Bab 43 : TOD adalah Maut

17 2 0
                                    

Malam harinya, mereka berdelapan kembali menggabut seusai memakan satu kotak bento yang sudah disediakan oleh Tuan Fuguka untuk mereka bawa pulang. Mereka berdelapan benar-benar tidak mempunyai ide untuk menghabiskan malam ini, sampai sebuah ide gila Aditya Kahyang muncul.

"KUY!" teriak Dita mengeluarkan dua botol anggur dan sekotak kartu TOD yang ia buat sendiri dengan bantuan Gani kala mereka berkencan di rumah Dita. Dengan senyuman jahil, Dita mengumpulkan teman-temannya untuk duduk melingkar sebelum memulai permainan mematikan itu.

"Ah tai gue udah ngira lo bakal ngeluarin kartu laknat itu," keluh Gani seketika menyesal sudah membuat pertanyaan yang aneh-aneh di dalam kartu tersebut. Dita hanya terkekeh menanggapinya sementara keenam temannya yang clueless hanya menatap cengo dua sejoli itu.

"Peraturannya sederhana, kalau lo gak mau ngelakuin ya minum 2 gelas hehehe," ucap Dita dengan cengiran tak bersalah. Bukannya takut, teman-temannya yang lain justru merasa tertantang.

"Siapa takut," ucap Sasya dengan senyuman miring.

Permainan pun dimulai.

Dita memutar botol kosong yang sudah dipasang di tengah-tengah mereka.

"Sialan," umpat Gani memutar bola matanya malas. Sepertinya ia terkena karma karena turut ambil bagian dari pembuatan kartu jahanam itu. "Dare ajalah gue," ucap Gani. Dita dengan cekatan memberikan kartu berwarna pink, kartu dare kepada kekasihnya.

"Cium orang yang menurut lo menarik..." ucap Gani kemudian bernafas lega. Untung ia tidak mendapatkan pertanyaan aneh-aneh. Ia menangkup wajah mungil Dita dengan kedua tangannya, mengecup keningnya cukup lama kemudian melepaskannya.

"Duh jiwa jomblo gue meronta-ronta," sorak Mega yang membuat semua orang tertawa. Melihat drama picisan di depan mata mereka yang rata-rata jomblo tentu membuat mata mereka... Lebih tepatnya hati mereka nyeri.

"Lanjottttt..." seru Sasya bersemangat. Ia memutar botol kosong itu. Kemudian berdecih karena sialnya ujung botol itu berhenti dan mengarah padanya sendiri. "Gue pilih truth yang aman," ucap Sasya. Dita yang masih bersemu-semu memberikan sebuah kartu bewara biru kepada Sasya.

"Sialan pertanyaan apa ini?!" protes Sasya. "Rahasia apa yang lo sembunyiin dari temen-temen lo..." gumam Vanesha yang ada di sebelah Sasya, membaca kalimat yang ada di kartu biru itu.

Ketujuh pasang mata langsung menatap penuh harap ke ara Sasya yang nampak berpikir sejenak. "Dan, kalau gue bongkar rahasia kita disini lo marah gak?" tanya Sasya sebelum menyampaikan rahasia terbesarnya.

"Anjay kayaknya penting. Rahasia apaan tuhhh.." kompor Gani kemudian tertawa karena Dana menatapnya tajam.

"Terserah lo Sya. Lagipula bukan rahasia yang memalukan," ucap Dana dengan wajah sedikit memerah. Sial, dari sekian banyak rahasia kenapa Sasya memilih untuk membocorkan rahasia mereka, pikirnya.

"Oke..." Sasya menghirup nafas dalam-dalam, mengeluarkannya. "Dana pernah jadi baby boy gue," ucap Sasya membuat semua orang, kecuali Dana dan Abisatya, melongo mendengar fakta sebesar itu..

"WTF?!!! KOK LO MAU SIH DANNN???!!!!" teriak Gani mengguncang kuat tubuh Dana.

"Hooh, kok bisa sih?! Gue pikir hubungan lo sama Sasya sebatas tukang ojek, antar jemput karena janji lo sama Pak Joko," tambah Lingga.

"Gue sebagai teman terdekat lo merasa dikhianati anjir... Teganya dirimu mbak menyembunyikan rahasia se-fantastis ini?!!!" ucap Dita mendramatisir. Dasar Drama Queen.

"Banyak bacot lo pada. Intinya gue yang nawarin Dana dan Dananya mau udah titik. Lanjut, gak usah pakek banyak tanya lo pada!" ucap Sasya menyudahi pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan memutar botol kosong.

BERANDAL KESAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang