Bab 23 : Usai

42 5 0
                                    

"Ngapain lo disini?!" ucap Dita nyalang kepada sosok yang baru saja datang bersama tunangannya. Perempuan itu berdiri didepan Sasya, berusaha untuk melindunginya bak permata.

"Kalem, babe. Dia Cuma mau minta maaf..." ucap Gani membawa tubuh mungil tunangannya untuk bergeser ke samping Sasya.

"Lo percaya sama dia? Gue sih engga," ucap Mega bersedekap dada. Memandang Dana dari atas ke bawah berulang kali. Bahkan senyum keraguan tercetak jelas pada wajah cantiknya.

"Udah guys... Dengerin penjelasan dia dulu. Siapa tahu dia udah beneran tobat," tutur Lingga mendekap tubuh kembarannya yang ingin memukul seseorang. Dia juga menutupi mata kembarannya agar tidak semakin kesal melihat Dana yang terlihat ragu-ragu.

"Waktu lo 5 menit," tegas Sasya menyetel stopwatch yang ada diponselnya.

Dana mengambil nafasnya dalam-dalam. Ia seperti tersangka yang siap di interogasi oleh sekumpulan polisi. "Gue bener-bener minta maaf. Gue gak maksud ninggalin kalian ataupun diemin kalian. Maaf kalau gue lebih milih Lauren dan seolah-oleh kecelakaan yang terjadi sama Sasya bukan salah dia. Maaf banget kalau kalian ngerasa gitu. Jujur gue juga belum bisa nerima fakta seberat itu. Gue kenal kalian juga gak singkat tapi gue juga gak nyangka kalau gadis yang gue suka ternyata-"

"Intinya aja..." Abi buka suara. Jengah mendengar permintaan maaf yang bertele-tele itu.

"Intinya gue minta maaf sama kalian dan gue gak bisa lepasin Lauren maupun Sasya. Gue suka sama Lauren tapi gue juga gak bisa lepasin Sasya gitu aja. Terlepas dari perjanjian yang pernah kita buat, Sya. Jadi... Kalian bisa maafin gue kan?"

"Lo gentle juga ternyata..." ucap Dita menatap Dana remeh. "Tapi gue gak bisa maafin lo karena lo udah bikin nona kesayangan gue nangis terus-terusan. Dan lagi saat dia sakit, lo kemana? Dia aja bisa 24/7 jagain lo, sedangkan lo-"

"Dita..." Sasya menghentikan ocehan sahabatnya. "Ikut gue..." Ia menarik tangan Dana untuk mengikutinya.

"Lo masih marah sama dia, Bi?" tanya Gani kepada lelaki jangkung yang tengah menikmati sebatang rokok ditangannya.

Lelaki jangkung itu tersenyum miring. "Gue udah gak marah tapi rasa kecewa gue gak mungkin hilang gitu aja," jelasnya.

"Guys... Gue akhirnya nemu identitas dia," ucap Vanesha yang baru saja mendapatkan PDF yang berisi biodata orang yang sedang ia selidiki dari bawahannya. Semuanya langsung mengerubungi gadis manis itu, manik mereka membulat setelah membaca dan mengetahui berbagai fakta yang baru saja mereka terima.

Disisi lain, Sasya menyeret Dana ke gudang dibelakang sekolah, tempat sekolah menyimpan semua asset, mulai dari kursi sampai peralatan olahraga yang sudah using ada disana. Tempatnya memang tidak terlalu luas tapi sepi sehingga cocok untuk membahas masalah mereka.

"Kenapa lo bawa gue kesini?" cicit Dana setelah Sasya berhenti dan mendudukan dirinya diatas meja yang ada disana.

"Lo... Beneran suka sama Lauren?" tanya Sasya. Dana mengangguk, menyetujuinya. "Bahkan setelah tau fakta dia yang bikin gue kecelakaan kayak gini?" tanyanya lagi. Kali ini Sasya membuka almamater yang menutupi lukanya. Sudah lumayan kering tapi tetap saja Nampak mengerikan.

"Maaf tapi gue gak bisa nolak saat dia deket sama gue. Bahkan jantung gue mesti berdetak kencang dan pipi gue jadi merah cuma karena dia ada di dekat gue," jelas Dana tidak mau ada salah paham lagi diantara mereka.

Sasya mengangguk. Hatinya seperti teriris. Ternyata begini rasanya cinta bertepuk sebelah tangan.

"Tapi gue juga gak bisa lepasin lo, Sya..." ucap Dana lagi setelah beberapa saat hening.

"Lo egois Na," ucap Sasya merasakan nyeri pada dadanya.

"Gue gak tau tapi kenyataannya gitu. Maaf... Gue bener-bener minta maaf Sya..." ucap Dana menundukan kepalanya, merasa bersalah. Lagi-lagi ia menyakiti hati gadis garang dihadapannya.

"Apa karena gue sugar mommy lo, lo jadi gak rela lepasin gue?" tanya Sasya lagi. Dana menggeleng cepat. Sasya menghela nafasnya berat. "Kalau gitu perjanjian kita akhiri aja. Lo gak perlu jadi baby boy gue lagi. Lo juga bakal gue masukin ke salah satu kedai kopi punya bokap gue, jadi lo bisa terus punya uang buat pegangan."

Dana tertegun. Sikap Sasya benar-benar dewasa. Malahan dirinya yang terlihat seperti anak kecil yang tidak ingin melepaskan salah satu genggamannya.

"Lo bebas sekarang Dan..." ucap Sasya memalingkan wajahnya. Menahan sesuatu yang kini meluncur membasahi pipinya.

"L... Lo nangis..." Dana merengkuh tubuh kecil Sasya ke dalam pelukannya. Tidak tega melihat gadis yang ia kenal sebagai manusia terkuat menangis dihadapannya. Tapi Sasya menolaknya, ia menjauhkan tubuh Dana.

"Lo jangan buat gue semakin bingung sama perasaan lo!" ucap Sasya. "Gue gak bisa terus-terusan bergantung sama lo, sedangkan lo punya seseorang yang lo sayang..." tambahnya.

Dada Dana berdenyut mendengarnya. Entah, tapi luka yang Sasya rasakan... Ia merasakannya juga.

"Lo bisa pergi. Gue gak ngelarang lo lagi sekarang. Lo bisa bebas. Lo bisa kejar cinta lo. Kejar Lauren Na. Tinggalin gue sendiri!" ucap Sasya dengan air mata yang kian menderas karena emosi.

"Ta... Tapi..."

Sasya menarik kerah baju Dana. Mengikis jarak diantara mereka. Iris mereka saling bertemu. Belum pernah mereka sedekat ini sebelumnya. Sasya memberanikan dirinya, berjinjit dan

CUP!

Sasya menyatukan bibirnya dan bibir Dana. Memberinya sebuah kecupan singkat.

"Selamat tinggal..." ucap Sasya kemudian keluar dari Gudang. Menghapus air matanya agar tidak ada yang curiga. Meninggalkan Dana yang masih mematung disana.

Dana terhuyung ke belakang setelah kepergian Sasya. Tubuhnya tidak bisa berdiri seimbang sekarang. Pikirannya kalut. Ia menyentuh bibirnya berulang kali, mengecapnya dan memastikan ini semua bukan mimpi.

Pertama kalinya dalam hidupnya ia dicium oleh seorang Wanita. Wanita yang tidak ingin ia lepaskan.

"Apa yang harus gue lakuin..." ucap Dana setelah sadar ternyata semua ini bukan mimpi. Sasya benar-benar mencium bibirnya.

"Gue gak bisa nemuin Sasya lagi. Gue gak punya muka lagi buat sekedar liat dia. Gue... Gue gak bisa... Gue masih gak bisa lepasin dia..." Kedua tangan Dana bergetar. Hatinya berdegup kencang. Perasaan membuncah memenuhi hatinya.

"Gue... Gue sayang lo Sya..."


- to be continued

BERANDAL KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang