarik bajunya ke bawah.

Walaupun ada bekas luka di area badan namun ata masih terlihat sangat menawan mengenakan nya.

Ata menghela nafas panjang. Ia mengambil jedai di atas meja cermin. Kemudian mencepolkan rambutnya.

"Gak nyaman banget! Gimana kalo Gus Izhar ngeliat aku makek baju kek gini? Udah malu selama seabad-abad aku,"

Ceklek

Izhar tersentak kaget. Begitu juga dengan dirinya.

"Gus Izhar?!"

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang