BAB 4

6.8K 171 0
                                    

Ceklek.

"Assalamu'alaikum, bunda" Panggil alatta membawa sebuah kotak yang berisi donat rasa coklat kesukaan bundanya.

Ia melihat sekeliling rumahnya yang kosong dan tidak ada satupun mahluk disana. Alattaa menarik nafasnya dalam dalam. Ternyata bundanya masih belum pulang dari perkerjaannya.

Ia berjalan ke dapur. Kemudian, memasukkan kotak putih tersebut ke dalam kulkas agar tidak basi dan masih bisa di makan nantinya.

Setelah itu, ia berjalan menuju ke kamarnya yang tepat barada di lantai dua.

Ceklek.

Alatta memasuki kamar bernuansa putih abu itu yang merupakan kamar alatta. Bukan, aslinya ini bukan kamar ata tapi kamarnya ara.

Aslinya kamar Ata itu berada di samping tangga yang sekarang sedang di tempati oleh ara. Alatta mengalah, karna waktu itu ia tidak bisa berkutik di depan ayahnya.

Awalnya kamar ini berwarna pink, lemari pink, meja, pink bahkan seluruhnya berwarna pink. Tapi, kini sudah menjadi lebih baik setelah alatta renovasi.

Alatta meletakkan tasnya di atas meja. Kemudian maju selangkah untuk mengambil handuknya yang tergantung di atas lemarinya.
Setelah itu, berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

Tak butuh waktu lama alatta mandi. Cukup 20 menit ia sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah melekat di tubuhnya. Jangan lupakan jilbab yang selalu menutup kepalanya.

Alatta menggelar sebuah sajadah untuk menunaikan ibadah sholat ashar. Lalu, ia memakai mukena pocong tersebut yang sempat ia bawa dari pesantrennya dulu.

Senakal nakalnya alatta ia tidak berani jika meninggalkan sholat. Bahkan hanya sekali pun. Rasanya seperti tidak tenang dirinya.

Usai melaksanakan sholat ashar. Kini kegiatan alatta beralih membaca buku. Alatta itu sebenarnya pintar, tapi kepintarannya itu ia sembunyikan dari semua orang.

Mungkin gengsi, karna semua orang kan sudah mengecapnya bodoh. Bahkan keluarganya. Cuman alara yang mengetahui bahwa dirinya itu pintar.

Cek lek.

Seseorang masuk ke dalam kamarnya sontak membuat alatta langsung menyimpan bukunya di bawah bantal lalu meraih handphonenya.

"Ih bibi, ngapain masuk ke kamar Ata? Mana gak ngetok dulu lagi!" ujar alatta, kesal.

Bi inah selaku art, terkekeh. "Habisnya sih non bibi panggilin non dari tadi gak semaur maur, yaudah deh bibi kesini nyamperin kamu," jelasnya.

"Ya tapi kan-

"Nih, bibi buatin roti sama susu buat non supaya non Ata semangat belajarnya." potong inah meletakkan nampan di atas meja.

"Apasih, bik. Jangan gitu deh! Ata mana mungkin belajar. Orang dari tadi Ata pegang hape, kok."

Inah menaik turunkan alisnya. "Halah, bibi tau kalo non teh tadi lagi belajar. Tuh keliatan bukunya di bawah bantal" tunjuk inah.

Alatta menutupi bukunya. "E-enggak ya bik, ini tuh novel. Novel temennya Ata, lagian kan bibi udah tau kalo Ata gak suka belajar,"

Inah memicingkan matanya. Membuat keringat Ata mengalir di pelipis nya.

"Coba non keluarin. Soalnya bibi gak percaya, non Ata yang bibi kenal itu dia gak suka baca buku apalagi novel"

Inah maju lalu menarik buku yang tergeletak di bawah bantal Ata.

"Iiih bibik!"

Inah tertawa. "Tuh kan bener, non Ata teh lagi belajar rupanya" goda inah.

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang