41. Legenda yang Hadir di Tengah Acara

10 7 0
                                    

Di dalam aula megah yang penuh dengan ornamen berkilauan dan pilar-pilar tinggi menjulang, musik orkestra bergema dengan indah. Suara biola dan cello berpadu membentuk harmoni di atas panggung besar di ujung aula, sementara para musisi mengenakan pakaian formal berwarna emas dan perak.

Aula tersebut dipenuhi oleh bangsawan dan rakyat jelata yang diundang oleh kekaisaran untuk menghadiri acara penyambutan musim dingin ini. Tawa dan percakapan pelan terdengar di sana-sini, disertai derak ringan dari peralatan makan saat para pelayan menyajikan hidangan pembuka.

Walaupun semalam ibu kota kekaisaran mengalami bencana alam, yang merusak
sebagian besar kota, acara ini tetap diselenggarakan dengan baik. Acara ini sudah menjadi agenda wajib kekaisaran, untuk menyambut musim dingin yang akan tiba.

Sementara di balkon VIP, Naomi duduk dengan tenang, memperhatikan panggung dengan sorot mata penuh perhatian. Tidak seperti biasanya, hari ini dia tampak anggun, seolah dia bukanlah Naomi yang biasa orang lain kenal.

Gaun ungu pendek berenda yang dikenakan Naomi, dengan bagian bahu terbuka yang menampilkan kulit dadanya dan bahunya dengan elegan. Dia duduk dengan kaki menyilang, seraya tangan kanannya menggenggam gelas kaca dalam gerakan yang anggun.

Setelah penampilan musik orkestra selesai, tak lama kemudian pintu ruang VIP terbuka, Naomi dengan antusias mengangkat tubuhnya dan menyambut sosok yang baru saja tiba.

"Selamat pagi," sambut Naomi dengan senyuman anggun, dia tampak seperti bangsawan kelas atas. "Ah~ sepertinya aku harus berkata "salam kenal", karena yang datang ternyata klona yang berbeda dari sebelumnya."

Sosok yang baru saja tiba itu segera melangkah mendekati Naomi. Dia adalah Eliza, atau lebih tepatnya salinan diri Eliza. Padahal, salinan tubuh atau klona milik Eliza masing-masing tidak memiliki perbedaan, namun Naomi justru mengetahui bahwa yang datang hari ini, adalah klona yang berbeda dari sebelumnya.

Ketika Eliza berdiri di samping Naomi, dia terus menatap Naomi dengan alis mata terangkat. Seperti biasa, eskpresinya tetap dingin, namun ada suatu keanehan yang dia sembunyikan.

Menyadari sesuatu dalam tatapan Eliza, Naomi tersenyum menggoda. "Kenapa? Apa kamu terpesona dengan penampilanku hari ini?"

Eliza tak bereaksi, dia segera duduk di samping Naomi dan memperhatikan tamu yang memenuhi bangku aula. Setelah cukup lama bola matanya menyapu setiap sudut aula, Eliza mulai bersuara, "Kau tahu ... apa yang sedang kupikirkan saat ini?"

Naomi kembali tersenyum menggoda. Dia menyilangkan kaki kembali dengan anggun, seraya jari telunjuknya menempel di pipi dengan pose yang manis. "Hmm~ kenapa? Pasti karena aku sangat cantik hari ini?"

Sejenak, Eliza menghela napas. "Sebaliknya, kau terlihat lebih menjijikan hari ini. Apa yang kau pikirkan? Apa kau ingin dianggap bangsawan oleh mereka, sampai kau berada di tempat ini?"

Seketika Naomi tersedak, senyuman percaya dirinya memudar mendengar ucapan tajam Eliza. "Hei! Itu engga sopan! Aku capek-capek dandan buat hari ini, tau!" Dia meluruskan punggungnya, dan sesaat kembali ke sifat aslinya yang lebih ceroboh dan blak-blakan. "Lagi pula, aku bisa dapat tempat VIP ini sebagai tamu undangan kaisar!"

Kemudian, sifatnya kembali berubah menjadi anggun dengan gaya yang memikat, dia menggerakkan rambutnya seolah sedang berpose di depan cermin. "Tentu saja aku berpenampilan kaya gini supaya kelihatan sekseehhh dan memikat pria tampan."

Tak ada reaksi kembali dari Eliza, dia tetap terlihat datar seolah tak acuh dengan gaya narsis Naomi.

"Ada apa kau mengundangku?" tanya Eliza seraya menyandarkan tubuhnya.

"Tidak ada." Naomi menuangkan sebotol anggur pada gelas Eliza di meja. "Aku cuma pengen kamu menikmati budaya yang kamu wariskan di dunia ini."

Lantas, Eliza sedikit mengernyit. Lagi dan lagi Naomi mengetahui sesuatu yang tidak semua orang tahu. "Hoo~ ternyata kau tahu sejauh itu."

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang