"EHHHH?!!! NANDEEE?!!!" Mega berteriak kesal kala kakak kembarnya, Lingga melarangnya untuk ikut balap motor malam ini. Padahal malam ini adalah jadwal idolanya, Galen Dhanuendra dari Heaven Cold bertanding melawan geng mereka.
"Ya pokoknya lo gak boleh keluar malam ini. Titik!" ucap Lingga mengunci semua pintu dan jendela apartemen. Tak lupa ia membawa kunci-kunci terserbut bersamanya.
"Apa sih abang jelek!" kesal Mega menghentak-hentakkan kakinya. Kemudian berjalan pergi ke kamar. Mengurung diri disana.
"Hah... Dasar anak nakal. Padahal gue cuma mau nyelametin lo dari pertemuan keluarga," ucap Lingga pergi ke kamarnya untuk bersiap menghadiri sebuah pertemuan penting bersama keluarga besarnya.
15 menit kemudian, Lingga siap dengan setelan jasnya yang rapi.
"Gue emang ganteng njir," pujinya saat melihat pantulan dirinya pada cermin besar yang ada di ruang tengah.
Ia melangkahkan kakinya ke lantai 2, tepat kamar Mega berada. "Ga... Mega..." Lingga mengetuk keras pintu kayu bercat putih bertuliskan 'tachiiri kinshi' atau yang dalam bahasa Indonesia 'Dilarang Masuk' itu. Berkali-kali lelaki itu mengetuk namun tetap tak ada jawaban dari sang adik.
"Apa dia benar-benar marah?" gumam Lingga mencoba peruntungannya sekali lagi. "Mega! Lo mau makan apa? Lo belum makan kan?! Meg!" serunya sambil terus mengetuk pintu kamar adiknya.
"Ckkk..." Lingga mendesis kesal. Ia melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam. "Gawat, gue bakal telat kalau nggak berangkat sekarang," ucapnya berjalan meninggalkan kamar adiknya.
Namun sebelum ia benar-benar pergi, Lingga menelpon seorang sahabatnya untuk membantu menjaga Mega selama ia pergi. Lingga bukan khawatir karena Mega akan seorang diri di apartemen, namun ia khawatir adiknya akan mengamuk karena lapar.
30 menit setelah kepergian Lingga, perut Mega berbunyi dengan kencangnya. Dengan sangat terpaksa, gadis itu harus menurunkan egonya dan memeriksa apakah ada makanan yang tersedia di apartemennya.
Saat melewati ruang tengah, Mega melihat TV menyala dengan suara lumayan keras. Awalnya ia biasa saja, namun begitu sadar Lingga pergi dan ia ada dirumah sendirian, disitulah Mega mulai waspada. Ditambah bayangan hitam seseorang yang terlihat menikmati acara bola di TV itu.
"Katakan siapa yang membayarmu," ucap Mega mengarahkan pistol ditangannya ke arah kepala seseorang misterius di rumahnya. Orang itu memakai baju serba hitam, menggunakan tudung kepala. Tak ada jawaban, Mega semakin menekan pistolnya ke arah kepala si hitam.
"Lakukan saja jika nanti kamu tidak ingin punya suami," ucap si hitam itu.
"Hah?" Mega kebingungan. Suami siapa? Dengan rasa penasaran ia menarik kepala si hitam itu agar mau menatapnya. "Ck, kirain siapa," ucap Mega setelah melihat wajah si hitam itu.
"Malam kucing putihku," sapa si hitam, Abisatya yang kini tersenyum lembut ke arah Mega yang nampak kesal karenanya.
"Siapa yang milikmu ck," kesal Mega. Ia berjalan ke arah dapur, namun langkahnya terhenti. Cekalan tangan besar di tangan kecil miliknya benar-benar menganggu. "Apa maumu, Abisatya..."
"Sudah makan?" tanya Abi lembut.
"Belum. Ini juga baru mau cari makanan," jawab Mega menyingkirkan tangan Abi dari tangannya.
"Mau makan keluar?"
***********
Sampailah mereka ke sebuah warung penyet legendaris yang ada disekitar apartemen Mega.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL KESAYANGAN
RomanceVarsya Kencana, ketua geng berandal yang sangat terkenal seantero sekolah. Bukan hanya terkenal cantik, namun tingkahnya yang aneh dan tidak bisa diatur bahkan guru BK dan ketua OSIS menyerah untuk mengurusnya. Namun siapa sangka gadis berandal ini...