22. Perbincangan Pribadi

24 7 2
                                    

Di dalam kastil Kekaisaran Lazion, Eliza berdiri di salah satu ruangan yang dipenuhi dengan peninggalan sejarah. Ruangan itu dipenuhi dengan artefak-artefak kuno dan lukisan-lukisan bersejarah,  menggambarkan kejayaan mereka masa lalu.

Dalam keheningan suasana, bola mata Eliza terpaku pada sebuah lukisan abstrak yang tergantung di dinding. Lukisan itu dengan samar menggambarkan sosok seorang wanita berambut hitam, yang berdiri di tengah kerumunan penduduk kekaisaran zaman dulu.

Meskipun detailnya tidak terlalu jelas, aura dan kehadiran wanita dalam lukisan itu tampak memancarkan kekuatan dan keanggunan yang mencuri perhatian Eliza. Seolah lukisan tersebut menyimpan rahasia dan kisah-kisah lama yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

Di sekitar lukisan yang dipajang sempurna itu, terdapat banyak sekali artefak dan senjata dengan ukiran yang indah. Walaupun sebenarnya benda-benda ini telah berumur ribuan tahun, tapi kondisinya tetap terjaga utuh, seperti sering mendapatkan perawatan.

Ketika Eliza tengah memperhatikan sebuah lukisan dengan seksama, sebuah pintu megah di ujung ruangan perlahan terbuka, dan sosok pria tampan berjubah hitam masuk ke dalam seraya memberikan senyuman.

"Barang-barang yang indah, bukan? Aku selalu memperhatikan semua benda yang ada di sini setiap waktu. Setiap kali aku melihatnya, rasa rinduku pada masa lalu semakin bergejolak," kata Leonardo yang baru saja tiba.

Leonardo melangkah menghampiri sebuah kursi yang ada di sudut meja. Lalu duduk di kursi tersebut sambil merapikan piring-piring hidangan khas kekaisaran yang telah disediakan oleh para pelayan sebelumnya.

"Silakan duduk, Nona Eliza." Leonardo mempersilahkan duduk dengan tangan terbuka. "Anda yakin ingin berbicara di ruangan ini saja? Tidak di tempat lain?"

Kemudian, bola mata Eliza beralih pada hidangan di atas meja, lebih tepatnya hanya tertuju pada satu makanan yang menarik perhatian dia selama berada di ruangan ini. Tanpa rasa sungkan, dia segera melangkah dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Leonardo.

Bahkan, sebelum Leonardo menawarkan hidangan tersebut, Eliza langsung melahap salah satu makanan tanpa ragu-ragu. Dalam satu suapan, bola matanya tiba-tiba melebar, mulutnya yang mengunyah makanan tersebut sejenak terhenti seolah tengah meresapi rasa khasnya.

Leonardo yang memperhatikan sisi lain dari Eliza sedikit tertawa kecil. "Khufu~ Dari dulu kelemahan Anda hanya gurita bakar manis, ya."

Ada sedikit reaksi terkejut dari Eliza setelah mendengar ucapan Leonardo. Dia pun segera menelan makanan yang ada di mulut tanpa lanjut mengunyahnya kembali, seolah-olah sedang menutupi rasa malunya.

Setelah menenggak habis minuman anggur di gelasnya, Eliza mulai bersuara untuk pertama kalinya di ruangan ini.

"Apa yang kau rencanakan?" tanya Eliza dengan nada skeptis.

Dengan bahu terangkat, Leonardo menjawab dalam suara yang begitu santai. "Saya tidak mengerti maksud Anda. Apa yang sedang Anda bicarakan?"

"Apa perlu aku sebutkan?"

Setelah tak ada respon kembali dari Leonardo, Eliza sedikit menghela napas. "Kau sudah melewati batas hukum kehidupan. Seharusnya kau sudah mati karena umur. Tapi, apa yang kau lakukan hingga membuatmu bertahan sampai seribu tahun?"

Leonardo tersenyum tipis sejenak, kedua tangannya bertemu di atas meja seraya menjawab, "Sebelum saya menjawab, izinkan saya memberikan satu pertanyaan. Kenapa Anda tidak bersama dia mengunjungi dunia ini?"

Eliza seketika mengernyit. Tampaknya dia tahu sosok yang dimaksud oleh Leonardo. Dia sangat mengenali sosok itu. Meskipun ribuan tahun telah berlalu, Eliza masih teringat sosok itu tanpa pernah bisa melupakannya.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang