20. Akar yang Saling Berhubungan

41 11 6
                                    

Di tengah daratan yang terlubangi akibat sihir nuklir Violatte, klona Eliza dan kedua pilar iblisnya masih berdiri dalam keheningan yang mencekam. Hutan yang sebelumnya rimbun dan penuh kehidupan kini telah berubah menjadi pemandangan yang gersang, hancur, dan terdistorsi oleh kekuatan dahsyat.

Sebuah lubang besar dengan diameter yang mencapai ratusan meter menjadi saksi bisu kehancuran yang baru saja terjadi. Reruntuhan pohon yang hangus dan tanah yang terbelah menambah kesan suram di sekitar mereka

Angin malam yang sejuk meniup gaun mereka dengan lembut, terasa cukup dingin padahal ledakan nuklir tersebut belum lama terjadi. Mereka berdiri tegak seolah tengah meresapi kerusakan yang mereka ciptakan.

"Ah, iya. Ngomong-ngomong, siapa tadi yang ada di hadapanmu, Nona Eliza?" tanya Violatte penasaran memecah keheningan malam.

Tanpa menoleh ke Violatte yang ada di belakangnya, lantas Eliza menjawab. "Lilith, ratu iblis dunia ini."

Awalnya, Violatte hanya bereaksi biasa saja. Dia mengangguk pelan, seolah menerima informasi tersebut dengan tenang. Namun, beberapa detik kemudian, mata Violatte seketika melebar, seolah baru saja menyadari besarnya makna dari jawaban Eliza.

"Eh?! Ratu Iblis Lilith?!" teriaknya dengan ekspresi terkejut. "Huaaaaa maafkan aku, Nona Eliza! Dia jadi kabur gara-gara aku."

Dengan panik Violatte bersujud di belakang Eliza, seolah menyesali perbuatannya yang mungkin saja membuat rencana Eliza berantakan. Apalagi, sosok itu adalah Ratu Iblis dari dunia ini, yang mungkin saja memiliki pengaruh besar terhadap tujuan Eliza di dunia ini.

"Aku sungguh tidak bermaksud mengacaukan rencana Anda. Aku... aku tidak tau kalau dia itu Ratu Iblis." Violatte bangkit dari sujudnya." Itu salah dia! Ya! Itu salah si lalat itu! Lagian masa Ratu Iblis lemah banget gitu..."

Violatte berusaha melempar kesalahannya pada Lilith untuk membela diri. Dia begitu takut Eliza akan marah dengan kesalahannya itu. Namun, Eliza justru tetap diam tidak merespons, seolah tak acuh dengan permintaan maaf yang diberikan Violatte.

Di samping Violatte, Nameless hanya tersenyum seraya membelai bahu Violatte untuk sedikit menghiburnya. "Tenang saja, Nyonya Eliza tidak merasa keberatan, kok. Aku yakin dalam waktu dekat dia akan kembali mencari kita."

"Benar begitu, Nyonya Eliza?" sambung Nameless seolah untuk memastikan asumsinya.

Lantas Eliza berbalik badan. Tatapan yang tidak menggambarkan ekspresi apapun mulai tertuju pada dua pilar iblisnya di hadapannya.

"Dia hanya menitip pesan: perhatian dunia ini sedang tertuju padaku," balas Eliza dengan suara datar.

Seraya bangkit berdiri, Nameless berkata, "Ah, saya hampir lupa soal itu. Nyonya Eliza, kemarin, kami mendengar secara langsung empat kerajaan telah membentuk aliansi untuk melindungi harta sakral yang tersimpan di gunung Breghawn."

Nameless melanjutkan. "Mereka menganggap sosok iblis misterius yang akan menyerang gunung Breghawn adalah utusan Ratu Iblis Lilith. Saya tidak tahu secara rinci, tapi dari yang saya dengar, Lilith satu-satunya iblis yang berevolusi hingga memiliki wujud menyerupai manusia."

Sejenak, Eliza sedikit tersenyum tipis sebelum menjawab. "Fufu~ takku sangka kuman bisa diandalkan."

Eliza melangkah beberapa meter ke depan dengan anggun, menatap bulan purnama dalam-dalam seperti tengah mengamati sesuatu. Walaupun dia tahu perhatian seluruh dunia ini tengah tertuju padanya, dia terlihat begitu tenang seolah tidak menganggap itu sebuah ancaman.

Ya, itu bukanlah ancaman untuk Eliza. Dia tidak peduli jika seluruh dunia bersatu untuk menghabisinya. Justru sebaliknya, yang terancam saat ini bukanlah Eliza, melainkan keberadaan dunia ini.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang