Terhitung sudah 3 hari berlalu sejak mendiang Rosita dimakamkan, selama 3 hari ini juga Danis kerap kali melihat putera bungsunya selalu bertengkar dengan perempuan yang sudah merawatnya selama ia pingsan. Seperti sekarang ini.
Di hari Minggu pagi yang seharusnya tenang, Dana dan Sasya malah asyik bertengkar karena masalah obat. Dana yang pembangkang tidak ingin meminum obat paginya, sementara Sasya yang memaksanya untuk terus meminum obatnya.
"Minum dulu ahhh... Nanti kalau sakit lagi siapa yang repot ha?!" sentak Sasya sambil terus mendorong segelas ramuan obat dokter ke depan mulut Dana.
Tapi Dana menolak untuk meminumnya. Lelaki itu memilih menutup rapat rapat mulutnya daripada harus merasakan pahitnya obat seperti racun baginya.
"DANAAA!" kesal Sasya. Pagi ini ia berbaik hati ingin menjenguk Dana yang masih belum pulih seutuhnya tapi begitu sampai didepan rumah, ia mendapat laporan dari Kak Juna kalau Dana tidak mau meminum obatnya.
"Ayolah sekali ini sajaaa... Nanti gue kasih hadiah deh kalau lo minum obatnya," bujuk Sasya lagi.
Dana terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya ia membuka mulutnya karena tergiur dengan bujukan Sasya barusan. Dengan berat hati, ia meminum obat bagai racun itu dengan sekali tegukan. "HUEKKK... Air... Air putihnya mana?"
Sasya dengan sigap menyodorkan segelas air kepada Dana yang langsung diteguk habis oleh lelaki itu. "Pintar... Lain kali minum ya obatnya. Kalau sakit ntar gue juga yang pusing..." ucap Sasya mengelus surai hitam Dana.
"Hadiahnya mana?" tagih Dana. Sasya mengalihkan pandangannya agar tidak bertatapan dengan Dana yang menatapnya dengan nyalang. "Janji adalah hutang loh, Sya..." ucap Dana berulang-ulang hingga membuat Sasya jengah.
"Baiklah-baiklah..." Sasya menyerah. Bayi besarnya ini memang sulit untuk diatur. "Katakan lo mau apa? Nanti gue beliin sepuasnya. Ayo bilang mau apa?"
"Mau uang 1 M buat foya-foya," asal Dana yang tentunya mendapat jitakan pada dahinya.
"Sembarangan! Kalau segitu gue kudu cari sugar daddy dulu baru bisa Menuhin permintaan lo!"
"Lo kan sugar mommy gue, udah sewajar dan sewajibnya lo nyenengin gue dong..." ucap Dana melipat kedua tangannya di depan dada.
Sasya yang sudah dongkol memukul kepala Dana berulang kali. "Kebalik goblok! Yang harusnya nyenengin gue itu lo! Bukan malah gue yang nyenengin lo anjing! Bangsat!"
"Astaga mulutnya minta dicipok..."
"DANAAA!"
Entah darimana Dana mempelajari hal-hal seperti itu. Sasya awalnya berpikir Dana itu lelaki polos dan tidak mempunya Hasrat dalam dirinya, tapi ternyata Sasya salah. Ternyata Dana aslinya lebih mesum daripada Gani dan lebih brutal daripada Lingga. Walaupun disekolah ia bisa sediam Abi.
"Apa sih sayang daritadi marah-marah mulu hmm?" goda Dana membuat wajah Sasya merah padam.
"Pulang ajalah gue!" Sasya hendak meninggalkan kamar jahanam itu, tapi Dana lebih cepat menariknya kedalam pelukannya.
"Jangan pergi... Nanti aku kesepian loh, mommy... Dana butuh mommy..." manja Dana mengeratkan pelukannya dan menduselkan kepalanya ke perut rata milik Sasya.
Entah mengapa tubuh Sasya mendadak kaku setelah mendengar Dana memanggilnya dengan sebutan 'mommy'. Aneh tapi rasanya tidak buruk juga. Menjadi sugar mommy untuk orang aneh seperti Dana tidak buruk juga.
Setelah perdebatan panjang, Dana memutuskan untuk tidur saja dalam pelukan Sasya tentunya. Dan Sasya terpaksa harus menemani bayi besarnya yang sedang sakit sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL KESAYANGAN
RomanceVarsya Kencana, ketua geng berandal yang sangat terkenal seantero sekolah. Bukan hanya terkenal cantik, namun tingkahnya yang aneh dan tidak bisa diatur bahkan guru BK dan ketua OSIS menyerah untuk mengurusnya. Namun siapa sangka gadis berandal ini...