Bab 2 : Banyak Pikiran

151 8 0
                                    

Waktu istirahat, Dana jadi teringat janjinya kepada Pak Joko tadi pagi. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Apa iya dia harus menemui gadis berandal itu sendirian? Lama sekali Dana berkutat dengan pikirannya sendiri. Sampai ia tidak sadar teman-temannya kini membicarakannya.

"Temen lo lagi banyak pikiran, Ngga?" tanya Gani yang melihat Dana sedang melamun dengan dahi berkerut. 

"Iya njir. Kasian dia. Tadi dia sok-sokan ide mau nasehatin Varsya dan ginilah akibatnya. Kelimpungan sendiri kan dia... CK CK CK CK..." jawab Lingga dengan sedikit bumbu-bumbu kejulidan didalamnya.

"HAHAHAHAHA BANGSAT! Gak ngotak banget cok. Manusia mana yang bisa nasehatin cewek badung kayak Sasya. Ngawur banget si Dana," ejek Gani membuat Dana terganggu dari lamunannya.

"Heh! Mending kalian bantuin gue deh gimana caranya bisa nasehatin Varsya daripada julidin gue!" kesal Dana. Teman-temannya emang gak ada akhlak.

"Ya salah lo sendiri lah. Udah tau Sasya orangnya bandelnya minta ampun lo masih ngide mau nasehatin dia? Yang ada malah lo dihajar sama Mega salah satu anak gengnya," ucap Gani sambil menjulurkan lidahnya ke arah Dana. Ngejek ceritanya.

"Babi kalian semua! Pergi lo! Gue gedeg liat kalian berdua lama-lama..." amuk Dana. Ia memilih untuk keluar kelas. Membeli es coklat untuk mendinginkan kepalanya.

"Emang lo darimana Mega bisa ngehajar orang?" tanya Lingga penasaran. Setahunya Mega itu anaknya kalem gak pernah aneh-aneh. Cantik pula.

"Lo gak tau? Kemarin sekolah gempar gara-gara Mega ngehajar anak kelas 12 yang berusaha ngedeketin Vanesha ditaman. Mana kakak kelas yang dihajar itu komplotan gue... Hadehhh..." jelas Gani membuat Lingga merinding. Apa dia akan berakhir sama seperti kakak kelas itu saat mendekati Vanesha nantinya?

Kini duo berisik itu menoleh ke arah pemuda yang selalu menggunakan hoodie dimanapun. Jagadita Abisatya namanya. Orangnya cukup pendiam diantara mereka bertiga. Bahkan seharian Abi betah untuk tidak bicara.

"WOI, BI!" teriak Lingga. Abi hanya menoleh sambil menaikkan satu alisnya. "Lo kagak mau ke kantin?" tanyanya lagi.

"Ayo..." tanpa basa-basi Abi menarik dua cecunguk itu untuk ke kantin bersamanya. Kalau ke kantin Bersama Abi kan kedua cecunguk ini tidak perlu mengeluarkan uang karena Abi pasti akan membayar makanan mereka. Horang kaya...

Dikantin, Dana memilih untuk menyendiri di pojok kantin. Tempatnya sepi dan jarang dipakai orang, tapi Dana suka duduk disana. Kenapa? Karena dari sini dia bisa melihat seisi kantin, juga dari sini ia bisa melihat keluar ke arah lapangan dari jendela.

Dana mulai melamun lagi saat angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Tapi tak berlangsung lama.

BRAKKKK

Dana terkejut saat seseorang menggebrak mejanya keras hingga lamunan nikmatnya buyar.

"WOI! NGELAMUN MULU! KESAMBET KAPOK!" Itu Gani. Ia datang tak sendiri, tentu dengan Abi dan Lingga dibelakangnya.

"SI BANGSAT NGAGETIN AJA LO!" Emosi Dana mulai naik. Ia kesini berniat untuk menghindari kedua cecunguk itu eh malah sekarang... Dahlah...

"Mikirin apa?" tanya Abi terkesan dingin tapi sebenarnya dia perhatian.

Dana menghembuskan nafasnya. "Gue bingung Bi. Gue udah terlanjut janji ke Pak Joko buat nasehatin si Varsya biar dia gak telat lagi. Tapi masalahnya.... Gue aja gak pernah ngomong langsung sama dia..." keluh Dana.

"Saranku sih lo jangan terlalu berharap..." nasihat Abi karena ia juga tahu kalau temannya kemungkinan besar akan gagal dan berakhir tragis bila nekat menasehati si singa betina dan gengnya itu.

"WHAHAHAHAHA... Lo denger kan kata Abi? Makanya lo gak usah sok ngide deh WHAHAHAHA..." Duo julid kembali beraksi. Kini mereka kembali menertawakan nasib malang Dana. Bukannya membantu, mereka malah menambah parah nasib Dana.

Dana menghela nafas lagi karenanya.

Sepulang sekolah, seperti biasa Dana mampir dulu ke apartemen Lingga. Karena Lingga hanya tinggal sendirian disana. Mumpung mamanya juga tidak ada dirumah, jadi Dana bebas mau main kemana dan sampai kapan.

"Lo masih kepikiran Dan?" tanya Lingga yang sibuk memainkan PS-nya bersama Dana.

"Ya kepikiran lah bego. Bohong gue kalau bilang gak kepikiran," jawab Dana sedikit ngegas. Mulai ketularan duo julid nih, suka ngegas.

"Hah... Berat juga ya hidup lo. Mendingan lo jadi Ketos deh. Bisa leha-leha dan nyuruh-nyuruh doang...." Ucap Lingga. Walaupun ia merupakan anggota OSIS, tapi ia tidak suka dengan ketua OSIS-nya karena hanya diam tanpa melakukan aksi apapun jika ada laporan dari anggotanya.

"WOI! BAGI MAKANAN DONG!" Mereka hampir lupa kalau si bagong tukang onar juga ikut bersama mereka. Soalnya sejak masuk ke apartemen Lingga, Gani belum mengeluarkan suara sama sekali. Dia sibuk dengan ponselnya.

"Ya allah si bagong ngagetin aja njir!" Lingga menggeplak kepala Gani dengan bantal.

"Yeuuu... Ada makanan gak, Ngga? Go f*** yok gue traktir nih..." ucap Gani membuat kedua sahabatnya menatapnya tidak percaya. Seorang Gani yang pelitnya minta ampun mau mentraktir mereka?

"Kalian berisik!" ucap Abi yang terganggu saat membaca novel. Ketiga sahabatnya auto terdiam. Tidak ada yang berani menentang seorang Abisatya.

Setelah selesai berpikir, akhirnya mereka meng-order 2 porsi Spicy Wings, 4 porsi kentang goreng, 4 buah burger, dan 8 buah soda karena cuaca sekarang sedang panas-panasnya.

"Eh gue angkat telpon dulu ya," ucap Lingga keluar kamar untuk mengangkat telpon dari seseorang. Membuat Dana curiga saja. Biasanya juga ia langsung mengangkat telpon disampingnya. Ini pakai keluar segala. Mencurigakan...

"Eh ganti game dong. Gue mau main yang lain..." ucap Gani menyerobot stick PS yang ada di tangan Dana. Ia juga mengganti game yang mereka mainkan seenak jidat dia. Suka-suka Gani ajalah.

Setelah 45 menit menunggu, akhirnya makanan yang mereka pesan datang juga. Mereka sudah hampir mati kelaparan saking lamanya.

"Makannya pelan-pelan sat! Kek gak makan setahun aja lo anjeng!" maki Gani melihat cara makan Lingga, sangat rakut.

"Habis ini gue ijin pulang. Mama udah telpon." Ucap Abi disela-sela makan.

"Gue juga deh..." Dana ikut-ikutan.

"Gue masih mau disini. Ada yang mau gue obrolin sama Lingga hahahaha..." ucap Gani merangkul sahabat seperjulidannya.

"Serah lo serah..." ucap Lingga tidak memperdulikan tingkah absurd Gani. Ia fokus pada burger di tangannya.

Sesampainya dirumah, Dana masih saja kepikiran janjinya kepada Pak Joko.

"Bangsaattt... Kalau gini terus gue bisa gila anjir..." Nah kan mulai muncul umpatan-umpatan halus seorang Dana.

"Oke besok pagi gue bakal nyamperin Varsya ke kelasnya. Semoga aja dia gak telat dan bisa beres sebelum pelajaran pertama dimulai," monolog Dana.


- to be continued


**********

(pict : Dana dengan buku keramat OSIS)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(pict : Dana dengan buku keramat OSIS)

BERANDAL KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang