BAB 17

6K 142 2
                                    

Huekk

"Berenti di perempatan sana! Gue udah nggak tahan!! Huek!!"

Ata mual karena ia tidak terbiasa berangkat sekolah menggunakan mobil. Apalagi mobil itu bermerek mahal.

Izhar menurut. Ia berhenti sesuai permintaan istrinya. Ata bergegas turun dari mobil, lalu mulai mengeluarkan isi dalam perutnya. Di bantu oleh izhar yang memijat Tengkuk lehernya.

Ata menghela nafas lega. Melirik Izhar dengan tatapan tajam. "Mending gue nyuruh devan jemput gue aja, dari pada naik mobil bareng lo! Udah tau gue paling anti naik mobil! Masih aja maksa buat berangkat bareng!"

"Saya tidak tahu."

Ata memutarkan bola matanya. "Udahlah gue jalan kaki aja-

Kening ata mengernyit. Saat Izhar berbincang kepada seseorang yang mungkin itu adalah kuli bangunan.

"Oh, boleh, pak. Boleh banget!" Kata bapak itu.

Izhar tersenyum. "Terimakasih, pak." Izhar menuntun motor Honda Supra menuju ke arah ata.

"Ayo." Ajak Izhar sudah naik di atas motor.

Ata mengangkat alisnya sebelah. "Ayo apa?"

"Naik. Saya hantarkan kamu sampai ke sekolah."

"Naik motor ini?"

"Iya,"

"Ada-ada aja lho! Terus bapak itu gimana mau berangkat kerja? Mobil lo juga mau di tinggal gitu?"

"Nanti Morel datang mengambil mobil sambil menghantarkan bapak itu berkerja. Cepat naik, kamu bisa telat jika kamu masih ingin mengoceh,"

Ata berdecak. "Yaudahlah!" Sebelum naik, Izhar memasangkan helm kepada ata. Mukanya sangat dekat dengannya, sehingga membuat pipinya berubah menjadi merah.

"Terus kalo helm ini di pakek lo gimana?"

"Tidak gimana-gimana, yang penting kamu selamat," balas Izhar sambil memasangkan helmnya.

Setelahnya, ata naik di atas motor dengan memegang pundak Izhar menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Gue ragu sama lo. Memangnya lo bisa naik motor? Jarang-jarang Orkay mau naik motor kayak gini," Ujar Ata.

"Pegangan." Ata mencengkeram baju nya supaya tidak terbang.

"Gue harap bisa selamat dunia akhirat," timpal ata.

Setelah itu, Izhar mulai menancapkan gas sedang, mulai menjauh dari pekarangan jalan.

***

Sesampainya didepan pintu gerbang, Ata segera turun dari motor, berlari menuju ke arah pintu gerbang yang sudah terkunci. Sedangkan Izhar duduk di atas motor sembari memperhatikan istrinya dari belakang.

"Pak!! Pak!! Pak Mahmud!! Bangun!! Bukain pintunya!"

Merasa di panggil pak Mahmud pun bangun. Dia menoleh ke arah luar gerbang.

"Lho, lho, lho. Kok telat sampeyan datang sekolah? Tumben," kata pak Mahmud berjalan menuju ke arah gerbang.

"Iya, pak. Nggak tau lah mau gimana njelasi nya. Bukain, hari ini pelajaran ibu Supri, nanti saya bisa di hukum sampe jam pulang," balas ata dengan nada memelas. Tak lupa dengan tangan yang menyatu memohon.

Pak Mahmud menggaruk kepalanya. "Aduh gimana, ya. Nggak bisa toh, nduk. Orang kamu udah telat, masa saya harus bukain."

"Ya tau. Sekali aja lho pak. Gak susah kok. Tinggal buka gembok terus gerbangnya di geser, sreet. Kan mudah." Jelasnya sambil mempraktekkan gerakannya. Melihat itu Izhar terkekeh.

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang