Di saat Eliza masih tertawa kecil, Nameless dan Violatte justru saling menunjukan ekspresi heran. Keduanya saling memandang sesaat seolah merasa heran.
"Nyonya Eliza, apa ada yang salah?" tanya Nameless dengan nada ragu.
Setelah beberapa waktu tertawa kecil, lantas Eliza sedikit menghela nafas. Bibir yang awalnya membentuk sebuah senyuman tipis namun sedikit tajam, kini kembali datar seolah kembali ke sifat aslinya.
"Tidak, bukan apa-apa," jawab Eliza dengan suara datar. "Pemikiranmu ... cukup menarik."
Mungkin itu terdengar seperti pujian, atau bisa juga sebagai sindiran pada asumsi yang diberikan Nameless sebelumnya. Jika menggunakan sudut pandang yang luas, asumsi yang diberikan Nameless memang terdengar masuk akal secara keseluruhan.
Bagaiamanapun juga, suara misterius yang datang pada Eliza hanya mengungkapkan petunjuk yang abstrak tentang Kunci Gerbang Ilahi, di mana kunci tersebut merupakan suatu anomali yang tidak seharusnya ada di dunia ini.
Entah itu merujuk pada sebuah benda, tempat, atau makhluk hidup, tapi bagi Nameless, yang paling masuk akal petunjuk tersebut mungkin mengarah pada makhluk hidup. Dan dia mencurigai dua sosok yang mungkin sebuah entitas anomali yang dimaksud oleh suara misterius itu.
Namun, setelah Nameless mengungkapkan hasil pemikirannya, Eliza malah tertawa kecil dengan ekspresi yang sulit ditebak. Tidak ada yang tahu apa yang Eliza pikirkan terkecuali dia ingin mengungkapkannya.
"Itu hanya dugaan saya. Jika ada kesalahan, saya mohon maaf," kata Nameless seraya sedikit menunduk dengan postur meminta maaf yang tulus.
"Tidak," sangkal Eliza. "Kau memiliki dugaan yang sama denganku. Aku lebih mengenal dunia ini daripada kalian. Leonardo, Lilith ... keduanya tidaklah asing bagiku."
Sebelum melanjutkan, Eliza menatap bangunan yang dilewati dari jendela kereta. "Tapi, sebentar lagi, mungkin orang yang dimaksud Leonardo bisa membantu kita."
"Huh? Siapa?" tanya Violatte dengan wajah polosnya.
Di waktu yang sama, kereta kuda yang mereka tumpangi tiba-tiba terhenti. Lalu, seorang kesatria dengan seragam biru tua membukakan pintu mereka dari luar dengan sikap penuh penghormatan, dan berdiri dengan wajah menunduk seolah menunggu mereka keluar dari kereta.
Tanpa sebuah kata yang terucap, lantas Eliza bangkit dari duduknya, melangkah keluar dari kereta kuda dengan gerakan anggun. Nameless dan Violatte pun mengikutinya dari belakang.
Ketika keduanya baru saja meginjak tanah, secara bersamaan raut wajah mereka berubah dengan penuh kekaguman, menatap sebuah toko makanan yang berdiri kokoh di depan mereka.
Toko itu tampak mewah dan elegan, dengan berbagai macam bunga berjajar rapi di sepanjang jendela panjang yang menghiasi bagian depannya. Toko tersebut terlihat mencolok dengan tembok berwarna putih bersih yang kontras dengan aksen hitam pekat di beberapa bagian, menciptakan kesan modern sekaligus klasik.
Di atas pintu kayu, tertulis sebuah nama toko tersebut, yang diukir indah seolah menjadi ciri khas toko ini. Desainnya yang unik membuat toko ini terlihat menonjol dan menjadi pusat perhatian di kawasan tersebut.
Ketika Eliza melangkah masuk ke dalam toko tersebut, suasana langsung berubah menjadi keheningan yang sesaat. Semua mata segera tertuju padanya, beragam ekspresi juga terlukis di wajah orang-orang yang ada di dalam toko.
Beberapa di antanya tampak tertegun dan terkejut melihat sosok Eliza yang anggun, sementara yang lain memandanginya dengan tatapan penuh keheranan. Mereka jelas mengenali kereta kuda yang Eliza tumpangi—kereta mewah milik kekaisaran—yang membuat banyak orang bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya wanita misterius ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction I : Initium Viae
FantasyAlam semesta adalah panggung sandiwara dari segala penciptaan. Segala sesuatunya saling terhubung membentuk sebuah harmoni yang seimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas terus terjatuh ke dalam simfoni yang salah. Para Dimensional Being...