Tanpa peringatan, Violatte tiba-tiba menghantam tanah dengan sangat cepat. Ledakan dari dentumannya menciptakan gelombang kejut yang kuat hingga menghempas apapun di sekitar hantamannya.
Suara dentuman keras memecah udara, sementara partikel debu segera bertebangan, menutupi pandangan dan menyelimuti medan pertempuran dalam kabut kelabu yang tebal.
Hempasan angin dari gelombang kejut itu begitu kuat hingga membuat ribuan pasukan kacau balau. Barisan yang awalnya tersusun rapi kini berantakan, dengan prajurit-prajurit terhempas ke belakang, bahkan beberapa kesatria terlempar dari kudanya. Dalam sekejap, seluruh pasukan dilanda kepanikan, dan mereka mulai berlari ke segala arah untuk berusaha menyelamatkan diri dari kehancuran yang baru saja terjadi.
Ketika asap dari debu mulai menghilang, wujud Violatte mulai terlihat jelas tengah berdiri di sebuah lubang bekas hantamannya. Dengan kedalaman 4 meter, lubang tersebut dihiasi retakan tanah dan beberapa mayat manusia yang tak lagi terbentuk.
Seluruh pasukan tercengang, mereka terkejut dengan kekuatan dahsyat yang dimiliki Violatte, meskipun itu hanya sekedar hantaman dari tubuhnya. Sejenak, mereka terdiam membeku hingga pada akhirnya mulai bergerak untuk melancarkan serangan.
Kesatria berkuda segera berlari ke arah Violatte, mengelilinginya tanpa memberikan ruang sedikit pun. Namun, sebelum senjata-senjata itu menyentuh kulitnya, Violatte melompat dengan sangat cepat hingga menghilang sejenak dari pandangan.
Dalam sekejap, dia muncul kembali di udara, dan ujung rantainya yang tajam mengkilap mengerikan. Dengan satu gerakan, rantai itu memanjang, melesat dan menyapu keenam kesatria dalam satu ayunan. Rantai itu menembus zirah mereka bagai sebuah sebuah kertas, mencabik-cabik tubuh mereka tanpa belas kasih.
Gerakannya begitu cepat, bahkan tak ada satu pun yang sempat bereaksi. Ujung rantai itu terus merenggut nyawa siapa pun yang mendekat, merobek mereka dalam sekejap tanpa ampun.
Bunyi gesekan pedang dan rantai Violatte memenuhi udara, terdengar nyaring di antara jeritan para prajurit yang berusaha mati-matian bertahan. Bahkan, setiap kali pedang mereka bertemu dengan rantai gadis iblis itu, pedang-pedang mereka tiba-tiba patah, seolah sangat rapuh bagai sebuah kayu yang mudah untuk dihancurkan.
Sementara itu, Violatte terus mengayunkan rantainya dengan keganasan yang tak terkendali. Ujung rantainya yang tajam berkilat di udara, memanjang dan menebas siapa saja yang berada dalam jangkauannya. Senyuman mengerikan yang menghiasi wajahnya semakin lebar, seolah dia sangat menikmati pembantaian ini..
Dalam gerakan yang tampak acak, Violatte menyerang secara brutal, tanpa pola atau tujuan yang jelas selain menghancurkan apa pun di hadapannya. Rantainya berputar dengan kekuatan yang mengerikan, menghempaskan kesatria berkuda, mematahkan tombak, dan menghancurkan perisai yang mereka anggap sebagai perlindungan terakhir.
Mereka mencoba menyerang, namun setiap serangan mereka berakhir sama—pedang-pedang patah, tubuh-tubuh terhempas, dan darah yang menyiram tanah. Tidak ada yang selamat dari amukan tanpa arah itu, hanya dalam waktu siangkat saja, mayat-mayat telah berserakan di seluruh medan perang.
Kengerian mulai menyelimuti setiap prajurit yang tersisa, ketakutan mereka kian nyata saat menyadari bahwa mereka tak berdaya melawan kekuatan luar biasa dari gadis iblis yang tampaknya tak memiliki kelemahan ini.
Di sisi lain, kedua sosok raja dari masing-masing kerajaan hanya menyaksikan pertempuran itu dengan wajah pucat. Mereka pun menyadari, ini bukanlah sebuah pertempuran, melainkan pembantaian masal yang tak pernah mereka duga.
Sang Raja Gainsword, yang konon dijuluki sebagai Raja Perang, justru terdiam membeku dengan wajah pucat. Dia memang sangat akrab dengan medan pertempuran, tapi kali ini sangatlah berbeda dari sekian banyak pertempuran yang pernah dia lalui. Di balik zirah perak yang dia kenakan, tubuh kekarnya bergetar hebat dengan keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction I : Initium Viae
FantasiaAlam semesta adalah panggung sandiwara dari segala penciptaan. Segala sesuatunya saling terhubung membentuk sebuah harmoni yang seimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas terus terjatuh ke dalam simfoni yang salah. Para Dimensional Being...