Pegunungan Breghawn menjulang megah di cakrawala, seolah mencekram langit dengan puncaknya yang diselimuti kabut tebal. Gunung-gunung yang tinggi dan terjal ini, dipenuhi dengan hutan lebat, di mana pepohonan kuno dan lumut hijau membungkus setiap permukaan.
Di tengah-tengah hutan lebat ini, Eliza tengah melangkah dengan anggun di atas jalur yang tak beraturan, sementara suara kicauan burung dan gemericik aliran air mengisi keheningan suasana.
Eliza berhenti sejenak di depan sebuah batu raksasa yang terletak di tengah jalan. Batu tersebut sangat besar, menonjol di antara pohon-pohon yang menjulang tinggi. Permukaan batu itu terlihat kasar dan berlumut, namun ada sesuatu yang membuat Eliza merasa bahwa batu ini memiliki arti yang tersembunyi.
Tanpa berpikir panjang, Eliza mengangkat salah satu kakinya dan menghentak tanah di depan batu itu sebanyak tiga kali. Suara hentakan itu menggema melalui hutan, memecahkan keheningan dalam suasana yang damai.
Tak lama kemudian, tanah di sekitar batu itu tiba-tiba bergetar hebat. Getaran itu semakin kuat, membuat pepohonan bergetar dan dedaunan berguguran dari cabangnya.
Batu raksasa itu perlahan bergerak. Dengan bunyi gesekan yang menggema, batu tersebut terbelah menjadi dua bagian, dan celah yang semula tersembunyi kini terbuka lebar, membentuk sebuah gua besar yang muncul di hadapan Eliza.
Di dalam gua itu, tampak kilauan cahaya yang redup, seolah memberikan isyarat bahwa sesuatu yang sangat berharga tersembunyi di dalamnya. Eliza dengan ekspresinya yang dingin, bola mata merahnya terus menatap ke dalam gua itu, seolah sedang menelusuri kedalamannya.
Ketika Eliza baru saja melangkah masuk, tiba-tiba cahaya yang sangat terang muncul dari dalam gua itu, melesat keluar dari gua dengan kecepatan yang sangat tinggi, hingga menembus hutan dan bebatuan dalam jangkauan sangat jauh.
Sinar itu membelah udara dengan suara melengking yang memekakkan telinga. Kekuatan sinar itu sangat luar biasa, hingga tampak seperti sebuah pancaran energi yang tidak bisa dijelaskan.
Kawasan sekitar gua tiba-tiba terkena dampak yang dahsyat. Jalur yang dilalui sinar itu seketika hangus dalam sekejap, mengubah pepohonan yang tinggi dan rimbun menjadi bara api. Tanah di bawahnya retak dan terbelah, memisahkan hutan menjadi dua bagian yang jelas terlihat dari jarak jauh.
Meskipun sinar itu melesat sangat cepat, hingga mustahil untuk dapat dihindari, namun Eliza dapat dengan mudah menghindari serangan tiba-tiba itu, seolah-olah dia telah memprediksi kejadian ini.
Dengan sikap tenang, Eliza kembali melangkah ke bagian depan gua itu, dan berdiri di tanah yang hancur akibat sinar misterius tersebut. Dia berhasil menghindari serangan itu dengan kemampuan pergerakan dimensinya, Dimension Move.
Ketika Eliza sedang menatap tajam ke dalam gua, tiba-tiba terdengar suara misterius yang keluar dari dalam gua itu.
"Menarik, kau mampu menghindari cahayaku dengan sangat baik."
Suara itu bergema menggetarkan bebatuan di sekitar, yang muncul dari kedalaman gua seolah-olah gua itu tengah berbicara kepada Eliza.
Meskipun suara itu terdengar sedang memuji Eliza, namun Eliza terlihat tak acuh seraya menyilangkan kedua tangan di dada.
"Hei, wanita tak dikenal." Suara itu kembali bergema memenuhi seisi gua. Kemudian, suara itu terhenti dalam beberapa saat sebelum akhirnya kembali terdengar. "Huh? Kau ... adalah iblis? Lilith Devonia... berani-beraninya dia mengutus iblis lain yang sama sepertinya ke tempat suci ini!"
Suara itu terdengar sangat menyaring yang mengandung amarah di dalamnya, membuat dinding-dinding gua bergetar hebat hingga keretakan muncul di setiap permukaannya, diikuti hembusan angin kuat menerpa rambut perak Eliza yang mengkilau.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction I : Initium Viae
FantasyAlam semesta adalah panggung sandiwara dari segala penciptaan. Segala sesuatunya saling terhubung membentuk sebuah harmoni yang seimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas terus terjatuh ke dalam simfoni yang salah. Para Dimensional Being...