Di malam yang tenang di pusat kota, rumah besar itu terasa nyaman dan damai. Dokter Tania, dengan kebiasaannya yang penuh perhatian, sedang menyiapkan minuman hangat dan camilan sehat untuk ayahnya.
Di dapur yang bersih dan teratur, lampu di atas meja dapur menerangi gerak tangan dokter Tania. Ia memanaskan susu almond di atas kompor, sementara di sisi lain, ia mencampurkan bubuk kakao dan sedikit madu ke dalam cangkir. Suara susu yang mendidih lembut memenuhi ruangan, disertai dengan aroma cokelat yang menggugah selera.
Sambil menunggu susu selesai dipanaskan, dokter Tania mempersiapkan camilan sehat. Ia membuat roti gandum panggang dengan topping alpukat dan taburan biji chia. Roti tersebut disiapkan dengan hati-hati, diletakkan di atas piring, dan dihias dengan irisan tomat ceri serta sedikit garam laut.
Di sudut dapur, pembantu rumah tangga, bibi Lastri, berdiri di depan wastafel, mencuci piring-piring bekas makan malam. Suara air yang mengalir dan dentingan piring menambah latar belakang lembut pada suasana malam itu. Dokter Tania melirik ke arah bibi Lastri dan tersenyum.
"Bi Lastri, piring-piringnya sudah hampir selesai dicuci?" tanya dokter Tania sambil mengaduk susu hangat yang hampir siap.
"Sudah, Mbak Tania. Hanya tinggal beberapa piring lagi. Sepertinya Mbak Tania sedang menyiapkan sesuatu yang spesial untuk bapak," jawab bibi Lastri dengan nada ramah.
"Benar, bi. Ayah suka sekali dengan minuman hangat sebelum tidur, dan camilan sehat ini bisa menjadi pilihan yang baik. Beliau sering merasa lebih tenang setelahnya," kata dokter Tania sambil menuangkan susu hangat ke dalam cangkir.
Bibi Lastri tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. "Semoga bapak senang dengan ini. Minuman hangat dan camilan sehat memang selalu menyenangkan."
Dokter Tania mengangguk setuju. Setelah memindahkan camilan ke dalam nampan dan menata cangkir di sampingnya, ia membawa semuanya ke ruang tengah di mana ayahnya duduk santai sambil menonton TV. Aroma dari minuman hangat dan camilan yang disiapkannya memenuhi ruangan dengan kehangatan, menciptakan suasana malam yang penuh perhatian dan kasih sayang.
Dengan lembut, dokter Tania menempatkan nampan di atas meja ruang tengah dan duduk di kursi di samping ayahnya. Ia tersenyum ketika ayahnya menoleh, tampak terkesan dengan perhatian yang diberikan.
"Ini minuman hangat dan camilan sehat yang Tania siapkan untuk ayah. Semoga bisa membantu ayah merasa lebih rileks sebelum tidur," katanya dengan lembut.
Ayahnya memandang camilan dan minuman dengan tatapan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Tania. Selalu saja ada perhatian dari anak ayah yang membuat ayah merasa istimewa. Bagaimana dengan pekerjaan kamu di rumah sakit? Ada yang menarik hari ini?"
Dokter Tania mengambil cangkir minuman hangat dan menyandarkan dirinya dengan nyaman. "Hari ini cukup sibuk. Ada beberapa kasus yang cukup menantang, tapi semua berjalan dengan baik. Aku dan rekan-rekan kerjaku di rumah sakit, baru saja menyelesaikan beberapa prosedur yang cukup kompleks."
Ayahnya mendengarkan dengan penuh minat. "Kamu selalu punya cara untuk membuat pekerjaan yang berat terdengar lebih ringan. Ayah bangga dengan dedikasimu."
Dokter Tania tersenyum malu, merasa terharu dengan pujian ayahnya. "Terima kasih, ayah. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik. Kesehatan dan keselamatan pasien selalu menjadi prioritas utama."
Mereka melanjutkan percakapan sambil menikmati minuman hangat dan camilan sehat, suasana malam yang tenang dan penuh perhatian mengisi ruang tengah, menjadikan momen tersebut istimewa bagi keduanya.
Setelah beberapa saat berbicara tentang pekerjaan, ayahnya tiba-tiba mengubah topik pembicaraan dengan nada serius.
"Tania, ayah baru saja mendapatkan kabar penting tentang Zein," kata ayahnya, menatapnya dengan ekspresi serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Si Perindu Papa ✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT !!! ❌ Dalam book "Aku, Si Perindu Papa", Zein merasakan jarak emosional yang mendalam dengan papanya, Zafran. Meskipun tinggal bersama, hubungan mereka kian memburuk, membuat Zein merasa terasing dan tidak diinginkan. Melalui serang...