52. Tanggung Jawab

26 11 3
                                    

Di pagi hari yang cerah, keputusasaan telah memenuhi ruangan megah dalam Kastil Brigham. Sinar matahari yang terbit hanya memperjelas keheningan dan kegelisahan yang menggantung tebal di udara. Tirai-tirai beludru yang biasanya menyala dengan kemegahan kerajaan, kini terasa suram, seolah menyerap kecemasan yang berderap di hati setiap orang yang hadir.

Di singgasana utama, Raja Brigham masih tampak pucat, wajahnya kehilangan semangat dengan tubuh terduduk lemas tak berdaya. Kekuatan Violatte yang melenyapkan ribuan pasukan gabungan dari empat kerajaan, masih terbayang jelas dalam ingatannya.

Di sebelahnya, Raja Gainsword duduk dengan kepala sedikit menunduk. Jari-jarinya menekan keningnya dengan kuat, seolah mencoba mengusir rasa frustrasi yang terus menggerogoti pikirannya.

Meski Raja Gainsword dikenal sebagai Raja Perang yang tak terkalahkan, kekalahan yang dia alami kemarin membuatnya merasa tak berdaya. Perbedaan kekuatan antara pasukannya dan Violatte—musuh yang mereka hadapi—sangat luar biasa, hingga dia sendiri tak mampu menyangkal kenyataan pahit bahwa pertarungan itu berada di luar kendalinya.

Sementara seluruh bangsawan yang hadir di ruangan itu, merasakan kecemasan yang tak dapat mereka sembunyikan. Wajah mereka memucat, tangan-tangan mereka bergetar dalam ketidakpastian. Mereka tahu bahwa musuh ini bukan hanya sekadar musuh biasa, tetapi kekuatan yang berada di luar pemahaman mereka.

"Bagaimana bisa kita melawan hal seperti itu?" salah seorang bangsawan berbisik dengan suara gemetar. Yang lain hanya menunduk, tak berani menjawab, seolah tak ingin menunjukkan ketakutan yang membekukan mereka semua.

Sementara itu, Raja Brigham sedikit melirik ke arah Raja Gainsword yang masih tak bergeming. Dengan bibir bergetar, dia berkata, "Sudah dua hari pertempuran itu berlalu, tapi dia masih tak kunjung kembali melakukan penyerangan. Kita tidak boleh terus seperti ini."

Raja Gainsword melirik tajam Raja Brigham, jari-jarinya masih menekan kening. "Labernias, apa kau berharap dia kembali datang menyerang kita?" balas Raja Gainsword, meski suaranya pelan, nadanya terdengar begitu tajam.

"Tidak, bukan seperti itu." Labernias, sang Raja Brigham, menghela napas sejenak. "Saya tidak menyangkal kekuatan sosok itu di luar kendali kita. Tapi... apa Anda tidak merasa aneh? Dia melenyapkan semua pasukan, dan hanya menyisakan kita. Untuk mencuri harta suci di gunung itu? Sampai saat ini tidak ada harta yang dirampas olehnya. Saya hanya merasa ... sosok itu sedang merencanakan sesuatu yang sangat besar."

"Aku tahu itu... aku tahu." Ernest, sang Raja Gainsword, tertunduk, mengacak-acak rambutnya dengan penuh rasa frustasi. "Elmesia, salah satu Penjaga Harta Suci, pun dia kalahkan dengan mudah. Apa-apaan itu!!"

Amarah Ernest mengejutkan semua orang dalam ruangan. Dia memukul meja dengan sangat kuat, menciptakan suara nyaring yang bergema memenuhi ruangan.

"Siapa dia?! Kenapa ada makhluk seperti itu di dunia ini?!! Bahkan Lilith Devonia pun tidak sebrutal itu. Apa yang dia inginkan terhadap kita?!!" Ernest berteriak dengan amarah bergejolak.

Wajah Ernest penuh dengan emosi, urat-urat lehernya terlihat jelas menegang, kedua matanya yang melotot tertuju pada Labernias yang sedang  menundukan kepala. Dia benar-benar merasa frustasi dengan kekuatan Violatte.

Seluruh bangsawan yang melihat sikap Ernest semakin terkejut, beberapa di antaranya terlihat bergetar, seolah merasa takut dengan amarah Raja Gainsword itu.

Julukan Ernest sebagai Raja Perang dari Gainsword bukanlah sekadar hiasan. Di masa mudanya, dia pernah membantai ribuan iblis hanya dengan 100 pasukan saja. Semua orang dari berbagai negara tahu, bahwa dia adalah sosok kuat yang tak dapat diremehkan. Meskipun saat ini dia telah memasuki usia rentan, bukan berarti kekuatannya telah memudar.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang