BAB 42

4.3K 124 2
                                    

Pukul 15:00 PM

Ata dan Rea sedang berada di tengah perjalanan menuju pulang. Sedangkan Alura, anak itu sudah di telpon ayahnya untuk segera pulang terlebih dahulu.

Karena merasa sedari tadi ada yang mengikutinya Ata melirik ke kaca spion. Keningnya mengkerut. Bukannya di belakang itu adalah preman yang waktu itu sempat menghadang Ata saat bersama dengan Fathir dulu.

Ata menepuk-nepuk pundak Rea. "Re, cepetan! Ada preman di belakang!!"

Rea melirik ke spion. Tumben sekali perempuan itu langsung mendengar, Batin ata.

Rea langsung melajukan motornya. Ata memegang pundak Rea supaya tidak jatuh. Begitu pula dengan preman tersebut, mereka semua langsung menancapkan gasnya cepat menyusul motor Rea.

Sampai akhirnya motor mereka terhentikan di jalan yang sepi sebab salah satu dari mereka ada yang menghadang jalannya.

"Kerja bagus!!" Teriak salah satu anggotanya.

Mereka semua turun.

"Lat gimana?"

"Ga tau, kabur aja lah. Mungkin mereka ngincer kalung ini,"

"Matamu! Motor gue gimana cok?"

"Ya tinggal lah!" Jawabnya enteng.

"Heh! Asal Lo tau, ya. Motor ini lebih mahal daripada kalung itu."

"Gue tau."

"Heh!! Cepat turun!!" Suruh preman bernama Asep.

Mereka berdua turun dari motor.

"Kenapa bang?" Tanya Rea.

"Serahin kalung yang kalian simpen kepada saya!!"

"Kalung apa?"

"Gak usah pura-pura gak tau kalian berdua. Bawa sini tas kamu!!" Preman hendak merampas tas alatta. Bahkan tangannya sudah memegang tas tersebut, namun Ata mencubit punggung tangan Asep sampai asep menjerit kesakitan.

Preman bernama Sumanto dan Prapto maju. Tanpa aba-aba mereka langsung menyerang ata dan Rea, hampir saja membuat mereka kewalahan jika mereka tidak segera menghindar.

Semua preman maju.

"Anjir!!, mbok e!!!" Teriak Rea mengadu kepada bibinya sambil memukuli preman.

Sedangkan ata, ia masih fokus menghajar perman yang bernama Sutrisno. Sepertinya Sutrisno adalah wakil dari kelompok preman ini. Lihat saja, gerakan bertarung nya lebih jago dari pada gerakan preman yang lain.

Bugh!

Ata meringis. Saat tangan Sutrisno mendarat sempurna di pipi alatta.

Bugh!

Ata tersungkur kebawah. Pipinya sudah merah dan hidungnya mengeluarkan darah. Tau sendiri jika ada darah, ata sudah pasti melemah.

Rea membulatkan matanya. "Woi, njing! Bangun!! Aelah masa lo lemah sih, di ajar gitu aja udah ambruk!!" Teriak Rea, sambil menghindari pukulan Prapto.

Tentu ata masih mendengar makian dari sahabatnya. Ingin berdiri tapi tak kuasa, karena sangking takutnya dengan darah.

Bugh!

Rea tersenyum ketika berhasil memukul asep.
Tapi tak lama itu, dirinya jatuh tersungkur karena mendapatkan serangan tiba-tiba dari Sumanto.

Bugh!

"Shit!"

Bugh!

Dalam hati Rea ingin menangis dan mengadu kepada bibinya, karena dihantam oleh Sumanto.

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang