BAB 38

4.7K 143 2
                                    

"Surat dari Fawaz." Ray memberikan sebuah amplop berisi surat kepada ata.

Tanpa basa-basi, ia pun langsung mengambilnya. Setelah itu Ray langsung pergi keluar. Melihat itu, Rea jadi penasaran.

"Itu dari Fawaz? Katanya dia mondok" ujar Rea.

Ata mengedikkan bahunya acuh. Lalu membuka amplop pemberian fawaz.

Ini flashdisknya. Sorry gue gak bisa nemenin
Lu karna gue mau balik ke pondok.
Gue nitip coklat ke Devan, nanti lo kasikan ke Keyla. Thx

Ata memutarkan bola matanya malas.

"Anjir! dia suka sama Keyla?"

"Hmm," ata meletakkan flashdisk kedalam tas.

"Terus, itu flashdisk untuk apa, njay?"

"Bukti."

"Bukti apa?"

"Ga perlu tau!"

Rea kesal. Ia memukul lengan Alatta. Tak lama itu Devan datang bersama keyvan. Memberikan ata coklat.

"Nah, titipan dari Fawaz," kata Devan sambil mengulurkan tangannya.

"Cie, cie," goda keyvan.

Melirik tajam sampai keyvan terdiam. Rea tertawa sambil memukul meja.

"Eh, btw Alura kemana?" Rea.

"Biasa" jawab ata, bangkit lalu pergi menuju ke kelas Keyla.

"Ikut, Lat!" Teriaknya namun tak di dengar oleh ata.

Ata berpapasan dengan Nindya, hanya cuek. Buat apa kan? Orang dia masih membela temannya yang nyatanya mereka salah, dan telah menjebak dirinya.

"Ata," panggil Anindya namun tak di jawab oleh ata. Lalu dia berlari menghampiri Alatta.

"Lo kok gak kerja lagi sih? Lo resign? Sepi tau kalo ga ada Lo. Bos lingga sukanya marah-marah mulu semenjak kamu gak kerja, selalu banding-bandingin roti yang Lo buat sama roti baker sekarang, katanya roti buatan Lo lebih enak dari pada buatan baker sekarang,"

"…"

Anindya berdecak sebal. "Lo kok diem sih! Jawab dong! Seenggaknya Lo jawab alasan lo resign kerja!"

Rea merangkul pundak ata. Ia tau hubungan Nindya dengan ata adalah teman kerjanya, Karena ata sendiri yang bercerita. Melihat itu Anindya jadi berhenti. Menatap punggung mereka mulai menjauh.

Ata melirik malas Rea. "Ngapain ngikut gue?!"

"Mau kekantin kan? Ikut"

"Gak usah ge'er! Gue mau ke kelas Keyla!"

"Yaudahlah gue ikut, sebagai temen baik lu yang cantik yang amat tidak sombong ini, gue akan menemani lu sampai kapanpun. Nemenin ke neraka pun jadi,"

Mungkin ia tidak akan pernah cocok untuk berteman dengan siapapun, buktinya ini. Selalu di cuekin. Anindya menghela nafasnya lelah. Kapan dirinya bisa mendapatkan teman layaknya teman yang selalu mengerti dirinya? Mungkin tidak pernah. Suasana di rumah dan di sekolah akan tetap sama.

Mereka berdua langsung memasuki kelas Keyla tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Alah! Gitu aja masa gak punya uang! Miskin amat hidup kalian!!" Teriak Giselle kepada Keyla dan Ara.

"Gue denger-denger ayah kalian punya perusahaan, tapi kok gak ada uang?" Timpal Jeni.

"Sumpah, kita memang gak ada uang kak!" Lihat aja di kantong kita atau di tas kita ada nggak uang?!!" Teriak ara.

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang