Bab 38 : Hello Japan!

22 1 0
                                    

Akhirnya setelah seminggu mengalami penyiksaan karena setan bernama Penilaian Akhir Semester itu, para siswa dan siswi bisa bernafas dengan lega. Akhirnya penderitaan mereka berakhir.

"Jadi besok kita bakal berangkat ke Jepang?" tanya Vanesha memastikan ulang jadwal keberangkatan mereka.

Sasya menoleh dan mengangguk. "Gue udah bilang sama Mama besok berangkat ke Jepang dan beliau udah sewa villa buat kita disana," jawabnya.

"Kenapa gak di hotel aja Sya?" tanya Mega. Padahalkan hotel lebih enak. Mereka bisa mengurangi barang bawaan seperti alat mandi dan selimut. Kalau villa kan belum tentu ada.

"Lo tenang aja. Villa gue udah setara sama hotel bintang lima. Sandal, alat mandi, handuk, hair dryer, selimut, alat masak, bakaran, semua yang lo butuhin ada. Lagian kalau di hotel ntar kalau kalian mabuk dan salah masuk kamar om-om kan bahaya," jelas Sasya agar tidak salah paham.

"Eyyy disini ternyata kalian." Gani diikuti tiga temannya akhirnya datang juga ke atap. "Gue cari-cariin keliling kantin gak ada, ternyata disini," imbuhnya.

"Matiin rokoknya," tutur Dana ketika melihat Sasya ingin menyalakan sebatang rokok baru. Sasya pun menurut daripada terjadi perdebatan tak berarti.

"Di Jepang sekarang musim apa ya?" gumam Mega membuka-buka seluruh buku komik manga favoritnya. Matanya berbinar-binar saat melihat karakter favoritnya, atau yang biasa disebut husbu oleh penggemar manga lainnya, begitu menawa menggunakan pakaian shirtless walaupun di musim dingin. "Woah... Gray-sama suki dayoooo...." Teriaknya.

"Ara ara..." Lingga menutup mulutnya menggunakan tangan karena ikut keceplosan mengucapkan kata berbahasa Jepang yang sering ia dengar ketika adik kembaranya menonton anime. Semburat merah nampak menghiasi wajahnya yang nampak malu-malu. Untung tidak ada seorang pun mendengarnya.

"Oh ya, jangan lupa bawa jaket tebal. Disana sekarang sedang musim dingin. Kalian mungkin akan kedinginan..." ucap Sasya kemudian memberikan list barang yang harus mereka bawa selama trip ke Jepang nantinya.

"Gue kayaknya gak bisa berangkat." Semua orang otomatis menoleh ke arah Dana setelah ia mengatakan demikian. Dengan guncangan kuat, Gani mempertanyakan alasan kenapa sahabatnya itu tiba-tiba ingin membatalkan liburannya. Tidak, lebih tepatnya liburan bersama para sahabatnya.

"Gue... Gue gak bisa..." ucap Dana menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Gani yang sudah ingin menghantam wajahnya dengan pukulan. "Gue... Gue gak pantes..." lirih Dana.

"Bajingan ini..." Satu pukulan sudah siap Gani layangkan, tapi tangannya ditahan oleh Sasya yang kini mendorong lelaki berkulit tan itu hingga menjauh dari hadapan Dana.

"Dengar, jika lo masih ngerasa bersalah sama gue, lo harus berangkat. Dan kalau lo gak berangkat, gue bakal datengin rumah lo dan seret lo ke Jepang, paham?" ucap Sasya dengan angkuhnya. Mengangkat wajah Dana dengan satu jarinya hingga kedua mata mereka bertemu.

"Tapi..."

"Dasar bodoh..." gumam Sasya yang bisa melihat jelas rasa sedih, bersalah, kekhawatiran dan perasaan negatif lainnya bercampur dalam kedua iris kecoklatan lelaki dihadapannya.

Sasya menghela nafas sejenak. "Gue gak mau denger alasan apapun. Kalau masalahnya sama kerjaan, gue bakal pecat HRD yang berani mecat lo. Paham kan sekarang?" lanjutnya dengan senyuman miring kemudian pergi begitu saja meninggalkan atap.

"Lo denger sendiri kan kata-kata dia. Perintah Sasya itu M U T L A K loh..." tambah Dita semakin memperpanas situasi diantara mereka.

"Ya kalau kata TWICE sih, lo Cuma punya dua pilihan. Yes or YES!" imbuh Vanesha yang terlihat menakutkan. Tampangnya angkuh dan sulit di bantah, mirip dengan Sasya sendiri.

BERANDAL KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang