"Gue cuma sakit bangsat bukan mau meninggal, pakai ucapan karangan bunga segala!" Sasya tidak habis pikir dengan kelakuan teman-temannya. Baru saja ia sadar namun ia sudah dikejutkan dengan sebuah karangan bunga besar yang ada di depan matanya.
"SASYAAAA!" teriak ketiga gadis yang sedaritadi terjaga. Mereka memeluk ketua geng mereka erat hingga Sasya sendiri kesulitan untuk bernafas.
"Lepas anjing! Lo pada mau gue mati apa?!" kesal Sasya menepis pelukan beruntun ketiga temannya satu per satu.
"Syukurlah lo udah sadar," ucap Dita tersenyum manis ke arah Sasya.
"Yokatta... Lo bisa bikin kita gila kalau semisal bangun lebih lama lagi..." sahut Mega menghela nafasnya lega melihat manusia word of misuh di depannya.
"AAAA VANESHA KANGEN SASYA!" tambah Vanesha dengan mata sembab karena menangis semalaman.
"Kalian bertiga sendiri aja?" tanya Sasya tidak menemukan orang selain mereka. Bahkan orangtuanya sendiri tidak terlihat ada disekitar.
Ketiga gadis itu menggeleng. "Noh liat... Cowok lo juga nungguin lo. Nyampe tidurnya pules banget," ucap Dita menunjuk ke arah sofa, tempat seorang lelaki berbadan jangkung terbaring. Dengan wajahnya yang terlihat damai
"Di... Dia disini? Gue pikir dia udah gak peduli sama gue lagi," batin Sasya mengulum senyuman saat menatap wajah pulas Dana disana. Ia pun menoleh ke arah jam dinding besar yang ada tepat di seberang atas. Jam menunjukkan pukul 23.17, pantas saja bayi besarnya terlelap.
"Btw btw gue marah sama lo!" ucap Dita tiba-tiba. "Gue sama lo udah sahabatan dari SMP tapi gue baru tau mama lo itu pemain drama Princess Peach kesukaan gue! Tau gitu gue minta tanda tangan nyokap lo lewat lo!" lanjutnya.
"Ya maap lagian ma-"
Tunggu sebentar apa yang Dita katakan tadi? Baru tau mama nya seorang pemain drama? Darimana Dita tahu? Apakah mama nya tadi berkunjung kemari saat dirinya tak sadarkan diri.
"Lo tau darimana mama gue pemain drama itu?" tanya Sasya menyadari kejanggalan yang terjadi.
"Tadi mama lo yang-" ucapan Dita terpotong saat seorang wanita yang mereka bicarakan masuk ke dalam dengan membawa tiga buah kantong plastik besar entah apa isinya.
"Hohohoho... Jadi kalian lagi ngomongin tante ya? Sok lanjut aja, tante cuma mau ngasih ini sebagai ucapan terima kasih tante karena udah mau ngerawat anak tante yang super bandel ini," ucap Stefani memberikan satu per satu kantong yang ia bawa kepada ketiga sahabat anaknya itu.
Ketiga sahabat itu tertegun dan saling bertatap-tatapan. Pasalnya isi kantong plastik itu ternyata a lot of skincare, make up, camilan, dan barang kebutuhan lain yang tentunya sangat disukai seorang wanita.
"Kenapa mama disini?" Sasya menatap mama nya nyalang. Kalau mama nya disini pasti akan terjadi hal buruk kepadanya. Seperti lusa hari, mama nya mem-bully-nya habis-habisan karena terserang flu.
"Menurut lo aja sih gue ngapain disini," ucap Stefani teramat santai. Ia menatap kuku-kukunya yang baru saja dipoles daripada menatap tatapan maut yang diberikan puterinya padanya.
Sasya menghela nafas. Tuh kan benar, mood-nya selalu hancur jika sang mama ada didekatnya. Stefani melirik ke arah anak semata wayangnya yang masih lemas. Dengan mata terpejam, ibu anak satu itu berkata, "Mama cuma mau mastiin anak mama masih hidup aja. Bentar lagi mama bakal pergi kok tenang aja. Kalau anak mama mati nanti mama kan bingung harus gangguin siapa."
Ketiga sahabat Sasya melongo mendengar perkataan mama Sasya yang diluar nurul. Apa ada seorang ibu membuat alasan tidak bermutu seperti itu untuk menjenguk anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL KESAYANGAN
RomantizmVarsya Kencana, ketua geng berandal yang sangat terkenal seantero sekolah. Bukan hanya terkenal cantik, namun tingkahnya yang aneh dan tidak bisa diatur bahkan guru BK dan ketua OSIS menyerah untuk mengurusnya. Namun siapa sangka gadis berandal ini...