Hari telah berganti malam. Saat itu, Zein tampak sedang duduk di atas ranjang kamarnya sambil mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon dan seseorang itu adalah dokter Tania.
"Maafin Zein ya, ma.. Zein baru sempet kasih kabar ke mama hari ini," ucap Zein yang sedang bicara dengan dokter Tania melalui sambungan telepon.
"Ngga pa-pa, sayang. Yang penting Zein baik-baik aja, kan?" balas dokter Tania dari seberang telepon.
"Iya, ma. Zein baik-baik aja, kok. Mama ngga usah khawatir," ucap Zein.
"Syukurlah, mama lega denger Zein baik-baik aja. Mama juga ngerti kok kondisi Zein kan masih belum baik betul. Jadi mama pikir, waktu Zein baru pulang dari rumah sakit, pasti Zein langsung tidur kan? Makanya Zein jadinya lupa yah mau kasih kabar ke mama?" tanya dokter Tania.
"Em, iya ma.. maaf ya, ma," jawab Zein bohong. Padahal, sepulang dari rumah sakit, ia tidak langsung tidur. Ia begadang hingga jam 3 pagi karena ia dipaksa Zafran untuk menyelesaikan PR sekolahnya. Ia sengaja mengiyakan pertanyaan dokter Tania karena ia tidak ingin membuat dokter Tania khawatir padanya.
"Ya udah, ngga pa-pa. Yang penting sekarang mama udah tau kabarnya Zein baik-baik aja dan mama juga sekarang udah tau nomornya Zein. Jadi mama bisa lebih mudah buat hubungi Zein dari sini. Nanti mama pasti akan sering-sering hubungi Zein. Makasih ya sayang, Zein udah mau nyempetin waktunya buat kabarin mama? Mama harap, Zein sehat selalu dan selalu dalam keadaan baik-baik saja di manapun Zein berada karena mama ngga bisa buat selalu ada di samping Zein. Zein harus bisa jaga diri baik-baik ya, nak.. mama sayang sekali sama Zein," ucap dokter Tania.
"Iya, ma," balas Zein sambil mengulum senyum tipisnya setelah mendengar ucapan dokter Tania. Mendengar suara dokter Tania yang baru saja memberi pesan itu padanya, rasanya ia seperti sedang mendengar suara mama Yasmine sedang bicara padanya. Hal itu karena dokter Tania pun sama-sama tidak bisa selalu ada bersamanya seperti mama Yasmine yang juga tidak pernah ada di sampingnya sekarang. Ia merasa bahwa pesan yang baru saja dokter Tania berikan padanya seperti sekaligus menjadi pesan yang juga diberikan oleh mama Yasmine untuknya supaya ia bisa menjaga dirinya sendiri dan supaya ia selalu dalam keadaan baik-baik saja.
"Zein lagi apa sekarang? Zein udah makan malem belum, sayang?" tanya dokter Tania.
Lagi-lagi, dokter Tania mengingatkan Zein pada mama Yasmine. Mendengar suara dokter Tania yang begitu lembut saat memanggilnya dengan panggilan sayang itu, membuat Zein kembali teringat mama Yasmine yang dulu juga selalu bicara lembut padanya. Dulu ia selalu diperhatikan mamanya dan mamanya itu juga tak jarang memanggilnya dengan panggilan sayang yang tentu membuat hatinya terasa tenang dan sejuk.
Sudah lama sekali ia tidak mendapatkan perhatian lagi baik dari mamanya maupun dari papanya. Ia telah lama menjadi anak yang haus akan kasih sayang dari kedua orang tua. Tapi kini, setelah dokter Tania datang dan tiba-tiba dengan senang hati menawarkan dirinya untuk menjadi mama angkatnya, tentu Zein merasa sangat bersyukur. Setidaknya, dengan adanya dokter Tania, ia tidak lagi merasa jauh dari mamanya.
"Zein? Sayang? Zein baik-baik aja, kan? Zein denger suara mama, kan?" ucap dokter Tania karena Zein belum menjawab pertanyaannya.
"Eh, iya ma. Zein baik-baik aja. Zein denger kok suara mama," jawab Zein.
"Tapi kok barusan Zein diem waktu mama tanya?" ucap dokter Tania.
"Emang tadi mama nanya apa, ma?" ucap Zein balik bertanya.
"Tadi mama tanya, Zein udah makan malem apa belum? Kalo belum, Zein makan dulu, terus nanti obatnya juga jangan lupa diminum, biar malem-malem Zein tidurnya ngga sesek karena udah minum obat," ucap dokter Tania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Si Perindu Papa ✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT !!! ❌ Dalam book "Aku, Si Perindu Papa", Zein merasakan jarak emosional yang mendalam dengan papanya, Zafran. Meskipun tinggal bersama, hubungan mereka kian memburuk, membuat Zein merasa terasing dan tidak diinginkan. Melalui serang...