32. Nihilisme

33 13 2
                                    

Catatan Author:

Mohon maaf, sepertinya bab kali ini akan jauh lebih membosankan dari pada seluruh bab sebelumnya, yang di mana hanya memuat tanya jawab, seperti wawancara kerja.

Tanya jawab ini bertujuan untuk mengenal Eliza lebih dalam, baik dari sudut pandang, dan tujuan yang menjadi ambisinya. Selain itu, bagian ini juga dibutuhkan untuk mempersingkat seri pertama ini, agar nantinya hanya berfokus pada konflik di Planet Netarule, dan sedikit menjelaskan struktur fundamental planet dan kosmik.

Semoga, kamu masih bisa menikmati bagian yang membosankan ini. Mohon maaf, dan terima kasih.

========

Sebenarnya, sudut pandang Naomi dapat menjawab rasa keingintahuan Eliza terhadap segala hal yang menarik perhatiannya selama ini. Seandainya dia mampu memahami ucapan Naomi lebih dalam, dia mungkin bisa saja berubah menjadi lebih sabar, menunggu semua pertanyaannya terjawab, dan mengikuti garis takdir yang ditentukan.

Namun, Eliza justru hanya menganggap itu adalah sekadar sudut pandang Naomi, tanpa makna yang mendasari. Meskipun Eliza memiliki hati yang dingin, dia cukup pintar untuk memahami bahwa setiap makhluk juga memiliki pandangannya masing-masing terhadap kehidupan ini.

Ketika Eliza tengah termenung, Naomi kembali bersuara memecah kesunyian. "Eliza, meski ada keraguan di hatimu, apalagi kita belum saling mengenal lebih dalam. Tapi, percayalah kepadaku, dan jangan berpikir untuk membunuhku."

Suara Naomi terdengar lembut, dengan senyuman manis yang penuh sifat keceriaan. Dia berkata seperti itu seolah dia mampu mengendalikan Eliza yang buas, tanpa hati, dan tidak peduli terhadap apapun selain mengejar ambisinya.

Namun, tanpa diduga, Eliza tiba-tiba mengangguk pelan, seakan-akan dia menyetujuinya begitu saja, walaupun dia sebelumnya merasa sangat janggal dengan wanita di sampingnya.

Aneh, tapi nyata. Sosok Eliza yang angkuh, dingin, dan tak peduli terhadap siapapun, kali ini justru dengan mudah menerima seseorang yang sangat asing, bahkan keberadaannya sangat mencurigakan dalam segi apapun.

Tidak ada yang tahu, apakah Eliza benar-benar memilih mempercayai Naomi sepenuhnya? Atau dia memiliki alasan lain di balik pilihannya ini? Atau mungkin... dia sedang dikendalikan?

Namun, di balik itu semua, Eliza tetap berekspresi seperti biasanya, dingin tanpa ekspresi, seraya menatap lautan biru yang memantulkan cahaya matahari. Tidak ada tanda-tanda dia sedang dikendalikan untuk mempercayai ucapan Naomi.

"Nah, gitu dong! Kan aku jadi lega sekarang, ahaha~" Naomi tertawa bahagia seraya menepuk punggung Eliza berulang kali. Sikapnya begitu akrab seakan-akan dia adalah teman dekat Eliza.

Merasa risih dengan sikap Naomi, seketika Eliza melirik tajam wanita berambut gaya wolf cut itu. Tidak perlu mengucap sepatah kata keluhan, Naomi pun langsung mengerti dan sedikit menjauhi Eliza. "Ehehe~ maaf," ujarnya dengan senyuman canggung sambil mengangkat tangan.

Angin laut meniup rambut kedua wanita menawan ini dengan lembut. Terasa sangat sejuk, dengan aroma khas dari air laut yang terbawa udara menyengat di hidung. Mereka sama-sama menatap aktivitas di dermaga dengan ciri khasnya masing-masing—Eliza yang selalu berekspresi dingin, dan senyuman Naomi yang tak pernah pudar.

"Hei, Eliza," panggil Naomi dengan suara yang lembut. Dia selalu saja berbicara, seakan-akan tidak mampu diam walaupun hanya satu menit. "Sebenarnya... kebenaran seperti apa yang selama ini kamu cari?"

Alis mata Eliza sedikit terangkat. Ada rasa curiga yang mulai menyelinap ke dalam batinnya, seakan-akan Naomi mengetahui kisahnya selama ini. "Apa maksudmu?" tanya Eliza dengan nada skeptis.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang