Setelah beberapa hari dirawat di ruang ICU, akhirnya Zein dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani proses pemulihan. Di sana, ia masih ditemani oleh dokter Tania, wanita yang sudah dianggapnya sebagai mama angkat.
Meskipun kondisinya sudah lumayan membaik, wajah Zein tampak murung. Pikirannya dipenuhi oleh sosok papanya yang selama ini sering mengecewakannya. Hubungan mereka memang tidak pernah baik, dan Zein masih belum siap untuk memaafkan segala kesalahan yang sudah dibuat oleh papanya padanya.
Dokter Tania menyadari perubahan suasana hati Zein. Dengan lembut, ia mendekati ranjang Zein dan duduk di sampingnya. "Zein, apa yang lagi ganggu pikiran kamu sekarang, sayang? Mama liat, dari tadi Zein kayaknya murung terus," tanyanya dengan nada penuh perhatian.
Zein lalu mencoba tersenyum, meskipun senyumnya terlihat dipaksakan. "Ah, ngga pa-pa, ma. Zein cuma masih lemes aja, tapi ngga ada yang perlu dikhawatirin, kok."
Dokter Tania menatap Zein dengan penuh perhatian. "Zein, mama ini sekarang mamanya Zein. Jadi Zein bisa berbagi apapun sama mama. Mama akan selalu ada buat dengerin kalo Zein emang ada sesuatu yang pengen diomongin."
Zein hanya mengangguk pelan sembari berkata, "Iya, ma. Tapi Zein baik-baik aja kok, sungguh. Mungkin Zein cuma lagi butuh istirahat aja."
Dokter Tania menghela napas, menyadari Zein tidak ingin terbuka padanya. "Ya udah, kalo gitu sekarang Zein istirahat aja yang cukup, ya. Jangan sungkan buat minta bantuan sama mama kalo Zein butuh sesuatu, ya?"
"Iya, ma. Makasih ya, ma. Zein minta maaf kalo Zein udah ngerepotin mama," ujar Zein.
"Ngerepotin gimana, sih? Zein ngga ngerepotin mama sama sekali, kok. Malah mama seneng bisa rawat Zein di sini. Mama seneng karena Zein mau ditemenin mama di sini. Jadi Zein ngga usah bilang kayak gitu lagi, ya? Mama ada di sini buat Zein. Mama kan sayang banget sama Zein. Zein tau itu, kan?" balas dokter Tania.
Zein pun tersenyum setelah mendengar ucapan dokter Tania. Ia begitu bersyukur karena memiliki mama angkat yang begitu menyayanginya bahkan sudah menganggap dirinya seperti putra kandungnya sendiri.
Dalam hati, Zein sebenarnya ingin menceritakan semua kekecewaannya pada papanya. Namun, ia merasa enggan untuk membebani dokter Tania dengan masalah pribadinya. Ia tidak ingin membuat dokter Tania khawatir. Ia memutuskan untuk menyimpan perasaannya sendiri, setidaknya untuk saat ini.
••••
Zafran duduk termenung di depan ruang rawat Zein. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran akan Zein, putranya. Setelah sadar dari kondisi kritisnya, Zein tiba-tiba tidak ingin bertemu dengan Zafran dan bahkan menolak sentuhan darinya. Zafran menyadari bahwa semua ini disebabkan oleh perlakuan buruknya terhadap Zein selama ini.
Rasa bersalah menyelimuti Zafran. Ia menyesali semua tindakan dan kata-kata kasar yang pernah ia lontarkan pada Zein. Sebagai seorang ayah, Zafran seharusnya memberikan kasih sayang, perhatian, dan bimbingan yang tulus. Namun, karena emosi yang tidak terkendali, ia justru memperlakukan Zein dengan buruk.
Kini, Zafran menyadari bahwa tindakannya telah melukai hati Zein. Anak yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaannya, kini menjauhinya karena merasa trauma atas perlakuan buruk Zafran selama ini. Zafran merasa sangat menyesal dan berharap dapat memperbaiki hubungannya dengan Zein. Ia tahu bahwa akan butuh waktu dan usaha yang besar untuk memulihkan kepercayaan Zein, tetapi Zafran bertekad untuk melakukannya.
Di tengah lamunannya itu, tiba-tiba, Zafran terkejut dengan kedatangan ayah mertuanya (Eyang) yang datang menggunakan kursi roda ditemani oleh perawat pribadinya yang biasa mengurusnya di rumah sejak Eyang mengalami kelumpuhan akibat penyakit stroke yang dideritanya. Dengan wajah penuh kekhawatiran, Eyang bertanya mengenai kondisi Zein saat ini pada Zafran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Si Perindu Papa ✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT !!! ❌ Dalam book "Aku, Si Perindu Papa", Zein merasakan jarak emosional yang mendalam dengan papanya, Zafran. Meskipun tinggal bersama, hubungan mereka kian memburuk, membuat Zein merasa terasing dan tidak diinginkan. Melalui serang...