31. Narasi Adalah Takdir

17 8 2
                                    

Di sisi lain, dalam waktu yang sama, Eliza berdiri di puncak sebuah menara batu yang menjulang tinggi di dekat dermaga kekaisaran. Dari ketinggian itu, pandangannya menyapu ke arah pasukan kesatria yang tengah sibuk memasuki kapal-kapal perang.

Pasukan tersebut berbaris rapi, seolah menyatu dalam gerakan yang penuh disiplin, dengan mengenakan zirah baja lengkap yang memantulkan cahaya matahari. Tak ketinggalan, puluhan meriam yang berwarna hitam legam ikut memenuhi barisan mereka saat memasuki kapal-kapal perang. Mereka tengah bersiap untuk menuju pertempuran melawan Kerajaan Brigham.

Eliza berdiri dengan tangan bersedekap. Tatapan matanya begitu tajam mengamati setiap gerakan kesatria. Seperti biasa, dia berekspresi dingin seolah dia adalah penguasa dari seluruh pasukan itu.

Di tengah keheningan dalam menara, tiba-tiba kesunyian pecah oleh suara langkah kaki yang mulai mendekat menaiki tangga yang melingkar. Tak lama kemudian, dua sosok perempuan muncul di ujung tangga. Salah satunya, seorang gadis berwajah serius, berhenti di hadapan Eliza.

"Nona ini yang mencarimu, Naomi," ujarnya dengan suara lembut, seraya menunjuk Eliza yang berdiri di dekat jendela besar menara. Setelah itu, dia membungkuk sedikit sebagai tanda hormat dan melangkah mundur.

Sosok wanita yang bernama Naomi itu, tersenyum manis dan mengangguk sebagai bentuk terima kasih kepada temannya. "Terima kasih, Lynetta. Nanti aku traktir makan malam~" ujarnya lembut seraya tersenyum manis. Dia melambaikan tangan dengan energik sampai wanita itu menghilang dari pandangan.

Eliza menatap tajam sosok wanita yang baru saja tiba itu. Tatapannya penuh sorotan dingin, tanpa pernah berpaling seolah sedang mengamati wanita tersebut. Meskipun dialah yang mengundang Naomi ke tempat ini, dia justru tidak berniat untuk menyambutnya.

Di balik sikap dingin Eliza, dia mulai memahami alasan Leonardo berkata Naomi terlihat sangat asing bagi dunia ini—penampilan Naomi sama sekali tidak mencirikan kerajaan mana pun. Pakaian yang dikenakannya jauh dari tradisi bangsawan atau penduduk biasa yang ada di zaman ini.

Naomi mengenakan short pants yang lembut, menonjolkan lekuk tubuhnya dan memamerkan sebagian besar pahanya. Di bagian atasnya, dia mengenakan kaos hitam dengan gaya kasual. Potongan rambutnya bergaya wolf cut, dengan perpaduan warna hitam pekat di bagian atas dan ungu lembut yang tersembunyi di bagian dalam.

Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat dunia ini, penampilan Naomi memang terlihat aneh, seolah-olah dia berasal dari masa depan yang lebih modern. Namun, karena penampilan nyentriknya ini yang membuat dia mudah dikenal oleh siapa pun.

Meskipun Eliza memiliki sifat tidak peduli dengan segala hal yang tidak berarti baginya, dia pun merasa keberadaan Naomi sangat mencolok di dunia ini.

Meskipun Eliza memiliki sifat tidak peduli dengan segala hal yang tidak berarti baginya, dia pun merasa keberadaan Naomi sangat mencolok di dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naomi

Sejenak, tatapan mereka saling bertemu. Bola mata Naomi yang memiliki warna berbeda, biru di kanan dan merah di kiri, tampak begitu tenang. Dia melangkah mendekati Eliza dengan santai, tanpa menunjukan rasa waspada meskipun baru pertama kali bertemu.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang