Rea ngos-ngosan karena lelah akibat berlari di kenjar anjing tadi. Untung saja pemilik anjing itu menjemput anjingnya, kalo tidak tamat sudah riwayatnya di kejar anjing berjam-jam.
Rea mendongak. Menatap ata yang berada di atas pohon. Dia terkekeh.
"Udah kayak siluman monyet aja lu Lat,"
Ata memutarkan bola matanya malas. Ia turun dari atas pohon secara perlahan. Saat awal membeli siomay tadi ia tidak memakai sandal, karna ia kira jaraknya cuman dekat. Tidak tahunya malah di kejar anjing sampai di pinggir jalan kota begini.
"Gara-gara Lo, anjing itu jadi ngejar kita sampe nyasar ke kota kan!" Ketus ata.
"Anjay, enak aja lo nyalain gue. Yang doain dia ngejar kita siapa? Elo kan?" Sanggahnya.
"Tapi Lo yang sok nantangin anjing itu, kambing!!" Ata memutarkan bola matanya malas.
Dari pada berdebat dengan manusia tak jelas di depannya ini mending ia pergi.
"Tungguin, nyet!" Rea berlari menyusul ata.
Pandangannya turun ke kaki ata yang tidak mengenakan alas.
"Gembel,"
"Lama-lama gue tonjok juga bibir Lo, re." Sahut ata kesal. "Coba aja tuhan ngasih gue temen yang normal, daripada stres kayak lo," keluhnya.
Rea melirik sewot. "Masih mending tuhan ngasih Lo temen kayak gue. Daripada engga, udah jadi pendiem super gembel lo di sekolahan." Jawab Rea, di akhiri dengan gelak tawa.
"Stres!"
Rea melirik. "Udahlah dari pada gelut mending baikan. Dari pada gabut mending ke tempat makan. Perut gue udah merengek dari tadi."
"Lo yang bayar? Gue cuman bawa uang gopek,"
"Iya, tenang aja, gue kan sahabat sejati Lo. Gue yang akan bayar semua makanan yang lu makan,"
"Awas aja lo boong."
"Apasih, Lat. Kayak gak percaya aja Lo sama gue," ujar Rea sambil menyentuh dadanya.
Mereka berdua memasuki tempat makan yang di bilang cukup aesthetic. Keduanya mulai duduk di bangku yang tak jauh dari meja kasir.
"Selamat siang kak, mau mesan apa?" Tanya pelayan restoran. Menyodorkan buku yang berisi menu.
Ata meraih buku menu tersebut. "Roti Cornetto sama es krim rasa vanilla,"
"Baik, kalo kakaknya?" Tanyanya pada Rea.
"Kalo gue." Rea menatap buku menu. "Cake chocolate sama es teh, tapi batu esnya banyakin,"
"Emang ada es teh?" Tanya ata dengan alis yang meringkuk.
"Ada, ini apa." Tunjuknya pada buku menu halaman belakang.
"Oke kalau begitu ditunggu sebentar ya, Kak,"
Setelah kepergian pelayan tersebut, ata menatap gerak gerik Rea karena merasa curiga.
"Kenapa natap gue kek gitu?"
"Ga."
Tak lama kemudian, pelayan itu kembali dengan membawa pesanan mereka.
Setelah meletakkan makanan mereka di meja, pelayan itu pergi.Ata dan Rea mulai menyantap makanan yang mereka pesan tadi.
Ting!
Ponsel Rea muncul notifikasi.
Keningnya mengkerut. Karena ada nomor asing yang tiba-tiba mengirimkannya sebuah gambar pintu rumah berwarna coklat, entah rumah siapa. Jika rumah ayahnya tidak mungkin. Karna warna pintu rumahnya berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alatthalita
RandomBagaimana perasaan kalian jika setelah 4 tahun kabur dari persantren, kamu di pertemukan lagi oleh laki-laki yang merupakan anak dari pemilk pesantren? Tapi dalam status sudah menjadi suami? . . °°° "Bisa gak lo j...