Aroma hidangan yang menyengat di hidung, bercampur dalam suasana yang canggung memenuhi ruangan. Ketegangan terlihat jelas dalam gerak-gerik Jelena, sementara Violatte sudah terlalu jauh tenggelam dalam kesibukannya menikmati makanan.
Seraya menyantap hidangan miliknya, Nameless memantau situasi dengan cermat. Di balik kedua matanya yang tertutup rapat, tapi dari gerakan wajahnya terlihat jelas dia terus memperhatikan Eliza dan Jelena secara bergantian.
Kurang lebihnya Nameless mengerti alasan di balik sikap Eliza yang tiba-tiba mengancam Jelena. Walaupun dia tidak tahu apa-apa, tapi Nameless merasa ini bukan waktu yang tepat untuk mencurigai suatu hal—apalagi mereka baru saja bertemu kembali setelah 1000 tahun.
"Ekhm, Nona Jelena?" Nameless bersuara seolah ingin mencairkan suasana. "Daging ini sangat nikmat. Pantas saja toko ini sangat ramai pengunjung."
Dengan wajah gelisah, Jelena berusaha menjawab sekenanya. "Ah, terima kasih."
Tampak jelas Jelena masih terbebani dengan ancaman yang diberikan Eliza. Tangannya yang sedang mengambil piring di atas meja terlihat begitu kaku dalam raut wajah yang gelisah. Dia ikut menyantap hidangan dengan gerakan pelan seolah terasa berat untuk bergerak.
Suasana dalam ruangan begitu canggung dan sunyi. Hanya suara kunyahan dari Violatte dan pengunjung di ruang depan yang tedengar samar-samar mengisi keheningan. Tidak seharusnya acara reuni berlangsung seperti ini.
Di tengah suapannya yang anggun, sesekali Nameless memperhatikan Jelena yang masih tampak gelisah. Ada sedikit rasa prihatin yang terus muncul dalam diri Nameless.
Mengingat saat pertama kali Jelena melihat Eliza setelah sekian lama, Jelena langsung mengeluarkan seluruh perasaannya dengan pelukan hangat. Namun, balasan yang dia terima justru sangat jauh dari yang diharapkan—bukan kehangatan, melainkan ancaman dingin dari sosok yang pernah dia rawat dengan penuh kasih sayang.
Nameless memahami betapa beratnya perasaan itu. Rasa rindu yang tertahan selama ribuan tahun, hanya untuk disambut dengan ketidakpedulian dan ancaman. Oleh karena itu, dia berusaha mencari cara untuk agar hubungan Eliza dan Jelena membaik.
"Nyonya Eliza," panggil Nameless menggunakan telepati pada Eliza.
Eliza yang terkejut lantas sedikit melirik Nameless sebagai responsnya. Tanpa berpikir panjang, Nameless melanjutkan menggunakan telepati.
"Mohon maaf, saya bukan bermaksud ikut campur urusan Anda. Tapi, saya rasa ini bukan waktu yang tepat untuk bersikap seperti itu."
"Apa maksudmu?" balas Eliza dalam telepati.
"Ini terdengar lancang, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Lebih baik, Anda menikmati waktu pertemuan Anda dengan wanita ini. Saya tidak tahu siapa dia, tapi saya sangat yakin dia memendam rasa rindu pada Anda selama ini."
Nameless melanjutkan percakapan menggunakan telepati. "Tolong hargai pertemuan singkat ini, Nyonya Eliza. Mungkin dia selalu berharap untuk bisa bertemu kembali dengan Anda, tapi saat harapan itu terkabulkan, yang dia dapatkan malah sebuah ancaman yang menyakiti hatinya."
"Saya tidak bermaksud untuk menggurui Anda. Saya hanya merasa ... wanita ini begitu tulus menyayangi Anda. Tolong ... pikirkan baik-baik."
Setelah Nameless selesai mengucap, Eliza berhenti mengunyah sisa makanan di mulut. Dia terdiam beberapa saat, bola mata merah yang selalu terlihat hampa itu tertuju dalam-dalam pada gurita bakar yang tidak lagi utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction I : Initium Viae
FantasyAlam semesta adalah panggung sandiwara dari segala penciptaan. Segala sesuatunya saling terhubung membentuk sebuah harmoni yang seimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas terus terjatuh ke dalam simfoni yang salah. Para Dimensional Being...