Bab 10 : Tersangka

89 7 0
                                    

"Hari ini lo longgar gak?" tanya Sasya yang sudah duduk di meja milik Dana. Dirinya sedang mengemut sebuah permen karena Dana membuang semua rokoknya dan menggantinya dengan sekantung lollipop.

Dana menatap tak suka gadis yang duduk di meja miliknya. "Gak. Kenapa emang?" jawab Dana dengan nada ketus.

"Yah... Gue kira lo longgar..." ucap Sasya dengan nada sedikit kecewa. "Ya udah deh gue ajak Gani aja..." lanjutnya, menurunkan pantatnya dari meja Dana, hendak keluar dari kelas IPA yang menjengkelkan itu.

Namun tangan kekar Dana menahannya. "Mau kemana emang?" tanya Dana penasaran.

"Gak kemana-kemana sih... Cuma mau ngecek aja keadaan pasukan sebelah," jawab Sasya dengan senyuman licik terpatri pada wajah cantiknya. Dana menghela nafasnya mendengar ide busuk yang akan dilakukan oleh Sasya.

"Gak! Lo gak boleh tawuran lagi hari ini! Gue juga gak bakal ngijinin Gani buat ikut lo ke sekolah sebelah. Lo hari ini diem-diem aja di sekolah!" titah Dana menatap nyalang Sasya.

"Lo siapa ngatur-ngatur Sasya?!" Dita melangkahkan kakinya ke arah mereka. Dengan amarah yang berkobar-kobar, gadis tomboy itu menarik kerah baju Dana hingga sang sempunya sedikit tertarik ke atas.

"Gue..."

"Dia tetangga gue!" ucap Sasya memotong Dana yang hendak menjawab pertanyaan Dita. Ia tahu bahwa si polos akan menjawab dengan jujur dan rahasia diantara mereka akan bocor nantinya. "Turunin dia, Dit," lanjut Sasya.

Dita menurut, menurunkan kerah baju Dana yang sudah nampak lusuh karena ulahnya. "Sekali lagi gue liat lo ngatur-ngatur ketua gue, liat aja! Lo bakal habis ditangan gue sendiri!" ancam Dita dengan kilatan tajam di matanya.

Dana hanya bisa menghela nafasnya. Ia melihat punggung kedua wanita rese semakin menjauh. "Syukurlah..." ucap Dana merasa lega karena kini ia bisa bebas walaupun sebentar. "Gue harus cari cara untuk mutusin perjanjian ini," gumam Dana.

Siang harinya, Dana dikejutkan dengan sebuah spanduk yang terpajang didepan ruangan OSIS. 'RAPAT MULU, EMANG INGET JANJI YANG DULU?' 'BUAT APA DUA PERIODE KALAU GAK ADA STUDY TOUR!' '#TUKANGTIPU' begitulah tulisan yang terpajang di ruangan tersebut.

Saat membuka pintu, ternyata para inti OSIS sudah berkumpul disana dengan wajah masam. "Apa yang terjadi?" tanya Dana memecah keheningan diantara mereka.

"Ini pasti ulah Sasya," celetuk Tiara, kepala bidang pengembangan sumber daya manusia. "Gue juga mikir gitu," tambah Airi, bendahara umum OSIS. Dan beberapa kepala bidang lain yang mengangguk, setuju dengan pendapat Tiara.

"Kenapa kalian berpikir seperti itu?" tanya Dana kemudian bergabung dengan para ketua bidang yang lain. Hari ini ketua bidang kedisiplinan sedang sakit jadi Dana lah yang menggantikanya.

Semua mata menoleh ke arah Dana saat lelaki itu menyangkal pendapat Tiara. "Bukannya cuma dia yang bisa bikin semua masalah kayak gini?! Toh dia benci banget sama Lintang," tutur Alex, kepala bidang danus dengan amarah menggebu-gebu.

"Kita gak bisa ambil kesimpulan gitu aja..." ucap Aloy, kepala bidang hubungan masyarakat yang nampak setuju dengan pendapat Dana. "Emang Sasya hobi buat masalah tapi dia gak akan nyinggung soal study tour kan? Toh dia gak peduli ada atau engga study tour. Gak guna juga buat dia," lanjutnya.

"Gue setuju sama Aloy. Setahu gue Sasya gak akan pernah mengambil tindakan yang gak ada untungnya buat dia," ucap Lexi, sekretaris jendral OSIS.

"Gimana kalau kita undang dia kesini?" Lintang memandang ke seluruh jajaran kepala bidang yang kini mengangguk, setuju dengan ucapannya. "Aloy, lo hubungin Sasya. Suruh dia kesini pas pulang sekolah nanti. Buat jaga-jaga, Dana lo juga suruh dia kesini," titah Lintang.

BERANDAL KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang