Di dalam ruang IGD, terlihat ada seorang pasien remaja laki-laki yang sedang ditangani oleh dokter dan para tenaga medis rumah sakit. Remaja laki-laki itu dibaringkan di atas brankar rumah sakit dan keadaannya saat itu tidak sadarkan diri. Beberapa petugas medis tampak sedang sibuk membersihkan sisa muntahan darah yang ada di sekitar mulut remaja laki-laki itu. Ya, pasien remaja laki-laki itu memang benar Zein. Ia dilarikan ke rumah sakit setelah ditemukan pingsan di kamarnya dengan kondisi mulutnya yang sudah berlumuran darah.
"Atur saturasi oksigen sesuai kebutuhan pasien! Salah satu tolong siapkan darah golongan A untuk pasien! Pasien kehilangan banyak darah setelah mengalami muntah darah, sehingga pasien butuh transfusi darah yang cukup sekarang," ucap dokter pada beberapa rekan medis yang membantunya menangani pasiennya. Dokter tersebut berjenis kelamin laki-laki dan kebetulan beliau yang ditugaskan untuk menangani Zein kala itu. Nama dokter itu adalah dokter Bagyo.
Dokter tersebut lalu merobek pakaian yang dikenakan Zein saat itu dan membiarkan dada hingga perut Zein telanjang. Sang dokter dan para petugas medis pun sempat terkejut saat melihat tubuh Zein yang penuh bekas luka seperti ada bekas luka sayatan, bekas cambukan, dan bekas kekerasan fisik lainnya. Namun, bekas-bekas luka itu sepertinya adalah bekas luka yang sudah cukup lama berbekas, sedangkan luka yang masih baru ada di bagian bahu, perut, dan punggung. Di bagian-bagian itu ditemukan banyak memar seperti bekas pukulan. Hanya saja, untuk memar yang paling kelihatan lebar dan ungu pekat ada di bagian perutnya, tepatnya di perut sebelah kiri atas.
"Dilihat dari lukanya, sepertinya pasien sering mengalami kekerasan fisik, dok," ucap salah satu petugas medis.
"Jangan berburuk sangka dulu! Sebaiknya kita tangani dulu pasien kita kali ini. Nanti baru setelah itu kita perlu menanyakan soal ini pada keluarganya supaya kita bisa mendapatkan informasi yang jelas sebelum menyatakan kondisi pasien pada keluarganya," ucap dokter Bagyo.
Selanjutnya, dokter tampak memeriksa detak jantung dan laju napas Zein dengan menggunakan stetoskop. Beberapa kabel elektroda dipasangkan di beberapa bagian tubuh Zein, yakni di area dada, lengan, serta kaki yang akan dihubungkan pada mesin EKG supaya dokter bisa memantau detak jantung Zein.
Dengan cekatan, dokter beserta para petugas medis itu kompak menangani Zein dengan melakukan tugas yang sudah dibagi masing-masing. Sebagian ada yang memantau laju pernapasan Zein dengan mengatur saturasi oksigen pada tabung oksigen, sebagian lagi ada yang memantau detak jantung Zein melalui mesin EKG, selanjutnya ada juga yang sibuk memasang infus sekaligus menghubungkan selang infus dengan kantung darah karena Zein membutuhkan darah tambahan.
••••
Sementara itu, di depan ruang IGD ada keluarga Zein yang sedang menunggu Zein selama diperiksa di ruang IGD. Mereka di antaranya adalah Zean, Zafran, oma, dan opa. Mereka duduk di kursi tunggu yang disediakan di depan ruang IGD. Namun, di antara semuanya, yang terlihat paling gelisah karena khawatir dengan kondisi Zein hanyalah Zean dan Zafran. Oma dan opa tampak khawatir, namun mimik wajah keduanya tidak sampai menunjukkan ekspresi khawatir yang berlebihan seperti yang ditampakkan Zean dan Zafran. Mereka sepertinya biasa-biasa saja dan jika mereka merasa khawatir, mungkin karena mereka hanya ingin menghormati Zafran yang saat itu tampak khawatir dengan kondisi Zein yang sedang ditangani dokter di ruang IGD.
"Kamu kenapa sih sampe gemeteran gitu tangannya? Tenang aja, Ze. Zein pasti baik-baik aja, kok," ucap oma pada Zean. Memang Zean saat itu tampak terlihat seperti sedang merasakan cemas yang berlebihan sampai-sampai kedua tangannya gemetaran dan muncul keringat dingin.
"Aku mau ke toilet dulu, oma. Aku tiba-tiba mual lagi," ucap Zean dengan wajahnya yang tiba-tiba berubah pucat.
"Loh, kenapa?! Perut kamu sakit juga ngga, Ze?! Ini pasti gara-gara kamu belum sarapan! Sekarang jadi mual lagi, kan?! Nanti biar opa suruh beliin kamu sarapan ya habis ini? Jangan dibiasain telat makan, Ze! Nanti kalo lambung kamu bermasalah karena sering ngga makan tepat waktu gimana?! Masalah sepele kayak gini bisa bahaya juga loh buat kesehatan!" ucap oma menanggapi ucapan Zean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Si Perindu Papa ✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT !!! ❌ Dalam book "Aku, Si Perindu Papa", Zein merasakan jarak emosional yang mendalam dengan papanya, Zafran. Meskipun tinggal bersama, hubungan mereka kian memburuk, membuat Zein merasa terasing dan tidak diinginkan. Melalui serang...