21. Teman Masa Lalu

44 13 4
                                    

Di bawah sinar metari pagi, burung-burung berkicau seolah menyanyikan senandung kesedihan pada hutan yang tak lagi terbentuk. Walaupun hari telah berganti, tapi klona Eliza dan kedua pilar iblisnya, belum beranjak dari tempat mereka sebelumnya—tanah gersang akibat pertarungan kemarin.

Kini, Luviana telah hadir di tengah-tengah mereka dengan terbaring tak sadarkan diri. Kedua matanya masih tertutup rapat akibat dari sihir pengendalian jiwa milik Nameless, walaupun sebenarnya sihir tersebut belum sempat Nameless gunakan secara utuh.

*nyutt *nyuttt

Violatte berkali-kali menekan pipi Luviana dengan jari telunjuknya. Entah dia lakukan itu untuk membangunkan Luviana, atau hanya sekedar bosan saja, dia terus melakukan itu dengan wajah polos yang menonjolkan keimutannya.

Di dekat Violatte, Nameless berdiri dengan kedua tangan bertemu di depan. Sekilas dia memperhatikan wajah Luviana lalu menatap rambut perak klona Eliza yang ada di depannya.

"Nyonya Eliza, apa tidak masalah kita tidak segera bergerak mencari kunci tersebut? Selain itu, kita juga belum tahu wujud dari kunci itu seperti apa, karena ketidakpastian petunjuk dari sosok yang berbicara dengan Anda," ucap Nameless dengan nada sedikit khawatir.

Sejenak, Eliza berdiam diri tidak segera meresponsnya. Hingga beberapa saat kemudian, dia berbalik badan dengan bola mata sedikit melebar.

"Aku baru ingat. Suara itu berkata, kunci tersebut merupakan anomali yang bukan berasal dan tidak seharusnya berada di dunia ini," jawab Eliza seraya mengingat pesan yang dia terima.

Padahal, bagian ini adalah satu-satunya petunjuk yang sangat membantu mereka, tapi Eliza hampir saja melupakannya. Beruntung, Nameless sempat menanyakan hal ini sebelum mereka kembali bergerak tanpa arah yang pasti.

Satu-satunya petunjuk dari suara misterius itu adalah, bahwa kunci tersebut merupakan sebuah anomali yang tidak seharusnya ada di dunia ini.

Kunci itu tidak berasal dari dunia ini—artinya, dia tidak terlahir atau tercipta di sini. Kunci itu juga bukan bagian dari dunia ini, seperti benda asing yang tiba-tiba muncul di lingkungan yang tidak sesuai.

Dengan kata lain, seolah-olah kunci tersebut adalah sesuatu yang datang dari luar, dan keberadaannya menciptakan ketidakcocokan yang jelas dengan dunia di sekelilingnya.

Memang, satu-satunya petunjuk ini masih belum cukup menjelaskan wujud dari kunci tersebut. Namun, setidaknya petunjuk ini memungkinkan mereka untuk mempersempit pencarian, memfokuskan usaha pada hal-hal yang mungkin saling berhubungan.

Selama Eliza berada di dunia ini, dia telah menemukan tiga hal yang mungkin salah satunya adalah wujud dari kunci tersebut: sosok makhluk, sebuah benda dan tempat.

Namun, jika mempertimbangkan petunjuk tentang adanya anomali, hanya dua di antara ketiga penemuan tersebut yang tampak masuk akal dan berhubungan dengan keanomalian ini.

"Apakah maksud Anda, keduanya adalah sosok makhluk dan benda?" tanya Nameless untuk memastikan.

Eliza mengangguk. Tampaknya dia telah menemukan sedikit jawaban dari petunjuk ini. Selain itu, dia juga sudah menyimpan nama sosok anomali dan benda anomali tersebut, walaupun belum ada bukti yang mendasari.

Dengan suara yang datar, Eliza kembali mengungkapkan, "jika itu adalah benda, ada dua hal yang aku temukan: harta sakral dalam bentuk senjata, dan satu lagi ...."

Tiba-tiba, Eliza menunjuk ke arah samping. Dengan kecepatan yang luar biasa, sebuah petir hitam seketika melesat dari jari telunjuk Eliza, sangat cepat dan tak dapat dilihat oleh makhluk biasa. Lalu, petir itu meledak dengan skala hebat di ujung hutan yang masih terbentuk dari sisa kehancuran kemarin.

World Destruction I : Initium ViaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang