BAB 48

4.2K 126 0
                                    

"Fathil ndak mau makan!! Maunya ketemu sama umi, nenek!! Hiks, hiks!" Rengek Fathir sambil mendekap di tubuh neneknya.

Farah yang lelah menyodorkan sendok ke arah mulut Fathir menghela nafas kasar. Ia meletakkan mangkoknya di atas meja.

"Yaudah kalo Fathir gak mau makan. Mbak tak berangkat ngaji dulu, assalamualaikum." Farah menyalimi kedua tangan umi dan abahnya.

"Wa'alaikum salam." Jawab mereka.

"Makan, dulu. Nanti kita ketemu sama umi ya, nak," ucap Salma lembut.

Fathir menggeleng. "Kapan nantinya nenek?! hiks, hiks. Fathil kanen umi. Fathil mau ketemu sama umi, hiks!"

"Ini semua salah Abi!! Kalo Abi ndak bentak umi, umi fathil ndak bakal pelgi!!" Lanjutnya.

"Astaghfirullah, fathir... tidak boleh bicara seperti itu. Kakek tidak ngajarin kamu durhaka seperti itu sama orang tua kamu. Katanya mau jadi anak soleh berbakti kepada orangtuanya?" sahut abah Hasan.

Fathir memeluk Salma dan masih menangis sesenggukan di dalamnya. Begitu sayangnya dia kepada uminya yang notabenenya adalah sebagai ibu sambungnya.

"Assalamualaikum, umi, Abah." Izhar datang langsung menyalami tangan umi dan abahnya.

"Wa'alaikum salam, gimana, Zhar?" Tanya Abah.

"Alhamdulillah, operasi berjalan dengan lancar, bah. Tapi saat ini istri Izhar koma, bah, umi,"

"Astaghfirullah! Ya Allah le-le. Yaudah lah kamu yang sabar aja, ya? Pasrahin semua pada Allah. Umi yakin nanti Allah ngasih yang terbaik buat kamu." Umi Salma mengelus-elus punggung anaknya.

Izhar melirik pada mangkok yang masih utuh berisi makanan di atas meja. "Ini punya Fathir, umi?"

Umi Salma mengangguk. "Iya, le. Fathir dari tadi susah banget di ajak makan sama Farah. Minta nya pengen ketemu sama uminya. Padahal dari tadi fathir belum makan," balasnya sambil mengelus-elus punggung Fathir.

"Coba biar Izhar yang kasih aja, umi." Izhar mengambil mangkuk berisi makanan. Lalu menyodorkan sendok ke arah mulut Fathir yang masih memeluk sang nenek.

Bukannya di makan, Fathir malah memalingkan wajahnya kesamping seperti tidak mau melihat wajah abinya lagi.

Izhar menghela nafas.

"Fathir …" panggilnya. "Dari pagi belum makan, kan? Makan dulu, Abi yang suapin,"

"Ndak mau!!! Fathil mau di suapin umi!!"

"Gimana kalo mba aish yang suapin? Mau, ya?" Ucap aish, pulang dari mengajar.

"Ndak!! Fathil penen ketemu umi, hiks, hiks."

Izhar meletakkan kembali mangkuk itu di atas meja.

"Fathir mau melihat video umi?" Tanya Izhar, mengeluarkan ponselnya dari saku. Membuat Fathir langsung menoleh ke arahnya.

"Mau!" Balas Fathir antusias, sambil mengusap ingusnya. Ia mendekati abinya, namun masih menyisakan jarak

Umi Salma dan yang lainnya tersenyum melihatnya.

Izhar mulai memutarkan video istrinya yang ia dapatkan dari nomor tak di kenal. Pada malam saat kejadian istrinya kecelakaan, tiba-tiba ada nomor asing yang mengirimkannya video terdapat istrinya di dalam video tersebut.

"Udah siap belum, bar?!!"

"Hmm,"

"Oke, assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.... hai Fathir! Ini umi, nanti setelah umi pergi, Fathir harus jaga pola makannya, ya. Jangan sampe ga makan! Harus nurut apa kata Abi, jangan durhaka sama orang tua!! Ngerti?!!"

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang