42. Tiga Legenda dan Sosok Singularity Berhadapan

17 7 2
                                    

Beberapa musisi telah tampil, menciptakan suasana penuh harmoni di aula megah itu. Kini giliran Lynetta, sahabat Naomi, untuk menunjukkan bakatnya di hadapan seluruh tamu dari berbagai penjuru dunia—perwakilan dari berbagai kerajaan, dan bahkan spesies yang berbeda.

Lynetta berdiri di tengah panggung, mengenakan gaun berwarna biru langit yang berkilauan di bawah cahaya lilin kristal. Melodi yang dinyanyikan Lynetta berpadu dengan gesekan biola dan dentingan piano, menciptakan harmoni yang begitu memukau, seolah-olah waktu terhenti di ruangan itu.

Di balkon VIP, Naomi memperhatikan dengan penuh kekaguman. Matanya berbinar ketika melihat sahabatnya menampilkan bakat yang luar biasa. Seulas senyum menghiasi wajah Naomi, senyum yang tulus, karena di balik semua canda dan keluhan tentang hidup, inilah saat di mana dia benar-benar merasa bangga pada Lynetta.

Dia tahu betapa keras Lynetta berlatih untuk momen ini—momen di mana dia menunjukkan siapa dirinya di hadapan orang-orang yang datang dari seluruh penjuru dunia. Naomi menumpu dagu dengan tangannya, matanya tak lepas dari panggung, menikmati setiap detik dari penampilan sahabatnya.

Di sampingnya, Eliza hanya menyilangkan tangan dengan eskpresi dingin. Walaupun Lynetta sedang menyanyikan senandung lullaby yang terikat dengan masa lalu Eliza di dunia ini, dia justru tetap tak bergeming seolah tidak merasakan apa pun.

Di tengah nyanyian Lynetta yang begitu indah, tiba-tiba terjadi pergerakan di salah satu sisi aula. Nera Vampaia dan para pengikutnya, bangkit berdiri tanpa suara dan mulai meninggalkan tempat duduk mereka.

Sementara itu, sang legenda elf yang dikenal misterius, menoleh memperhatikan kepergian para vampir. Dia tampak merenung sejenak, seakan menimbang sesuatu, sebelum akhirnya ikut bangkit berdiri. Bersama seorang pengawal yang selalu setia di sisinya, dia pun berjalan keluar dari aula megah tersebut.

Melihat kepergian mendadak para sosok legenda itu, asli mata Eliza sedikit terangkat. Meski Naomi terlihat terpaku pada penampilan Lynetta di panggung, dia tiba-tiba bersuara seolah menyadari keanehan itu.

"Bagaimana kalau kamu ikuti mereka?" saran Naomi dengan suara rendah seraya menoleh ke arah Eliza.

Eliza hanya menghela napas pelan. Tanpa menjawab, dia menatap Naomi sekilas sebelum kembali mengarahkan pandangannya ke arah pintu keluar di mana para vampir dan elf itu baru saja menghilang. Pandangannya tetap dingin, tidak menunjukkan ketertarikan sedikit pun pada saran Naomi.

Menyadari Eliza tidak tertarik, Naomi kembali melanjutkan, "Eliza, apa kamu tidak merasa aneh? Di sini bukan hanya ada perwakilan setiap negara, tapi juga ada sosok legenda yang bahkan jarang sekali muncul di hadapan orang-orang."

Naomi kembali duduk di kursinya, bola matanya tetap terpaku pada pertujukan Lynetta. "Asumsikan saja kalau si Pertapa Elf itu diundang oleh kaisar. Tapi, bagaimana dengan iblis dan vampir yang justru ikut hadir di sini? Dan kenapa kaisar yang seharusnya menyambut tamu penting seperti mereka malah tidak hadir?"

"Apa kamu masih berpikir acara ini hanya sekadar penyambutan musim dingin, Eliza?"

Tentu, Eliza sempat merasakan kejanggalan itu. Seandainya tidak ada sesuatu yang menarik perhatian semua orang, untuk apa Ratu Vampir, Iblis Pemikat, dan Legenda Elf itu hadir? Padahal, mereka bukanlah sosok yang memiliki ketertarikan seperti menyaksikan seni, hingga rela berbaur di tengah-tengah kerumunan manusia.

Eliza mengedipkan mata pelan, lalu melirik Naomi yang masih terpaku pada pertunjukan Lynetta. "Sudah waktunya kau jelaskan padaku, katakan segala hal yang kau ketahui."

Sejenak, Naomi bertepuk tangan saat Lynetta menampilkan gerakan yang anggun, lalu menoleh ke arah Eliza. "Kamu bakal tau kalau kamu ikuti mereka. Tapi ingat, jangan gunakan kekuatanmu untuk melacak mereka."

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang