Ketika Violatte mendorong Eliza ke dalam ruangan bagai patung, Jelena dan Nameless yang melihatnya seketika terkejut secara bersamaan. Terutama Nameless, yang tiba-tiba merasa tegang menyaksikan sikap sembarangan Violatte terhadap Eliza.
Dengan wajah penuh kekhawatiran, Nameless berdiri dari sofanya dan bertanya dengan sedikit panik, "Vio, ada apa?"
Violatte tidak langsung menjawab. Setelah berhasil membawa Eliza kembali ke ruangan, dia mengelap dahinya seolah-olah baru saja melakukan tugas berat. "Enggak kok, tadi Nona Eliza jadi pelayan magang sebentar, dan... ya... gitu deh," jawab Violatte dengan senyum canggung.
Di sisi lain, Eliza tetap berdiri mematung, wajah dinginnya tak menunjukkan perubahan sama sekali. Meskipun Violatte baru saja bersikap seenaknya, Eliza tampak sama sekali tidak terpengaruh. Mungkin, di balik tatapan kosongnya, ada sedikit rasa heran pada Violatte yang tiba-tiba membawanya ke dalam ruangan.
Sementara di hadapan Eliza, Nameless masih tampak sedikit tegang, dengan bibirnya bergerak-gerak seolah sedang mengutuk Violatte dalam hati karena bersikap sembarangan kepada Nyonya Eliza, walaupun sebenarnya Eliza seperti tidak keberatan dengan hal itu.
Dengan senyuman canggung, Nameless mulai berkata, "Yah, um, Nyonya Eliza. Begini... ada sesuatu yang mau kami bicarakan."
Sebenarnya, ini hanyalah caranya untuk mengalihkan perhatian. Namun, di balik percakapan tersebut, Nameless segera menghubungi Eliza melalui telepati, agar obrolan yang lebih serius tidak terungkap di depan Jelena.
"Nyonya Eliza, barusan Nona Jelena berkata kalau kekaisaran akan menyerang kembali kerajaan selatan untuk membalaskan dendam kekalahan mereka. Sepertinya, itu adalah kerajaan yang Anda selamatkan tempo hari. Dari informasi yang diberikan Jelena, pasukan kekaisaran akan berangkat hari ini melalui jalur lautan. Apa yang harus kami lakukan?"
Dalam keheningan ruangan yang sesaat, alis mata Eliza sedikit terangkat. Dia mulai menunjukan perubahan ekspresi saat mendengar hal tersebut. Dia pun kemudian tersenyum tipis seraya melirik pada Violatte yang ada di sisinya.
"Kebetulan sekali. Apa kau tahu lokasi kerajaan Brigham?" tanya Eliza pada Violatte melalui telepati.
Violatte sedikit terkejut saat Eliza tiba-tiba berbicara dari dalam pikirannya. Namun, dia tetap terlihat tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Dia pun segera menjawab melalui telepati, "Engga tau. Aku sama Nameless belum pernah ke sana. Memangnya kenapa?"
Eliza menghela nafas sejenak, lalu dia kembali menjawab, "Pergilah ke tempat di mana aku dan kalian pertama kali bertemu. Salah satu klona-ku akan menunggumu di sana."
Meski perintah tersebut tidak dijelaskan secara rinci, Violatte tetap mematuhinya tanpa sebuah pertanyaan. Postur tubuhnya berdiri tegap, lalu dengan gerakan cepat dia menaruh tangan kanannya di kepala seperti memberikan hormat pada Eliza.
"Lapor! Aku izin jalan-jalan karena merasa bosan," kata Violatte dengan sikap tegas yang dibuat-buat. Namun, kata-kata itu hanya sekedar kamuflase—berpura-pura agar tidak menarik perhatian Jelena.
Tiba-tiba, Violatte menghilang dalam sekejap menggunakan sihir teleportasi, meninggalkan partikel biru yang melayang di tempat dia berdiri sebelumnya. Jelena, yang melihat Violatte tiba-tiba lenyap setelah meminta izin, merasa bingung dan mulai menanyakan, "Eh, ke mana dia? Kenapa tiba-tiba hilang begitu saja?"
Nameless pun langsung mengerti, perginya Violatte pasti atas perintah yang diberikan Eliza. Agar tidak menimbulkan rasa curiga pada Jelena, Nameless segera menjawab, "Dia itu selalu mudah merasa bosan. Yah, namanya juga anak-anak."
Namun, di waktu yang sama, di balik bibirnya yang tengah mengucap, dalam pikirannya dia masih terhubung dengan Eliza. Dia bertanya pada Eliza melalui telepati, "Apa Anda berencana menggunakan Violatte untuk menghabisi pasukan kekaisaran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction I : Initium Viae
FantasyAlam semesta adalah panggung sandiwara dari segala penciptaan. Segala sesuatunya saling terhubung membentuk sebuah harmoni yang seimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas terus terjatuh ke dalam simfoni yang salah. Para Dimensional Being...