Malam harinya, keempat gadis itu sedang berada di sebuah ruangan VVIP di sebuah club malam bernama Chili Bar sesuai dengan kesepakatan Vanesha yang berhasil menghubungi sugar daddy, perempuan yang menyebabkan Sasya kecelakaan.
Untuk berjaga-jaga, Abi dan Gani menunggu mereka diluar. Bersama dua pasukan tambahan, Eren dan Daren, bodyguard khusus yang dikirimkan Papa Sasya untuk mengawasinya. Dua om-om kekar itu nampak bisa diandalkan jadi Gani memutuskan untuk membawa mereka serta.
"Selamat datang. Selamat datang..." Pria paruh baya dengan setelan jas rapi menyambut mereka berempat dengan senyuman. "Mari, mari, ada apa ingin bertemu dengan saya?" tanyanya tanpa basa-basi sama sekali.
"Itu... Apa benar om itu sugar daddynya Laurensia Tang?" tanya Sasya dalam mode siaga karena om-om didepannya nampak mesum. Sedaritadi matanya mengarah pada dada besar milik Dita.
"Ah anak itu. Dia memang jalangku yang imut. Tapi sifatnya licik jadi saya sempat membuangnya beberapa hari yang lalu..." jelas sugar daddy Lauren menegak segelas sampanye dihadapannya.
"Ja... Jadi om sudah tidak menjadi sugar daddy Lauren lagi?" tanya Sasya lagi. Memastikan orang yang ada dihadapannya berkata jujur.
"Tidak, bukan begitu. Saya masih rajin transfer uang padanya. Tapi waktu saya butuhkan, dia selalu memberikan alasan. Sepertinya jalang kecil itu menemukan pesokong yang lebih kuat daripada saya."
Sasya mengangguk paham. "Om tahu dimana Lauren akhir-akhir ini?" Mega gentian angkat bicara. Mata sugar daddy itu langsung berbinar, Mega benar-benar seperti istrinya. Cantik dan matanya yang sipit... Sungguh om itu menginginkan Mega.
"Ya mana saya tahu. Saya sibuk. Tapi kalau buat kamu, om bakal luangin waktu. Asal kamu mau main sama om," goda om-om itu membuat Sasya menutupi tubuh Mega dengan tubuhnya.
"Om jangan main-main!" tegas Sasya yang merasakan jijik. Bahkan nama club mala mini sudah membuatnya jijik saat mendengarnya untuk pertama kali.
"Ah iya iya gadis manis. Maafkan saya. Apa kalian punya masalah dengan jalang kecil om?" Keempat gadis itu saling menatap. Haruskah mereka mengatakan yang sebenarnya pada om-om mesum itu.
Sasya menggeleng. "Enggak om. Kita cuma temen satu sekolahnya. Udah seminggu ini dia selalu ijin alasannya tidak jelas dan kebetulan kita pernah ketemu di area balap dan dia bilang dia punya sugar daddy. Setelah kami selidikin ternyata itu om, jadi kami inisiatif nemuin om untuk menanyakan kabarnya," beonya. Tentu semua itu hanya alasan Sasya agar om-om itu tidak curiga.
"Dasar anak itu... Kalau nanti ketemu, om bakal sampein ke Lauren. Oh ya nama kalian siapa? Biar dia tau kalau temennya sangat peduli sama dia."
"Nama saya Sisi om. Dia, Merlin." Sasya menunjuk Mega yang berlindung di belakang tubuhnya.
"Dia itu Ainun. Anak kelas sebelah sih om tapi masih gerombolan saya." Sasya menujuk Dita.
"Dan dia Veve. Anak manis yang duduk disebelah Lauren." Sasya menunjuk Vanesha yang tersenyum canggung.
"Hmm. Kalian gak mau minum dulu kah?" tawar sugar daddy Lauren itu memberikan segelas minuman pada mereka. Sambil menyunggingkan senyuman miring yang membuat Sasya langsung waspada. Ada yang tidak beres dari minumannya.
"Ahahaha terimakasih om tapi kami masih belum legal untuk meminumnya," alasan Sasya tersenyum canggung. Ia harus mencari cara untuk kabur dari ruangan ini. SEGERA!
"Oh, tidak apa-apa. Ayo coba sedikit saja. Ayolah sedikit saja anak manis." Om itu memaksa Sasya untuk minum, tapi Sasya tidak bodoh. Ia mengambil gelas itu dari tangan om-om itu, meletakkannya kembali ke meja.
"Maaf banget om, tapi kami benar-benar tidak bisa..." ucap Sasya memohon-mohon pada om mesum itu.
"Cobalah sedikit gadis baik. Ini minuman yang akan membuat kalian nyaman. Ayo cobalah." Peringatan waspada terukir jelas dalam pikiran Sasya. Dengan susah payah ia menghindar, tapi sayang, om itu berhasil membuat Sasya meminumnya.
"Haha bagaimana anak manis? Apa duniamu sudah merasa berputar hahahha..." Om mesum tertawa terbahak-bahak. Ia memberikan kode kepada anak buahnya untuk melakukan hal yang sama kepada teman-teman gadis manis itu.
Dita dan Mega langsung mengeluarkan senjata andalan mereka dari dalam sepatu. Sebuah pistol dengan dua mulut. "Jangan macam-macam! Atau akan aku Tarik pelatuknya!" ancam Dita mengarahkan pistolnya ke arah mereka.
"Coba saja kalau bisa gadis cantik. Begitu kau Tarik pelatuknya, kau akan sadar dan mendesah hebat dibawahku hahahaha..."
Mega yang menyadari terlebih dahulu ada aroma yang janggal dari ruangan itu. "Sialan! Kalian jangan bernafas! Udara disini sudah tercemar obat perangsang!" ucapnya. Dita yang shock langsung memberikan panggilan kepada tunangannya untuk segera membantu.
"Kalian tidak akan bisa kabur!"
DOR!
Satu peluru sudah berhasil dilesatkan Mega mengenai pundak kanan om mesum itu. Om itu meringis kesakitan saat pundaknya merasakan perih dan panas akibat tembakan yang dilesatkan cloning istrinya itu.
DOR! DOR!
Kali ini Dita mulai bergerak. Walaupun tubuhnya melemas, tapi tembakannya tak meleset. Mengenai beberapa anak buah sugar daddy Lauren.
DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!
Dengan sisa tenaga yang ada, Sasya juga membantu mereka menumpas musuh-musuh dihadapannya. Dita dan Mega nampak khawatir, membuat mereka melengah. "AWAS!" teriak Sasya saat Dita hendak ditikam oleh salah satu anak buah yang membawa belati ke arahnya.
CTAS! CTAS!
Itu Vanesha, gadis itu menggunakan senjata favoritnya, cambuk pita untuk menumbangkan musuh yang ingin menyerang sahabatnya. "Gue udah bilang ke Abi dan yang lain. Sekarang kita akan keluar! Jalan keluarnya ada di depan, belok kiri. Ikuti gue!"
Vanesha membimbing sahabatnya untuk keluar dari ruangan penuh dosa itu. Dengan bantuan kacamata pintarnya, gadis itu tak sulit untuk menemukan jalan keluar pada labirin itu. Di tengah jalan, Vanesha tak sengaja menabrak dada bidang seseorang didepannya.
"Maaf," cicitnya. Setelahnya ia berteriak senang mengetahui siapa pria yang ia tabrak. "KALIAN DISINI?! AKHIRNYA!" Itu Abi. Ia sudah datang bersama Gani dan kedua bodyguard Sasya.
"Bereskan mereka. Jangan buat mereka memilih untuk mati dengan mudah," titah Sasya kepada dua bodyguardnya yang langsung berjalan, menaati aba-aba dari nonanya.
"SAYANGGG!" Gani yang khawatir langsung memeluk calon istrinya erat. "Lo gak kenapa-napa kan? Gak ada yang luka kan? Are you okay?" cerocos Gani dengan berbagai pertanyaan yang membuat Dita terkekeh. "I'm totally okay babe," tuturnya.
"Ayo kembali. Tidak ada jawaban yang memuaskan yang mengharuskan kita tetap disini." Semuanya mengangguk menuruti perkataan Sasya. Mereka segera kembali ke mobil untuk pulang bersama meninggalkan para bodyguard yang sedang mengurus mereka dengan baik.
- to be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL KESAYANGAN
RomantiekVarsya Kencana, ketua geng berandal yang sangat terkenal seantero sekolah. Bukan hanya terkenal cantik, namun tingkahnya yang aneh dan tidak bisa diatur bahkan guru BK dan ketua OSIS menyerah untuk mengurusnya. Namun siapa sangka gadis berandal ini...