"Hati-hati, ya, le."
"Nggih, umi." Balas Izhar kemudian mencium punggung tangan umi dan abahnya.
Kemudian ata menyalimi tangan suaminya. Lalu Izhar membalas dengan mengecup kening ata. Setelahnya ia masuk kedalam mobil bersama Adnan yang menemaninya.
"Assalamualaikum, umi, nenek, kakek. Jaga diri baik-baik, ya!!" Teriak Fathir di dalam mobil.
Mereka tersenyum.
Mobil Izhar mulai berjalan meninggalkan halaman ndalem. Kini tinggal menyisakan tiga orang di depannya.
"Yowes, Abah mau berangkat ke masjid sebelah dulu, nggih. Mau mengisi acara jumatan."
"Hati-hati, ya bah."
***
Ata berdecak malas. Masa ia harus berada di dalam kamar selama berjam-jam dan tidak boleh keluar sebelum Izhar pulang? Itu namanya menyiksa tanpa melukai fisik dong.
Tok tok tok
"Mba-mba!! Mba lagi ngapain nih? Mau nemenin Farah ke warung gak?"
Ceklek
"Warung mana, Ning?"
"Itu lho, di warung sebelah dekat SD gak jauh kok dari sini. Di jamin mas Izhar ga bakalan marah."
"Tapi ning—
"Kita gak cuman berdua kok, ada Ning Ayla juga mau ikut. Lagian umi juga udah ngizinin Farah untuk ngajak mba. Kita bawa sepeda kesannya. Mau ya, plisss!! Farah kok yang bonceng,"
Ata menggaruk-garuk kepalanya. Karna tak ada pilihan ia pun akhirnya menerima ajakan Ning Farah.
"Yaudah deh, Ning."
"Hore!! Ayo mba!! Ning Ayla udah nunggu di depan."
Ata mengangguk.
Sesampainya di depan ia di buat terkejut oleh sepeda yang di tumpangi oleh Ning Ayla. Bagaimana tidak? Bahkan sepeda itu sudah tidak layak lagi untuk di sebut sepeda.
"Sepeda ontel?"
"Iihh, mba!! Jangan ngeremein sepeda ini dulu!! Asal mba tau, ya. Ini sepeda banyak banget sejarahnya. Mulai dari buat umi dan abah pakai jualan sayur sampai bisa membangun pesantren ini,"
"Terus kita boti, gitu?"
Farah mengangguk. "Iya, kan tempat duduknya ada dua. Nanti biar Farah yang bonceng."
"Emang bisa, Ning? Sepedanya kan tinggi, kalo mau berhenti gimana? Kalo jatuh gimana?" Tanya Ayla.
"Ck, udah. Kalian ga usah khawatir. Serahkan semuanya pada Farah,"
Ayla dan ata saling tatap. Mereka tidak yakin jika Farah bisa membonceng nya.
"Ayla!!" Teriak Gibran membuat atensi mereka menoleh ke sumber suara.
"Gue tadi nyuruh Lo apa, hm? Ikut gue!!" Gibran menarik tangan Ayla secara kasar.
Tentu melihat itu mereka langsung menatap Gibran tidak suka.
"Tapi Gus aku mau main sekali aja sama mereka!!"
"Gak usah bantah kalo di bilangin suami!! Kalo gue nyuruh berarti Lo harus nurut!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alatthalita
RandomBagaimana perasaan kalian jika setelah 4 tahun kabur dari persantren, kamu di pertemukan lagi oleh laki-laki yang merupakan anak dari pemilk pesantren? Tapi dalam status sudah menjadi suami? . . °°° "Bisa gak lo j...