40. Rencana Leonardo

10 5 0
                                    

"Hanya itu yang bisa kami laporkan, Yang Mulia."

Seorang pria tua berkostum ala bangsawan telah selesai memberikan laporan tentang fenomena alam yang baru saja menghancurkan sebagian ibu kota kekaisaran. Baik kerusakan, jumlah korban jiwa, hingga pencarian penyebab terjadinya fenomena itu, semuanya disampaikan dengan rinci.

Di hadapannya, Leonardo, sang Kaisar Lazion, duduk dengan kaki menyilang di singgasananya. Matanya yang tajam tak sekalipun meninggalkan pria tua itu selama laporan berlangsung.  Setelah mendengar semua penjelasan, Leonardo menyernyit, seakan merasakan ada sesuatu yang tak janggal dalam fenomena ini.

"Panggilkan Archibald kemari," perintah Leonardo dengan suara bijaksana, namun terdengar begitu berat.

Bangsawan tua itu menunduk dalam sebagai tanda hormat, lalu berbalik dan melangkah meninggalkan ruangan megah itu. Pintu besar berukir pun tertutup dengan lembut di belakangnya.

Suasana ruangan kini kembali hening. Cahaya dari lampu pijar yang terang, memperjelas patung marmer seorang wanita berambut pendek yang berdiri di tengah ruangan, dengan berbagai hiasan permata mengelilingi permukaannya.

Setelah beberapa saat, Leonardo menghela napas panjang.  "Jadi, apa yang ingin kau laporkan?" tanyanya tiba-tiba, matanya melirik tajam ke arah sudut ruangan yang berada dalam bayangan.

Dari kegelapan tersebut, siluet seorang pria bergerak dengan langkah tenang. Ferald Shadowmeld keluar dari balik bayangan, dan menghampiri Leonardo. Dengan penuh hormat, dia segera berjongkok di hadapannya.

Luka-luka yang awalnya terlihat parah di tubuh Ferald akibat pertarungannya dengan Eliza, kini telah sembuh dalam waktu singkat, seolah luka itu tak pernah ada. Wajahnya terlihat seperti biasa—tenang namun kali ini ada sedikit kegelisahan.

"Yang Mulia," Ferald memulai dengan suara rendah namun jelas, "saya sudah memperhatikan pergerakan Paladin. Namun, sepertinya mereka tidak tertarik dengan sosok misterius yang mendukung Kerajaan Brigham."

Tidak ada reaksi dari Leonardo. Matanya tetap tertuju pada Ferald, sementara pikirannya mungkin sedang merenungkan sesuatu.

"Bagaimana dengan Lilith Devonia?" tanya Leonardo dengan suara yang berat.

Ada jeda beberapa detik sebelum Ferald menjawab. "Dia mengaku sudah bertemu sosok yang mengalahkan kita dalam pertempuran kemarin. Tapi ... dia tidak ingin membuka suara siapa sosok tersebut. Dia malah seperti mendukung sosok itu, dan sedikit tak acuh dengan kerja sama kita."

Di balik laporan yang diberikan Ferald, Leonardo sebenarnya tidak peduli dengan sosok misterius yang mengalahkan pasukan kekaisaran beberapa hari yang lalu. Dia memang terlihat sedang berpikir keras, namun apa yang dia pikirkan justru di luar konteks pembahasan Ferald.

Leonardo menyandarkan tubuhnya seraya menghela napas. Wajah tampannya tampak begitu serius, seperti sedang mencari cara untuk menggapai ambisi yang selama ini bergejolak.

"Baiklah," kata Leonardo dengan suara tegas. "Kau sedang berencana menyerang kembali Brigham?"

Ferald mengangguk sebagai respons. Kemudian Leonardo kembali melanjutkan ucapannya, "Bagaimana kalau kau tidak terlalu fokus dengan penyerangan itu. Biarkan saja itu diurus oleh Knight Emperor. Lebih baik kau kembali melanjutkan pendekatan dengan Paladin."

Ferald sedikit bereaksi terkejut, dia mengernyit seraya masih berjongkok di hadapan Leonardo. "Apa Anda berencana melanjutkan negosiasi?"

"Ya," balas Leonardo, "selagi dia ada di sini, apa pun yang terjadi kita harus mendapatkan itu di sana."

"Tunggu, Yang Mulia." Ferald bangkit berdiri. "Kita memiliki hubungan yang buruk dengan Paladin, dan saya pun merasa ragu melanjutkan negosiasi dengan pemimpin mereka."

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang