(30) Kotak Kenangan

888 99 18
                                    

Di kamar yang nyaman di rumah eyangnya, Zein berbaring tenang di tempat tidurnya. Ia masih merasakan kelelahan dan ketidaknyamanan yang terkadang muncul selama masa pemulihan. Meskipun begitu, Zein mencoba untuk tetap tenang dan bersabar, mengambil napas dalam-dalam sambil menatap langit-langit kamar.

Zein merenung tentang perjalanan panjangnya sejak dirawat di rumah sakit hingga kini berada di rumah eyangnya. Ia merasa bersyukur atas perawatan yang telah ia terima dan dukungan yang tak pernah lelah dari keluarga dan teman-temannya.

Dengan lembut, Zein memejamkan matanya dan membiarkan pikirannya melayang ke masa lalu. Ia mengingat momen-momen indah bersama teman-temannya di sekolah.

Namun, di saat seperti ini, Zein merasa sepi tanpa kehadiran teman-temannya di sampingnya. Ia merindukan tawa mereka, cerita mereka, dan kehangatan persahabatan yang selalu menghangatkan hatinya. Meskipun begitu, ia tahu bahwa masa pemulihannya adalah waktu yang ia butuhkan untuk fokus pada kesembuhannya, dan teman-temannya selalu ada di sampingnya, meskipun hanya dalam pikirannya.

Sambil berbaring, Zein juga meluangkan waktu untuk membaca buku-buku atau komik-komik kesayangannya. Ia merasa senang ketika meresapi cerita-cerita yang mengangkat semangatnya dan mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit atau ketidaknyamanan yang masih ia rasakan.

Selain itu, Zein juga menghabiskan waktu untuk bermain game atau menonton film pendek di tabletnya. Tablet itu adalah tablet yang diberikan oleh eyangnya padanya sebagai hadiah untuk Zein setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Meskipun yang Zein lakukan di kamarnya itu hanya kegiatan sederhana, hal-hal ini membantu melepas stres dan memberikan hiburan yang diperlukan dalam masa pemulihan.

Namun, di tengah kesibukannya dengan berbagai kegiatan tersebut, Zein juga tidak lupa untuk bersyukur atas setiap kemajuan kecil yang ia alami selama masa pemulihan ini. Ia tahu bahwa setiap langkah kecil menuju kesembuhan adalah suatu pencapaian yang patut dirayakan. Meskipun masih dalam proses pemulihan, ia merasa optimis dan penuh harapan akan masa depannya yang cerah. Dengan dukungan dan kasih sayang dari keluarga dan teman-temannya, Zein yakin bahwa ia akan segera pulih sepenuhnya dan kembali menikmati hidup dengan penuh semangat dan kebahagiaan.

Tak lama saat Zein berbaring di atas tempat tidurnya, tiba-tiba pintu kamarnya dibuka perlahan. Eyang memasuki kamar Zein dengan menggunakan kursi rodanya sambil tersenyum hangat ke arah Zein. Saat itu, eyang tampak membawa sebuah kotak kayu kecil yang biasanya digunakan untuk menyimpan barang atau benda kecil.

"Zein," sapanya lembut, suaranya penuh dengan kelembutan yang penuh kasih.

Zein menoleh ke arah pintu dengan senyuman cerah di wajahnya. "Iya, eyang. Ada apa eyang ke sini?"   sambutnya ramah, suaranya menggema di dalam kamar yang sepi.

Dengan perlahan, Eyang mendekati tempat tidur Zein, matanya memancarkan kehangatan dan perhatian. "Cucu eyang lagi ngapain dari tadi di kamar? Apa eyang ganggu?" tanyanya dengan lembut, memastikan bahwa kedatangannya tidak menyebabkan gangguan bagi cucu tersayangnya itu.

Zein menggelengkan kepala, senyumnya masih terukir di wajahnya, dan kemudian ia berkata, "Ngga sama sekali kok, eyang. Zein lagi nonton film ini," ujarnya dengan hangat, menyatakan bahwa kehadiran eyang justru membuatnya merasa lebih nyaman.

Dengan senyuman yang penuh kebahagiaan, eyang mendekati tempat tidur Zein dan duduk di sampingnya. Ia meraih tangan cucunya dengan penuh kelembutan, merasa hangat oleh kebersamaan mereka di dalam kamar yang tenang itu.

Kemudian, eyang menunjukkan sebuah kotak kayu kecil tadi pada Zein. Zein pun tampak memperhatikan dengan rasa ingin tahu yang besar saat eyang tampak mengusap lembut kotak kayu kecil yang berada di pangkuannya itu.

Aku, Si Perindu Papa ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang