Prolog

8.6K 294 41
                                    

Dua anak kecil laki-laki berpakaian seragam sekolah SD sedang berjalan keluar dari dalam ruang kelas bersama sambil bergandengan tangan. Mereka adalah sepasang saudara kembar, namun tak seiras yang artinya mereka memiliki wajah yang berbeda (tak sama). Usia mereka saat itu belum genap 7 tahun dan masih duduk di bangku kelas 1 SD. Mereka adalah Zean dan Zeino (Zein).

"Zein, ayo cepetan jalannya! Papa pasti udah jemput di depan gerbang!" ucap Zean sambil berjalan cepat dan tangannya tampak menggandeng tangan Zein.

"I-iya," balas Zein sambil mempercepat langkahnya mengikuti Zean.

Mereka pun berjalan lebih cepat menyusuri koridor sekolah agar mereka lebih cepat menemui sang papa yang sudah menjemput mereka di depan gerbang sekolah. Namun, saat mereka sudah berada di halaman sekolah, Zean tiba-tiba melepaskan gandengan tangannya dengan Zein dan berlari ke arah gerbang sekolah yang masih terbuka lebar.

"Zean! Tunggu, Ze!" teriak Zein yang akhirnya ikut berlari mengejar Zean yang sudah lari hingga ke tengah halaman dan hampir sampai menuju gerbang sekolah.

Zein yang tidak ingin tertinggal pun segera mempercepat laju larinya hendak menyusul Zean. Namun, sayangnya ia malah terjatuh.

Brugh!

Zean yang awalnya tidak sadar bahwa Zein jatuh, akhirnya ia pun mengetahuinya saat teman kelasnya yang juga hendak keluar gerbang mengatakan padanya bahwa Zein jatuh.

"Zean! Itu Zein jatuh!" ucap teman kelas.

Zean yang mendengar itu pun segera berhenti berlari dan menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat Zein. Ia pun terkejut saat melihat saudara kembarnya itu sudah menangis sambil meniup lututnya yang berdarah akibat terjatuh tadi.

"Zein!" teriak Zean lalu segera berlari menghampiri Zein dan membantu Zein berdiri.

"Hiks.. sakit..," ucap Zein sambil menangis dan terus menatap lutut kaki sebelah kirinya yang berdarah.

"Jangan nangis, Zein! Nanti Zean kasih tau papa ya kalo Zein jatuh. Biar diobatin sama papa," ucap Zean sambil merangkul pundak Zein dan menuntun Zein berjalan pelan-pelan keluar gerbang.

Zein pun hanya menganggukkan kepalanya menjawab ucapan Zean. Ia masih terus menangis sambil berjalan dipapah oleh Zean.

Saat mereka sampai di depan gerbang, mereka melihat sang papa turun dari dalam mobil. Mobil sang papa ternyata sudah terparkir di depan gerbang dan sang papa langsung menghampiri mereka lalu menanyakan apa yang terjadi.

"Zein! Kenapa nangis?!" tanya sang papa pada Zein. Diketahui, papanya itu bernama Zafran.

"Zein jatuh, pa. Tadi....," ucap Zein sambil menangis.

"Kenapa bisa jatuh?! Kamu pasti lari-larian kan tadi?! Ngga hati-hati, makanya jatuh kan?!" ucap Zafran memotong ucapan Zein.

"Tapi tadi Zean yang ngaj.......," ucap Zein.

"Apa?! Kamu mau nyalahin Zean?! Mau bilang Zean yang ngajakin lari?! Iya?!" potong Zafran lagi.

Zein lalu memilih diam sambil menundukkan kepalanya tak menjawab pertanyaan Zafran.

"Masuk mobil! Kita pulang sekarang!" perintah Zafran pada kedua putranya itu.

Zafran lalu membukakan pintu mobil untuk putranya dan ia mendahulukan Zean untuk masuk ke dalam mobil. Setelah ia memastikan Zean sudah duduk dengan nyaman di kursi mobil, barulah Zafran menyuruh Zein untuk masuk ke dalam mobil. Namun, saat Zein baru saja masuk ke dalam mobil, Zafran langsung menutup pintu mobil tanpa memastikan Zein sudah duduk dengan nyaman atau belum seperti yang sudah dilakukannya pada Zean sebelumnya.

Aku, Si Perindu Papa ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang