Dalam sebuah gubuk tua, lilin-lilin menyala sebagai penerangan yang redup. Tembok yang terbuat dari kayu, tampak begitu rapuh seolah telah lama ditinggalkan. Gubuk ini begitu sempit, hanya terdapat satu ruangan dan beberapa bagian atapnya pun telah berlubang.
Di tengah kesunyian malam, Luviana tiba-tiba terbangun dengan napas terengah-engah. Rambut kuningnya begitu kusut dengan wajah pucat, seolah dia baru saja terbangun dari mimpi buruk.
Ketika Luviana menghela napas, dan mengatur kembali ketenenangannya, dia dikejutkan oleh suara lembut dari sosok wanita bagai sebuah sambutan. "Selamat datang kembali, Putri Tidur," sapa sosok itu.
Bola mata Luviana segera bergerak ke sumber dari suatu itu. Ekspresinya pun berubah menjadi terkejut saat menemukan sosok wanita dengan mata terpejam, berdiri di pintu yang rapuh.
"Si-siapa kamu? Di mana aku?" tanya Luviana kebingungan, seraya menatap sekitar dengan sedikit gelisah.
Sosok wanita yang kedua matanya selalu terpejam itu adalah Nameless, atau lebih tepatnya, hanya sebuah klona milik Nameless yang ditugaskan untuk melindungi Luviana. Meskipun kedua matanya tertutup rapat, wajah yang selalu tersenyum penuh arti itu sedang memandangi Luviana.
"Sudahku duga kamu benar-benar spesial." Nameless dengan ramah melanjutkan, "Jangan khawatir, aku di sini hanya menemanimu saat dirimu tak sadarkan diri."
Luviana mencoba memaksa pikirannya untuk kembali pada ingatan yang membuat dia tak sadarkan diri. Samar-samar, dia sedikit melihat ingatan itu, namun setiap kali dia berusaha menyusuri jejak memori itu, kepingan-kepingan ingatan seperti mengabur, seakan tertutup oleh kabut tebal.
Wajah-wajah, suara, dan peristiwa yang dulu terasa nyata kini hanya menjadi bayangan buram. Dia mengernyit, berusaha lebih keras, tapi ada sesuatu yang menahan. Setiap kali dia mendekati ingatan itu, seperti ada sebuah tembok yang memblokir jalan pikirannya, menahan segala upaya untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.
Di sisi lain, perasaan gelisah perlahan menyelinap ke dalam benak Luviana, menghantui pikirannya tanpa alasan yang jelas. Kegelisahan ini bukan semata karena ketidakmampuannya mengingat kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri, dan bukan pula karena identitas Nameless yang tidak dia kenali.
Ada sesuatu yang lebih mendalam, sesuatu yang tak dapat dia pahami sepenuhnya—sebuah kekhawatiran yang muncul dari dalam dirinya, seolah-olah nalurinya mencoba memperingatkannya terdapat sesuatu yang besar dan berbahaya sedang terjadi di suatu tempat.
Merasa tak nyaman dengan kegelisahan yang merayap di benaknya, Luviana segera bangkit berdiri, sambil menahan rasa pusing yang menekan di kepalanya. Sementara Nameless yang melihat Luviana tiba-tiba berdiri dengan sempoyongan, dia mulai melangkah mendekati Putri Brigham itu.
"Kamu mau ke mana?" tanya Nameless yang kini berdiri di hadapan Luviana, seolah sedang mencegah wanita itu pergi. "Kamu yakin mau pergi sekarang juga?"
Dengan wajah pucat dan dahi mengkerut, Luviana menjawab, "I-iya... Aku harus segera pergi. Aku tidak tahu siapa kamu, tapi terima kasih sudah membantuku. Aku akan membalas kebaikanmu suatu hari nanti."
Sejenak, Nameless menghela napas sebelum menanggapi. "Apa kamu yakin baik-baik saja? Kamu tak sadarkan diri selama tiga hari, loh. Lebih baik kamu istirahat dulu di sini. Lagi pula, hari sudah malam. Sangat sulit melihat pergerakan musuh yang mengincarmu."
Seketika bola mata Luviana melebar. Ucapan Nameless berhasil membuat dia sedikit mengingat kejadian-kejadian sebelumnya. Dia mulai teringat bahwa dirinya sedang dikejar oleh beberapa kerajaan yang ingin menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
World Destruction I : Initium Viae
FantasyAlam semesta adalah panggung sandiwara dari segala penciptaan. Segala sesuatunya saling terhubung membentuk sebuah harmoni yang seimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas terus terjatuh ke dalam simfoni yang salah. Para Dimensional Being...