"Roman-romannya ada yang baru bahagia banget nih..." Hari masih pagi, bahkan pelajaran pun belum dimulai, namun kejulidan Lingga tak mengenal waktu. Pagi ini, si julid itu menemukan sesuatu yang janggal dengan temannya, Dana. Lelaki polos itu nampak tak melunturkan senyumannya semenjak tiba di kelas.
"Nape lo arwah jin komeng? Pagi-pagi udah senyam senyum aje kayak menang lotre," imbuh Gani mendukung perjulidan pagi ini.
Dana yang sedang bahagia hanya tersenyum menanggapi kejulidan dua sahabatnya.
"Kayaknya beneran ada yang gak beres nih," bisik Gani merinding melihat senyuman secerah matahari pagi milik Dana. Tak biasanya lelaki itu menampilkan senyuman secerah ini.
"Salah makan kayaknya," balas Lingga menatap jijik ke arah Dana.
"Gue gak salah makan ya," ucap Dana menatap sengit duo julid, Lingga dan Gani yang kini menghancurkan mood-nya karena bisikan-bisikan mereka yang sangat mengganggu.
"Lah dia denger. Gue kira masih conge," ucap Lingga yang langsung mendapat pukulan ringan pada kepalanya.
"Gue kagak conge! Gue cuma lagi seneng aja, akhirnya gue bisa nyaingin Gani dengan bucinannya..." Lingga dan Gani saling tatap mendengar penjelasan Dana. 'Nyaingin Gani dengan bucinannya?' Apa maksud Dana?
Abi memutar kedua bola matanya melihat wajah tolol natural kedua sahabatnya. Ia kemudian memutar kursinya ke belakang. "Lo udah jadian sama si kilat?" tanya Abi ikut bergabung dalam obrolan.
Lingga dan Gani yang masih memproses apa yang terjadi pada otak mereka hanya bisa melotot dan melongo mendengar pertanyaan Abi.
Dana mengangguk seraya mengeluarkan senyuman tengil. "Gue udah jadian nih sama kilat lo itu jadi gue harap lo bisa lupain semua perasaan lo ke dia," ucapnya membuat Abi hanya bisa menghela nafasnya.
"Sejak kapan?" gumam Gani namun masih bisa terdengar oleh mereka berempat.
"Sejak kapan apanya?"
"SEJAK KAPAN LO BERANI UNGKAPIN PERASAAN LO KE SASYA HA?! BUKANNYA LO TAKUT SAMA DIA DAN NGANGGEP DIA CUMA ADEK LO SENDIRI?!!!!" ucap Gani dengan nada sedikit tinggi.
Dana hanya terkikik pelan kemudian menatap Gani yang menuntut jawab atas pertanyaan yang ia ajukan. "Sejak kita liburan ke Jepang lah," jelas Dana menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Jangan-jangan kalian udah..."
"Ya nggak lah!" potong Dana sebelum Lingga menyelesaikan kalimat ambigunya. "Gue emang suka Sasya dari dulu, dari awal jemput dia. Tapi high quality of girl gue menolak perasaan suka gue ke berandalan kayak Sasya," jelasnya.
"Tipi high quility if girl gui minilik pirisiin siki gui ki birindilin kiyik Sisyi. Halah bacot lo dek bilang aja lo suka sama Sasya setelah si Lauren keluar dari sekolah kita kan?! Ngaku lo!" todong Gani dengan sorot mata tajam miliknya.
"Gak ya! Gue beneran suka dia dari awal ya cuma itu tadi..." ucap Dana menatap Gani tak kalah tajam.
"Sialan start gu dicuri lagi. Ya udah deh gue ngaku kalah. Selamat lo menang, tapi kalau kilat gue sampai kenapa-napa..." Abi mendekat ke arah Dana. Begitu dekat bahkan si polos bisa merasakan deru nafas si jangkung. "Gue bakal bunuh lo," bisik Abi membuat bulu kuduk Dana berdiri sempurna.
"Gue paham..." ucap Dana menjauhkan Abi dari dirinya.
"Nah berhubung lo udah janjian..." Dana menelan ludahnya melihat duo julid yang kini mendekat ke arahnya dengan tatapan lapar. "TOLONGGGG!" teriak Dana, tapi sudah terlambat. Duo julid berhasil menyeretnya menuju kantin.
"HAHAHAHA KITA BAKAL MAKAN PUAS HARI INI HAHAHA," ucap Gani tertawa terbahak-bahak, begitu juga dengan Lingga yang kini bertos ria dengan sahabat seperjulidannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL KESAYANGAN
RomanceVarsya Kencana, ketua geng berandal yang sangat terkenal seantero sekolah. Bukan hanya terkenal cantik, namun tingkahnya yang aneh dan tidak bisa diatur bahkan guru BK dan ketua OSIS menyerah untuk mengurusnya. Namun siapa sangka gadis berandal ini...