~Qura'tu sa'ida 🙃❤️~
Sementara itu di sisi lain. Alatta tengah berdiri di depan pagar rumah mewah yang di lapisi oleh beberapa emas di dinding. Ia menatap gambar pada ponsel nya, menyamakan rumah tersebut dengan gambar rumah orang asing tersebut.
"Sama," ata tersenyum, ia jadi tidak sabar mendengarkan orang itu bercerita tentang rahasia opa nya.
Srekkk
Seseorang membuka gerbang membuat pandangan nya mengarah ke laki-laki muda yang kemungkinan status nya berkerja di sini.
"Mari saya hantarkan anda masuk kedalam," ujar laki-laki tersebut, terdengar sangat dingin. Laki-laki bernama Andre itu membalikkan badan lalu melangkah masuk kedalam di ikuti oleh ata dari belakang.
Saat kakinya sudah memasuki halaman depan rumah, ia berdecak kagum, Karna rumah ini sangatlah mewah tak terhitung berapa biaya pembangunan rumah ini pasti sangat mahal. Dan pasti nya pemilik rumah ini bukan sembarang orang biasa.
"Permisi, tuan. Saya sudah membawa perempuan yang anda minta kepada saya," ucap Andre kepada bosnya.
Erwin mengangguk. Ia mengisyaratkan Andre pergi menggunakan gerakkan tangan.
"Baik." Setelah itu ia pergi. Dan kini tinggal menyisakan dua orang yang berada di dalam ruang tamu.
Menyadari laki-laki itu pergi, bola matanya menurun menatap wajah pria bertubuh kekar namun wajahnya sudah mulai agak mengkerut.
Ata menyipitkan matanya, memperjelas pandangan nya. Entah kenapa ia sudah memakai kaca mata namun matanya masih saja terlihat buram.
Erwin terkekeh. "Apa kabar, keponakan kesayangan?"
Mata ata membola. Dengan tidak sopannya ia menunjuk pria itu. "K-kamu?!" Alis Ata meringkuk. Wajah nya kini sudah kembali ke setelan pabrik, dingin. Ya, walaupun di dalam hatinya ia sedikit takut dengan pamannya ini, tapi ia tidak boleh menampakkan kecemasan nya di depan pria ini.
Erwin mulai berjalan mendekati alatta. "Sudah lama tidak bertemu tapi kamu sudah sebesar ini? Wajah kamu benar-benar mirip dengan ibu kamu,"
"Kalo paman berani macem-macem sama aku, aku pastiin paman bakal celaka!"
"Saya tidak takut." Balasnya sambil mengedikkan bahunya.
Ata menggigit pipi dalamnya. Bodohnya dirinya terperangkap di jebakan pamannya dengan mudah. Pamannya itu tidak akan menculik tanpa ada keinginan. Dan salah satu keinginan nya adalah, tanah wasiat kakek neneknya. Tak tahu kenapa padahal ada tanah selain tanah neneknya yang bisa di beli.
"Inget, ya, kalo paman minta untuk ngejual rumah nenek kakek aku gak bakal mau!"
Tiba-tiba Erwin tertawa kencang membuat ata mencengkeram kan tangannya kuat.
"Jangan takut begitu. Saya tidak meminta itu. Tenanglah sedikit, silahkan duduk dan menikmati secangkir teh yang saya buat khusus kamu, keponakan. Saya tidak akan macam-macam. Bukannya kamu ingin mengetahui rahasia nya, kan?"
Mustahil jika dia tidak akan macam-macam. Ia tahu betul sikap pamannya ini ketika matanya melihat perempuan cantik pasti dia akan mengklaim bahwa dia adalah miliknya dan terlebih parah lagi dia akan mengajak tidur bersama di atas ranjang, walaupun itu keponakan sendiri. Tak peduli dengan umur nya yang sudah menua, yang menting dia bisa menikmati kenikmatan dunia.
Ata berdecih. "Lebih baik aku pergi dari pada harus berbincang sama paman yang gak tahu malu!" Kata ata membalikkan badannya lalu pergi ke arah luar.
"Pergilah kalo kamu bisa." Ujar nya sambil meletakkan tangannya di belakang pinggang di tambah dengan senyuman mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alatthalita
RandomBagaimana perasaan kalian jika setelah 4 tahun kabur dari persantren, kamu di pertemukan lagi oleh laki-laki yang merupakan anak dari pemilk pesantren? Tapi dalam status sudah menjadi suami? . . °°° "Bisa gak lo j...