"Tolong kalian jangan pada liatin gue kayak barang antik gitu dong!" sentak Sasya kepada orang-orang di kelas yang melihatnya seperti barang antik. Baru juga dia tidak masuk 3 hari, mereka sudah heboh saat dirinya kembali masuk.
"Syukurlah lo udah masuk. Gue kira lo meninggal," ceplos Tania, musuh bebuyutan Sasya.
"Heh mulutnya! Kalau dia beneran mati gimana nasib kita njing!" bentak Mega tak terima dengan mulut sialan gadis berambut ash blue itu.
Jevon, sang ketua kelas tersenyum melihat kehadiran sosok yang paling sering absen di kelas sudah kembali. Ia pun menyodorkan beberapa buku catatannya kepada Sasya. "Lo catet aja semua ini, gue males fotoin satu-satu," alasannya.
Sasya merotasi matanya 180 derajat. Ketua kelasnya ini terlalu baik dan saking baiknya membuat gadis berambut hitam itu ingin menonjoknya. "Baru juga masuk elah!" ucapnya berdecak sebal.
"Terus kenapa kalau baru masuk ha?! Lo juga butuh nilai bajingan! Udah lo jangan nyusahin kelas ini lagi ya njing! Gue udah pusing mikirin pengeluaran kita lama-lama bengkak mana gak ada yang mau bayar kas!" Seisi kelas mendelik Ketika bendahara kelas, Chiara mulai berbicara.
"Iye iye gitu bae mayah-mayah lo," canda Sasya terkekeh geli.
"Sasya..." Suara bariton menyapa pendengaran mereka. Seisi kelas pun mulai memperbincangkan siapa yang datang menghampiri ketua geng berandal itu. Badannya yang jangkung dan gagah membuat siapapun terpesona, kecuali Sasya and the gang.
"Ada apa wahai ketos yang baik hati dan sombong?" tanya Sasya menantang lelaki kekar yang ada dihadapannya.
Lintang tersenyum miring mendengar panggilan yang diberikan gadis berandal itu padanya. 'BAIK HATI DAN SOMBONG'. "Gue denger lo deket sama Dana staff kedisiplinan. Apa benar?" tanya Lintang memastikan kabar yang beredar di publik.
"Well, kalau gue bilang iya kenapa kalau gue bilang nggak juga kenapa?" tanya balik Sasya. Emang membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra menghadapi singa betina liar seperti Sasya.
"Gue cuma pengen lo jauhin dia mulai detik ini. Dia punya Lauren!" ujar Lintang tegas. Rahangnya mengeras dan menatap nyalang gadis dihadapannya.
Merasa tertantang, Sasya menyunggingkan senyum miring. Ah ternyata sang ketua OSIS ini berpihak pada jalang sialan yang membuatnya masuk rumah sakit. Bahkan kakinya masih sakit untuk digerakan karenanya. "Kalau gue gak mau gimana?" tantang Sasya.
"Itu urusan lo, gue udah peringatin. Dan sebaiknya lo jauh-jauh dari Dana, dia cuma lelaki biasa dan juga staff gue yang paling rajin diantara kedisiplinan yang lain..." Setelah berkata demikian, Lintang pergi dari kelas tanpa mengucapkan selamat tinggal.
Sasya tersenyum licik. Ternyata rubah itu mulai bergerak. "Dita, Mega, lo tau apa yang harus kalian lakuin kan?" tanyanya. Kedua petarung itu mengangguk. "Vanesha, tugas lo kayak biasa. Cari tahu identitas dia..." titahnya lagi. Vanesha yang tadinya bersantai berubah menjadi serius. Sudah saatnya ia bekerja.
"Pulang sekolah lo hubungin sugar daddy jalang itu bilang gue mau main sama dia..." Dita mengangguk paham. Wanita tomboy itu segera mengirimkan pesan sesuai perintah nonanya.
**********
Disisi lain, Dana sedang berbincang dengan perempuan yang berhasil menaklukan hatinya sekali lagi. Bahkan ia menepis sebuah fakta bahwa perempuan imut di depannya adalah dalang dari kecelakaan yang dialami sumber pundi-pundi hartanya.
Abi memandang keduanya tak suka. Sebagai partner balap, ia tidak terima kilatnya dilukai begitu saja dengan wanita murahan seperti itu. Sialnya temannya yang polos malah jatuh cinta dengannya. Bukan hanya Abi, Gani dan Lingga juga menatap mereka nyalang.
"Ngga, ajarin gue ini dong..." ucap Gani setelahnya. Jam pelajaran mereka kosong karena Bu Merza sedang pergi ke luar. Tapi tetap saja guru cantik dan bahenol itu meninggalkan segunung tugas untuk mereka.
Lingga pun membimbing Gani pelan. Harus sabar menghadapi Gani yang punya otak dengan kapasitasnya hanya 100 mb ini. Gani perlahan mulai paham apa yang diajarkan Lingga, walaupun harus diwarnai dengan adu mulut dan eyel-eyelan.
"Hahaha lo bisa aja Ren. Gue juga baru tau kalau ada benda unik kayak gini hahaha..." ucap Dana saat Lauren memperlihatkan senter unik yang harus dipompa dengan menggunakan terlebih dahulu baru bisa menyala miliknya.
"Kalian berdua ngoceh mulu kek beo! Mending garap!" sindir Lingga yang sedikit terganggu dengan pemandangan didepan matanya. "Yeuuu si dobleh sirik bae. Tapi ada benernya juga, WOI GARAP WOI! ABI GAK MAU BAGI-BAGI KALI INI!" timpal Gani. Dana hanya menatap keduanya jengah.
Lelaki polos itu pun membuka tugasnya, mulai mengerjakan apa yang ditugaskan Bu Merza. Tentu saja bersama gadis yang ia sukai. Sesekali bercanda karena Lauren benar-benar polos. Seperti bayi.
"Jijik gue," bisik Lingga kepada Gani. Gani pun mengangguk setuju, "Apa kita harus lapor kanjeng ratu?" usulnya.
Lingga mengangguk, namun sedetik kemudian menggeleng, "Jangan! Ntar uang gue ludes lagi buat nyenengin dia!" cegahnya. Gani pun tertawa mengingat wajah melas Lingga yang dompetnya terkuras habis hari itu.
"Gue duluan..." ucap Abi mengumpulkan tugasnya kepada ketua kelas lalu berlalu keluar kelas. Ketiga sahabatnya melongo. Akal licik mereka pun muncul, mereka memohon kepada ketua kelas untuk memberikan buku tugas Abi kepada mereka. Tapi sayang ketua kelas terlalu mengemban kejujuran jadi mereka gagal.
Di atap, Abi menikmati semilir angin yang menerpa tubuh jangkungnya. Suara derap Langkah pun terdengar, ia menoleh mendapati seseorang yang sangat ingin ia temui sekarang. "Nunggu lama?" tanya perempuan secepat kilat itu.
Abi menggeleng. "Luka lo udah sembuh?" tanya Abi memberikan sekotak jus apel yang ia bawa kepada partner balapannya, Sasya atau yang ia sebut kilat.
"Seperti yang lo liat gue oke. Ya cuma bekas luka masih belum kering sempurna. Kaki gue juga masih lumayan sakit buat jalan. Untung aja gak perlu pakai pen segala sih. Masih selamat," ucap si kilat membuat partner bicaranya mengangguk lagi.
"Ternyata perempuan itu rubah, bukan dia lebih buruk, dia ular," celetuk Sasya. Abi tidak bodoh untuk mengetahui siapa yang kilatnya itu maksud. "Mana si ketos brengsek itu tadi ngelabrak gue dan nyuruh gue jauhin temen lo yang guoblok itu," tambahnya.
Abi mengernyit. Sejak kapan Lintang dan Lauren menjadi sekutu? Bahkan mereka tidak pernah terlihat bersama. Bagaimana bisa?
"Gue curiga masalah ini gak semudah itu Bi. Mengingat dia punya sugar daddy yang pengaruhnya luar biasa di arena balap." Abi mengangguk lagi. Ia juga merasa masalah ini akan rumit.
"Lo ikhlas kalau semisal Lauren jadian sama sugar boy lo?" cicit Abi. Sasya terkekeh, ternyata King Arena ini sudah tahu hubungan dirinya dengan Dana.
"Ya kalau itu bisa buat dia bahagia dan gak membahayakan nyawanya. Gue fine..." tutur Sasya mengulum senyuman pahit.
"Izinin gue jadi malaikat pelindung lo juga," pinta Abi kepada perempuan kilat. Sorot matanya terlihat tenang dan tidak ada kebohongan maupun keraguan disana.
"Gue gak mau ngerepotin orang lain buat masalah sepele."
- to be continued
![](https://img.wattpad.com/cover/361790998-288-k696990.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL KESAYANGAN
RomansVarsya Kencana, ketua geng berandal yang sangat terkenal seantero sekolah. Bukan hanya terkenal cantik, namun tingkahnya yang aneh dan tidak bisa diatur bahkan guru BK dan ketua OSIS menyerah untuk mengurusnya. Namun siapa sangka gadis berandal ini...