Bab 4 : Kekalahan Abisatya

102 4 1
                                    

Malam harinya, seorang Abisatya terlihat memasuki area balapan. Dengan pakaian serba hitam dan motor balap merah kesayangannya, ia disambut oleh beberapa teriakan dari para anak buah maupun fansnya.

Ketua geng, black devils ini akhirnya turun juga setelah beberapa dekade ia memutuskan untuk berhenti balapan. Lawan yang sepadan hari ini membuatnya tergiur dan berniat untuk mengalahkan dengan tangannya sendiri.

Netranya yang bewarna hitam mengedar ke seluruh area, mencari keberadaan kucing putih yang menantangnya hari ini. Sudut bibirnya terangkat kala seseorang yang ia cari memasuki area dengan pakaian serba putih, dan jangan lupakan helm yang dihiasi dengan kuping kucing itu.

"Gue kira lo takut terus gak jadi turun hari ini," sapaan pembuka sang penantang membuat Abi semakin tak sabar untuk mengalahkannya.

Mereka berdua bersiap di garis start. Melakukan pemanasan sebelum akhirnya melesat seperti kilatan cahaya di tengah-tengah teriakan penonton.

Penantangnya hari ini cukup lemah, begitulah pikiran Abi saat berada dalam pertandingan. Sedaritadi musuhnya bahkan tidak berniat untuk menyalipnya sama sekali. Si kucing putih itu nampak santai dan menikmati pertandingan malam ini. Seperti sedang merencanakan sesuatu.

"Sial!" umpat Abi saat mendekati garis finish, ternyata si kucing putih berhasil mengaburkan konsentrasinya dan menyalipnya dari samping hingga akhirnya ia kalah.

"Lain kali yang fokus ya sayang..." ucap si kucing putih. Ia membuka helm dan jaketnya setelah berhasil mengalahkan Abisatya, si ketua geng. Wajahnya cantik dan matanya yang sipit menatap ketua geng black devils itu dengan tatapan remeh.

"Mau apa lo sekarang? Sesuai kesepakatan gue bakal turutin satu permintaan lo, Mega Pradnyana," ucap Abi penuh penekanan di setiap katanya, dengan muka masam dan dipenuhi amarah.

Gadis yang dipanggil Mega itu terkekeh. Ketua geng black devils ini nampak lucu ketika sedang marah. "Gue denger lo punya temen namanya Nandana Ragnala, umur 17 tahun, polos, babu sorry maksud gue anak OSIS bagian kedisplinan, wajahnya tampan tapi sayangnya rekeningnya engga."

Dahi Abi mengkerut ketika Mega menyinggung tentang sahabatnya itu. Apa yang ingin perempuan ini lakukan? Untuk apa ia menanyakan informasi seorang Dana padanya?

Mega terkekeh lagi. Wajah Abisatya yang mengeluarkan banyak ekspresi memang suatu hiburan tersendiri baginya. "Gue mau tau semua tentang dia. Semua yang lo tau, gue juga harus tau!" titah Mega setelahnya.

Abi nampak terdiam sejenak. Dirinya ragu untuk menyebarkan informasi apalagi tentang sahabat baiknya. "Untuk apa?" tanyanya menatap curiga ke arah si kucing putih.

"Buka apa-apa. Hanya Sebagian tugas yang diberikan tuan puteri kepada kami. Jadi kami harus menaatinya," ucap Mega melipat kedua tangannya di depan dada. "Lagi pula lo udah kalah hari ini, jadi sebagai imbalannya gue cuma minta hal sepele gitu, masak lo gak kasih, huh?" tantangnya.

Abi menghembuskan nafasnya kasar. "Baiklah baik. Seperti yang lo tau Dana itu orangnya polos, dia cuma dua bersaudara, kakaknya namanya Arjuna, gue lupa lanjutannya siapa. Mamanya sakit-sakitan dan udah parah. Dia suka main basket tapi gak ada waktu karena OSIS ternyata sesibuk itu, terus dia suka makan gorengan, segala jenis gorengan dia doyan, apalagi kalau yang murah. Terus dia juga orang biasa aja. Duitnya sering kurang buat jajan..." ucap Abi membeberkan semua informasi yang ia tahu kepada Mega.

Mega pun mengangguk paham mendengarkan semua informasi yang ia dapat. Bahkan ia menulis beberapa catatan pada ponselnya agar tidak lupa.

"Yosh! Akhirnya dengan ini misi gue selesai. Makasih ya. See you besok di sekolah," ucap Mega tersenyum lebar. Matanya pun tenggelam di dalam senyumannya. Perempuan itu menaiki motornya, dan pergi meninggalkan Abi yang entah memikirkan apa.

Saat ini Abi sedang diliputi rasa khawatir dan bersalah. Khawatir dengan keadaan Dana saat ini karena ia tahu betul apa yang akan terjadi bila berurusan dengan kucing putih seperti Mega. Dan bersalah karena telah membantu Mega menyelesaikan misinya. Sial! Kenapa ia merasa sedang berada diperbatasan dunia dan akhirat.

"Gue harus minta penjelasan Dana." Ia merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel keluaran terbaru dari sana. Mencari nomor lelaki polos yang saat ini memenuhi pikirannya. Ia berharap seorang Dana belum tertidur walaupun ini sudah pukul 1 pagi.

"Halo..." Bingo! Dana sepertinya belum tertidur mungkin karena masalah tadi pagi.

"Halo Dan, sorry gue ganggu lo. Gue mau tanya lo pernah berurusan sama orang rese gak?" tanya Abi setelahnya.

"Orang rese? Siapa maksud lo?" tanya Dana kebingungan. Sudah jam 1 pagi dan Abi hanya menelponnya menanyakan pertanyaan ambigu speerti itu?

"Ya... Kayak geng motor atau apapun, atau lo pernah buat kesepakatan sama pembuat onar, mafia mungkin," ucap Abi berusaha menjelaskan apa yang ia maksud tanpa menyebut nama orang yang ingin ia tanyakan.

"Enggak sih Bi. Tapi Varsya Kencana termasuk orang rese sih bagi gue."

Mata Abi membulat. Ia bahkan melupakan bahwa sahabatnya tadi pagi menemui si pembuat onar nomor satu di sekolah itu. Dan sialnya dia juga baru sadar bahwa si kucing putih lawannya hari ini adalah komplotan dari pembuat onar itu.

"Ta... tapi lo gak papa kan?" tanya Abi mulai khawatir.

"Gue gak papa sih Bi. Cuma mulai besok gue harus antar jemput dia ke sekolah. Sesuai kesepakatan gue tadi pagi. Dan juga gue berhasil nepatin janji gue sama Pak Joko," tutur Dana membuat Abisatya bernafas lega.

"Ya udah Dan. Gue kira lo bakal kenapa-napa. Gue tutup ya..." Abi mematikan sambungan teleponnya. Syukurlah untuk sementara setidaknya Dana aman. Paling tidak untuk malam ini saja.

"WOI! BOSSS... SINI! KITA LIAT MIKE TANDING!" teriak salah seorang anak buahnya yang melihat ketua gengnya dari kejauhan.

Abi pun melajukan motornya untuk kembali ke area balap. Setidaknya ia bisa menonton kemenangan Mike untuk menghibur dirinya yang kalah dari seorang Mega.

Disisi lain, Mega nampak menyenderkan tubuhnya pada salah satu tiang yang ada di area balap. Dirinya belum pulang setelah berhasil mendapatkan informasi yang ia butuhkan. Ia merasa ingin berada di area balap lebih lama lagi. Mungkin sebelum fajar menyingsing.

"Gimana? Lo berhasil dapetin infonya kan?" tanya seseorang dengan pakaian serba hitam menatap Mega dengan tajam.

"Gue berhasil..." ucap Mega mengirimkan sebuah file yang berisi catatan tentang Dana yang ia dapatkan dari Abisatya kepada orang yang ada dihadapannya.

Orang itu tersenyum puas, Mega memang dapat diandalkan di area balapan ini. Tidak sia-sia ia harus membeli dan membalik nama area ini demi seorang Mega yang merengek padanya sebulan lalu.

"Kerja bagus! Sekarang kita tunggu saja tangkapan yang bagus dari jala yang sudah kita sebar..."


- to be continued


**********


(pict : kucing putih penantang Abisatya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(pict : kucing putih penantang Abisatya)

BERANDAL KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang