19. Pertemuan Singkat Dua Ratu Iblis

48 11 2
                                    

Bulan purnama bersinar megah di atas langit planet Netarule. Serangkaian bintang berkelap-kelip menghiasi langit malam. Pepohonan rindang bergerak tak tearah seiring hembusan angin yang sejuk.

Di tengah keindahan malam yang tenang, dentuman keras tiba-tiba mengguncang udara, memecah kesunyian dengan keganasan yang memekakkan telinga. Suara gesekan pedang yang tajam saling beradu, menggema dalam kegelapan, seolah-olah dua kekuatan besar sedang bertarung tanpa henti.

Pepohonan yang berdiri tegak tiba-tiba hancur dalam garis lurus, meninggalkan kerusakan hebat dengan partikel debu menutupi pandangan. Lalu, sebuah ledakan tiba-tiba muncul di dekat kerusakan itu, menciptakan api yang besar hingga membakar hutan dengan sangat cepat.

Beberapa meter dari lokasi ledakan tersebut, Eliza tiba-tiba muncul dengan pergerakan dimensinya. Dia berdiri di atas pohon dengan kaki menyilang, gaun hitamnya melambai merdu seiring hembusan angin. Sepasang bola mata merah Eliza tampak begitu tajam menatap sisa ledakan itu.

Tak lama kemudian, Eliza bergerak cepat untuk menciptakan pedang hitam di tangan kanannya. Lalu, dengan kecepatan yang luar biasa dia menangkis sebuah serangan yang datang dari belakang.

Serangan itu begitu cepat, hingga sosok lawan yang menyerangnya hampir tak terlihat oleh mata biasa. Pertarungan mereka begitu sengit dan cepat, sehingga yang tampak hanyalah partikel-partikel bercahaya yang berhamburan dari gesekan pedang mereka, melayang dan saling beradu di udara seperti kilatan cahaya dalam kegelapan malam.

Pertarungan terus berlangsung dengan intensitas yang semakin meningkat. Setiap tebasan dan tangkisan menghasilkan percikan cahaya yang membias di udara. Eliza bergerak dengan ketepatan yang mengangumkan, seolah dia telah menghafal setiap gerakan lawannya sebelum serangan itu bahkan dimulai.

Namun, lawannya bukanlah sosok biasa. Setiap serangan yang datang dari berbagai arah seolah memaksa Eliza untuk berpikir dan bereaksi dalam sepersekian detik. Meskipun begitu, tatapan Eliza tetap tenang. Dia tidak menunjukkan sedikit pun tanda-tanda kewalahan.

Dampak dari pertarungan mereka begitu mengerikan. Satu persatu pepohonan tumbang, hantaman keras terus melubangi daratan di bawahnya, menciptakan partikel debu yang berterbangan menutupi pandangan di beberapa tempat.

Di tengah pertarungan sengit itu, tiba-tiba pusaran api ungu muncul dari bawah tanah, menjulang tinggi ke atas diikuti ledakan yang dahsyat. Gelombang kejut seketika menghempas sekitar tanpa ampun, melubangi hutan yang masih berdiri hingga menjadi kosong tanpa sisa.

Dalam sekejap, langit malam yang gelap mendadak terang oleh kilauan cahaya ungu yang membara. Api itu muncul dengan kekuatan luar biasa, menyala dengan intensitas yang begitu dahsyat hingga melubangi awan-awan di atas langit, menciptakan lingkaran kosong di tengah kegelapan. Panasnya menyebar ke segala arah, membakar apa saja yang tersentuh oleh percikan energinya.

Setelah kobaran api ungu itu berlangsung selama beberapa saat, intensitasnya perlahan mulai memudar. Api yang sebelumnya membara dengan kekuatan yang dahsyat kini meredup, meninggalkan jejak kehancuran yang mengerikan di sekelilingnya.

Tanah yang tadinya kokoh kini hangus dan retak, sementara awan yang semula menutupi langit kini terpisah membentuk sebuah lubang. Hutan yang awalnya begitu lebat kini menjadi kosong terlubangi.

Di tengah sisa kehancuran, Eliza berdiri dengan ekspresi dinginnya. Bola mata merahnya terus tertuju pada sosok wanita yang melangkah dari balik asap, muncul dengan kedua mata tajam dan senyuman tipis di wajah.

Keduanya saling berhadapan dalam kesunyian. Bola mata mereka saling bertemu satu sama lain tanpa sepatah kata. Ekspresi mereka mencerminkan segala hal yang sedang mereka pikirkan.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang