Di tengah medan pertempuran yang mengerikan, angin kencang berhembus dengan liar, mengibarkan rambut hijau panjang milik Elmesia serta rambut ungu Violatte yang terikat dalam twintail. Tatapan mereka bertemu, seolah ada percikan api yang menyulut di antara mereka.
Elmesia menatap Violatte dengan serius, penuh perhitungan dan kehati-hatian, sedangkan Violatte, dengan senyuman tajam di wajahnya, menunjukkan gairah yang membara. Matanya bersinar penuh antusiasme, seakan menikmati ketegangan yang menguap di antara mereka.
Meskipun ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepala Elmesia, mengenai siapa sebenarnya Violatte, apa tujuannya, atau dari mana dia berasal, namun hanya satu hal yang membuat Elmesia rela menghadapi makhluk itu secara langsung: Keberadaan entitas asing seperti Violatte, dan sosok misterius lain seperti Eliza, merupakan sebuah ancaman bagi dunia ini.
Elmesia menyadari, jika sosok-sosok asing ini dibiarkan begitu saja, mereka akan menciptakan kekacauan yang sama parahnya dengan kejadian-kejadian kelam di masa lalu. Sebagai utusan Dewi Bulan, melindungi dunia dan manusia-manusia yang diberkahi oleh sang Dewi adalah tanggung jawabnya.
Ini bukan hanya masalah kekuatan, tapi juga takdir yang harus dipenuhi. Sebuah takdir yang mengharuskannya menghentikan makhluk seperti Violatte sebelum ancaman itu menjadi kenyataan.
Di belakang Elmesia, kedua raja—Raja Brigham dan Raja Gainsword—melangkah mendekatinya. Wajah mereka penuh tekad, memperlihatkan kesiapan untuk turut serta dalam pertempuran. Serentak, keduanya berkata dengan penuh keyakinan, "Nona Elmesia, izinkan kami ikut bertarung bersama Anda. Kali ini kami akan turun langsung tidak seperti sebelumnya—hanya menciptakan sebuah strategi di belakang."
Namun, sebelum Elmesia sempat memberikan keputusan, suara ceria Violatte tiba-tiba memecah keheningan. "Oh, kalian itu raja, kan? Maaf, raja enggak boleh ikutan. Kalian diem aja di belakang. Lagi pula, di catur juga, raja yang harus dilindungi."
Perkataan Violatte membuat mereka terkejut. Raja Gainsword, yang dikenal tegas dan tidak mudah digoyahkan, segera menentang. "Apa maksudmu?! Kami tidak butuh perlindungan seperti itu! Kami tidak akan bersembunyi saat pertempuran sedang berkecamuk!"
Namun, sebelum Gainsword bisa melanjutkan protesnya, Elmesia tiba-tiba memotong ucapannya dengan nada datar tapi tegas. "Maaf, untuk kali ini aku setuju dengannya. Bagaimanapun, kalian adalah pemimpin, dan kalian bukanlah tandingannya. Keamanan kalian lebih penting bagi kerajaan."
Raja Brigham dan Raja Gainsword pun terdiam, meski raut wajah mereka penuh kekecewaan. Mereka terpaksa harus mematuhi perintah Elmesia, meskipun perasaan tak puas menggelayuti hati mereka.
Sebenarnya, meskipun kedua sosok ini seolah saling memahami bagai satu pikiran, tujuan mereka justru berbeda. Violatte diperintah oleh Eliza untuk tidak menyentuh pemimpin kerajaan mana pun. Mereka harus dibiarkan hidup untuk kelangsungan konflik berikutnya.
Sebaliknya, Elmesia menganggap bahwa para pemimpin adalah pondasi utama kerajaan, yang tak boleh dijadikan korban dalam pertempuran ini. Mereka harus bertahan demi rakyat dan masa depan dunia yang sedang berada di ambang kehancuran.
Tak lama kemudian, tiba-tiba tanah terasa bergetar ringan, disertai dengan suara gemuruh yang semakin membesar. Dalam hitungan detik, sebuah kubah raksasa mulai terbentuk di sekitar pasukan yang tersisa dan kuil yang menempel di lereng bukit.
Kubah itu memancarkan cahaya emas tipis, seperti kristal yang berkilauan di bawah sinar matahari. Meskipun sekilas tampak rapuh seperti kaca, setiap orang yang berada di dalamnya bisa merasakan energi kuat yang terpancar dari lapisannya.
Dengan tangan terangkat, Elmesia mengendalikan sihir pelindung itu. Napasnya masih teratur meski dia baru saja menciptakan pelindung yang begitu besar. Kubah ini memiliki kemampuan unik yang mampu menetralkan segala jenis serangan sihir. Setiap kali sebuah serangan menyentuh lapisannya, energi serangan itu akan terurai dan hilang tanpa bekas.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction I : Initium Viae
FantastikAlam semesta adalah panggung sandiwara dari segala penciptaan. Segala sesuatunya saling terhubung membentuk sebuah harmoni yang seimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas terus terjatuh ke dalam simfoni yang salah. Para Dimensional Being...