37. Naomi Sang Entitas Omniscient

13 6 0
                                    

Di dalam ruangan yang dipenuhi deretan buku-buku tebal, ekspresi dingin Eliza tidak berubah sedikit pun saat bola mata merahnya bergerak cepat, memindai buku-buku yang tersusun rapi di rak-rak kayu tua.

Jari-jarinya yang ramping terkadang menyentuh punggung buku, namun tak satu pun yang diambilnya. Dia tampak begitu serius, mencari sesuatu yang sangat penting di antara koleksi buku yang luar biasa banyaknya.

Sementara itu, di tengah ruangan, suara merdu seorang gadis muda mulai memenuhi udara. Lynetta, sosok gadis muda berparas lembut, bernyanyi dengan melodi yang menenangkan. Rambut coklatnya yang bergelombang, bergerak dengan lembut seiring gerakannya yang indah.

Sambil bernyanyi, Lynetta menari dengan gerakan yang anggun, setiap putaran dan lambaian tangan terlihat seperti bagian dari harmoni yang sempurna. Gaun putih berenda yang dikenakannya berayun lembut seiring irama tariannya, sementara sarung tangan putihnya yang panjang menambah kesan elegan.

Di dekatnya, Naomi tersenyum manis, memperhatikan setiap gerakan tarian Lynetta dengan tatapan penuh kekaguman. Kedua matanya bersinar lembut saat dia menyaksikan keanggunan sahabatnya itu, seolah terpesona oleh setiap gerakan yang begitu harmonis.

"Whoaah!" Naomi bertepuk tangan dengan antusias di ujung tarian dan nyanyian Lynetta. "Hihi, kalau kaya gini terus, kamu pasti yang juara!"

Lynetta tersenyum, meskipun napasnya terengah-engah setelah menyelesaikan tarian. Mendengar pujian dari Naomi, dia tertawa kecil. "Kamu muji aku gitu pasti ada maunya, kan?"

"Eh? Mana ada! Aku serius, loh," balas Naomi dengan mata yang berbinar.

"Haha, iya iya. Makasih atas pujianmu," jawab Lynetta dengan nada manis, membuat suasana semakin hangat.

Di sisi lain, Eliza tetap tenggelam dalam pencariannya, matanya yang merah bergerak cepat menelusuri deretan buku yang berjajar rapi di rak. Fokusnya sama sekali tak teralihkan, seolah-olah dunia di sekitarnya hanyalah angin lalu. Tawa riang dan percakapan antara Naomi dan Lynetta tak sedikit pun mempengaruhi keseriusannya.

Lynetta melirik ke arah Eliza sejenak, rasa canggung muncul di wajahnya, karena takut mengganggu konsentrasi Eliza. Namun, Naomi yang menyadari kecanggungan itu segera berbisik, "Jangan khawatir. Dia itu enggak pernah peduli sama sekitarnya. Kamu mau teriak-teriak juga, dia enggak bakal keganggu."

Lynetta hanya memiringkan kepalanya dengan ekspresi ragu, seolah tak sepenuhnya percaya. Sementara itu, Eliza sedikit menoleh, melirik Naomi dengan tatapan tajam dan skeptis. Ada kilatan kesal yang samar di mata Eliza, seolah-olah tersinggung karena Naomi seakan-akan memahami dirinya.

Kemudian, Naomi melangkah menghampiri Eliza. "Hei, kamu dari tadi sedang mencari buku atau cuma mau menghitung koleksi bukuku?"

Walaupun nadanya terdengar santai, ada sedikit nada mengejek dalam kata-katanya. Namun, seperti biasa, Eliza tetap tak terpengaruh. Perhatiannya sepenuhnya masih tertuju pada barisan buku yang berjajar rapi di rak, seolah Naomi hanyalah bayangan di sudut matanya.

Melihat Eliza yang tetap acuh tak acuh, Naomi menghela napas panjang, sedikit dramatis. "Begini," ucapnya lagi dengan nada yang lebih pelan namun tetap menggoda, "buku-buku ini kan punyaku. Semua yang ada di sini koleksi pribadiku. Daripada kamu kaya orang kesulitan nyari buku yang kamu mau, kenapa enggak dari tadi nanya ke aku?"

Mendengar itu, bola mata merah Eliza seketika melebar. Untuk sesaat, dia terdiam, seolah baru menyadari hal sederhana yang terlupakan.

Melihat sikap Eliza yang polos itu, membuat Naomi ingin tertawa. Ada sesuatu yang lucu melihat sosok Eliza—yang biasanya terlihat dingin dan cerdas—tiba-tiba terlihat bodoh hanya karena lupa hal sederhana. Naomi merasa seperti sedang mengamati seseorang yang tanpa sadar mempersulit dirinya sendiri.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang